Sejak jam kosong sampai bel istirahat terdengar mereka semua masih saja menyuruh Alra untuk mengaku. Padahal Alra tidak melakukan apa pun, semua tuduhannya tak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Gadis itu menghembuskan napas panjangnya, pegal kakinya karena terlalu lama berdiri membuatnya memutuskan untuk duduk di kursi. Memperhatikan semua teman kelasnya yang sedang mengerubunginya dengan tatapan tak menyenangkan. Alra merasa ini tidak sesuai karena memang dia tidak mencuri, tapi mereka semua tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
Mereka semua masih menuduhnya, percaya dengan isi pikiran mereka sendiri karena Alra memiliki pensil warna itu tanpa harus ada bukti yang kuat. Padahal Alra sudah berkata tidak, dan tak ada yang percaya. Semua orang, bahkan hampir satu sekolah mendukung Laila, membenci Alra. Katanya gadis yang menjadi primadona itu harus mendapatkan kembali pensil warna yang dia punya, dan tak seharusnya ada di tangan Alra.