Chereads / Parasite Alien Slayer / Chapter 15 - Membunuh Monster Burung

Chapter 15 - Membunuh Monster Burung

Ken menyadari, meskipun ia dalam keadaan sadar, dirinya dalam bentuk yang mengerikan. Ini pertama kalinya dalam bentuk monster tetapi tidak membunuh. Ia melepaskan monster burung itu dan memilih untuk mendekati wanita yang ia tolong.

"Akhh! Tidaaak! Jangan mendekat! Tolong ada monster!" pekik sang wanita ketakutan. Ia mundur dan tidak bisa pergi lagi karena mentok ke sebuah tebing. Ia memejamkan matanya, pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Sudahlah ... kau aman sekarang! Pergilah ...." Ken meninggalkan wanita yang dalam ketakutan itu.

Mendengar monster itu berkata dengan bahasa manusia, membuat wanita itu heran. Apalagi ia melihat monster itu berpaling darinya. Meninggalkan seorang wanita yang keheranan.

'Mengapa monster itu tidak memakanku? Sebenarnya apa yang terjadi dengan monster itu?' Hatinya bertanya-tanya.

Sosok makhluk hijau itu tidak ingin terlibat dengan dunia manusia. Ia mencoba mencari ketenangan diri. Ia tidak bisa merubah kembali menjadi manusia. Dan ia masih sadar dalam pikirannya. Tidak dikuasai oleh alien dalam tubuhnya.

"Apa kalau aku tidak membunuh monster, pikiranku masih bisa normal? Apa karena darah, atau apa? Bagaimana caranya aku kembali menjadi manusia kembali?"

Menjadi sosok monster mengerikan, membuatnya frustasi dan marah. Dalam hidup yang serba susah dan penuh dengan ketegasan, membuat dirinya harus bertahan hidup sampai sekarang. Ia tidak tahu kalau pikirannya dikuasai oleh alien, apakah hidupnya terjamin atau tidak. Ia juga memiliki pemikiran yang terus berkecamuk dalam hatinya.

Ken melihat sebuah batu besar di atas bukit. Ia melompat dengan badan yang lebih berisi dan berwarna hijau lumut. Saat pikirannya masih miliknya, ia masih memakai zirah besinya. Sampai nanti kesadarannya menghilang dengan sendirinya. Namun sampai sekarang, ia masih sadar apa yang ia lakukan.

"Akira ... apakah aku masih bisa bertemu denganmu lagi? Apa kamu masih hidup sampai sekarang? Hidupku tak bisa tanpa ada kamu di sisiku. Bagaimana dengan anak kita? Anak yang sedang kamu kandung? Akhh! Aku juga tidak tahu, ini hari apa. Ini bulan berapa? Ini tahun berapa? Bagaimana aku bisa tahu, kalau tubuhku dikuasai oleh makhluk sialan ini?"

Ken duduk di atas batu besar dan melihat ke bawahnya. Peradaban di perbukitan yang ya temui masih terasa hijau. Walau di tahun dua ribu delapan puluh satu, masih ada hutan masih asri, merupakan sesuatu yang sangat indah. Tidak seperti di kota atau desanya, di Danau biru. Sekarang Ken sendiri tidak tahu sedang berada di mana. Karena ia sadar di hutan yang ada air mengalir itu.

"Mungkin aku tidak harus membunuh monster-monster itu, agar aku masih menguasai tubuh ini? Tapi bagaimana aku tidak membunuh? Untuk menyelamatkan manusia yang masih normal, aku harus membunuh mereka."

Jauh dari arah yang ia lihat, banyak burung walet berterbangan. Siang hari yang terik, membuat zirahnya terasa lebih panas. Tubuhnya menjadi menyusut dan ia kembali menjadi manusia.

"Apa ini? Apakah aku berubah menjadi manusia? Ahhh ... apakah dengan sinar matahari itu, aku bisa menjadi manusia kembali? Apa yang membuatku menjadi manusia kembali? Apa karena panas, atau bagaimana?"

Dilihatnya tangan besar itu menyusut dan perlahan berubah warna menjadi kecoklatan. Tubuh bagian bawahnya juga semakin lama semakin menyusut dan zirah besinya mengikuti bentuk tubuhnya. Sehingga tubuhnya tertutupi oleh baju besi itu. Namun ia merasa tidak nyaman menggunakan baju besi itu.

Dari kejauhan, Ken melihat wanita tadi, berlari menuju ke sebuah rumah kecil. Ia melihat pemukiman warga yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari tempatnya duduk. Namun ia juga melihat sosok makhluk terbang. Yah, monster burung yang tadi ia lihat. Ternyata masih mengintai wanita itu.

"Sialan! Mengapa aku tidak membunuhnya? Ini bisa membahayakan wanita itu. Aku akan bunuh dia! Tapi aku sudah kehabisan energi untuk bisa terbang ke sana! Sialnya tidak bisa menggunakan energi surya. Andaikan alat ini bisa digunakan dengan tenaga surya."

Ken kembali mengubah tubuhnya menjadi sosok monster hijau. Karena dengan itu, ia bisa melompat lebih jauh dan bisa bergerak dengan cepat jika dibandingkan dengan menjadi manusia biasa. Karena jaraknya yang lumayan jauh, Ken harus mengeluarkan banyak tenaga. Ia berlari dan mengintai makhluk terbang itu.

"Akhh! Monster! Tolong!" pekik wanita itu minta tolong. "Pergi kamu, monster! Pergi!" usirnya dengan berusaha memberanikan diri mengambil bambu.

Namun makhluk itu sudah mendekat dan menarik pakaian wanita itu. Mencabik-cabik pakaiannya sampai berantakan. Membuat monster bernafsu ingin segera memakan wanita yang sudah tidak berdaya itu.

Terlihat seorang anak lelaki yang ketakutan melihat makhluk itu. Ia bersembunyi di dalam rumah. Tidak berani keluar membantu atau melakukan perlawanan pada monster burung yang sedang mencabik-cabik tubuh wanita itu.

Crashh! Sebuah senjata mendarat ke tubuh makhluk itu. Ia menengok ke belakang dan melihat makhluk hijau yang memiliki gigi yang runcing dan tajam, dengan mata berwarna biru danau. Menyeringai menatap makhluk di depannya.

"Kenapa itu kau lagi, hah? Kenapa aku harus berhadapan dengan makhluk merepotkan seperti ini, sih?" cetus monster burung. Lalu ia menembakan senjata duri ke arah Ken.

"Kau pikir bisa melawanku dengan kekuatan lemahmu, hah? Pikir-pikir lagi, kalau mau berani melawanku," ujar Ken yang mengeluarkan cakar yang tajam.

Ken tidak menghindari serangan lemah dari monster burung itu. Satu-satunya yang tidak bisa dilakukan oleh Ken adalah terbang. Yang ia harapkan kalau makhluk itu tidak terbang. Itu akan membuatnya mudah. Tetapi ia tidak ingin melihat makhluk itu mati di hadapannya. Ia mengganti cakarnya dengan sebuah cambuk seperti tulang ular.

"Ke-kenapa senjatamu berbeda? Sebenarnya siapa dirimu? Apakah kau bukan salah satu dari kami?"

"Aku memang bukan salah satu dari kalian. Sebenarnya aku juga tidak berharap ada kalian ada di sini. Enyah kau dari sini!" Teriak Ken sambil menghentakkan cambuknya untuk mengikat makhluk itu.

"Aaakkh!" pekik wanita itu ketika melihat kedua makhluk itu. Ia sangat ketakutan dan tubuhnya sudah bersimbah darah karena cakaran monster burung yang mencabik-cabik pakaiannya.

Ken tidak perduli dengan tangisan dan ketakutan. Yang penting ia harus mengamankan tempat itu. Ia menarik lawannya dan mengeluarkan sebilah pisau tajam kakinya. Ia memotong satu sayap agar tidak bisa terbang lagi.

"Aku tidak tahu, kau bisa menumbuhkan sayapmu kembali atau tidak. Tapi setidaknya itu akan membutuhkan waktu." Ken melemparkan makhluk itu ke udara dengan seluruh kekuatannya. "Matilah kau!"

Makhluk itu terlempar sangat tinggi ke udara. Selanjutnya, Ken melihat batu yang besar. Ia lemparkan batu itu ke arah monster itu dengan kecepatan yang lebih tinggi dari lemparannya pada monster itu. Tidak cukup seperti itu, Ken juga melemparkan sebuah besi tajam yang dibentuk menjadi pedang spiral yang berputar di udara.

"Huhh ... apakah aku berhasil? Apakah pikiranku akan diganggu oleh makhluk itu. Akhh!" Ken merasakan kesakitan dalam tubuhnya dan melihat ia berubah menjadi manusia kembali. Zirah besinya pun turut masuk ke dalam sabuknya. Perlahan kesadarannya mulai menghilang.

***