Aku melihat ke dua tanganku. Tangan kucing yang penuh bulu berwarna putih, halus dan lembut. Kalau aku bisa menggunakan bahasa manusia, itu artinya sihir yang aku punya tidak menghilang bersama bentuk manusiaku. Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku kalau begini?
"Ya, tenanglah human!"
"Ba, bagaimana aku bisa tenang kalau anak kesayanganku, Shiro tiba-tiba bisa bicara bahasa manusia!"
Aku menghela nafas. "Bisakah mami duduk tenang dan tarik nafas yang benar? Aku tidak akan berbuat macam-macam!"
Si human yang menyebut dirinya mami mengikuti perkataanku. Duduk manis dan menarik nafas yang dalam perlahan. "Baiklah. Sekarang mami sudah tenang. Bisa jelaskan apa yang terjadi?"
"Am... begini, mami. Aku sebenarnya juga kurang tahu. Bisa mami yang menceritakan terlebih dahulu sekarang ini aku ada di mana, ini tahun berapa dan di negara apa? Jika aku tahu itu semua, baru aku bisa menjelaskan situasiku!"
"Ah... baiklah. Walaupun ini terdengar gila. Kamu ada di kamarku. Sekarang tahun 2021, bulan Juli, tanggal empat belas, di Indonesia!"
"Hum... Indonesia? Tanggal empat belas, bulan Juli berarti sudah lewat satu minggu sejak kejadian itu." Gumamku lalu aku bertanya pada si mami. "Indonesia itu di mana?"
"Eh. Kamu tidak tahu? Indonesia negara kepulauan tropis di Asia Tenggara! Kamu tahu Asiakan?"
Aku menggeleng.
"Benua di bumi ini hanya ada tujuh. Masa kamu tidak tahu?"
"Yah, aku tidak tahu mau bagaimana lagi! Tempat aku tinggal sama sekali tidak seperti ini. Tidak ada televisi seperti ditempel di dinding atau ponsel kuno yang kamu pakai buat foto-foto!"
"Apa?! Ponsel kuno? Ponselku itu keluaran terbaru di awal tahun ini, asal kamu tahu!" si mami terlihat tidak suka. "Memang kamu berasal dari mana?"
"Aku berasal dari Kerajaan Severi! Kerajaan makmur dan kaya!"
"Nah... sekarang aku yang tidak tahu kerajaan itu di mana. Apa di Eropa?"
Eropa? Kenapa kini dia yang jadi tidak tahu tentang kerajaan Severi. Sebuah kerajaan kaya dan makmur. Dan lagi, aku juga tidak tahu itu Eropa. Apa jangan-jangan aku berada di dunia yang sama dengan tempat tinggalku, hanya saja peradaban manusianya masih agak jauh tertinggal beberapa puluh tahun atau seratus atau dua ratus tahun dan tidak ada sihir juga. "Tahun berapa ini tadi kamu bilang?"
"Tahun 2021. Jangan bilang kamu dari masa lalu atau masa depan?"
"Televisi dan ponselmu jauh ketinggalan, tidak mungkin aku dari masa lalu. Aku berasal dari tahun yang lebih tinggi dari tempat ini! Eh. Tunggu..."
Si mami menatap heran padaku. "Tunggu apa?"
Aku menggeleng sekali. "Apa kamu tahu sesuatu tentang kejadian suatu ledakan di tengah kota?"
"Suatu kejadian? Apa maksudmu kejadian ledakan saluran gas di pusat kota seminggu yang lalu?!"
Aku memperhatikan si Mami. Dia tahu juga kejadian itu. Bagaimana si mami ini bisa tahu? Padahal lokasi tempat terjadinya berbeda. Tempat ini bukan Severi. Dari warna kulit si mami yang coklat, mata dan rambut yang hitam jelas bukan berasal dari Severi. Apa yang sebenarnya terjadi. "Bagaimana kamu bisa tahu kejadian itu?!"
"Aku ada di sana. Saat kejadian aku baru pulang dari pet shop membawa Shiro suntik vitamin karena dia lemah. Terlahir sebagai kucing albino yang tak bisa terpapar matahari terlalu lama. Kalau terlalu lama kulitnya bisa iritasi!"
"Kenapa menceritakan itu?"
"Bukannya kamu yang minta diceritakan?!" si human memarahiku.
"Oh... aku lupa. Baiklah lalu apa yang terjadi setelah itu?" pintaku sesopan mungkin.
Si human tampak mengingat sesuatu tentang kejadian itu. "Kalau tidak salah di saat semburan api pertama yang keluar dari gorong-gorong, tiba-tiba saja semuanya terhenti! Semburan api, tutup besi gorong-gorong yang sewaktu-waktu bisa jatuh menghempaskan apa saja di bawahnya dan ledakan di pertigaan jalan juga terhenti! Semuanya tampak seperti terserap oleh suatu kekuatan yang melindungi semuanya. Saat itu karena terkejut, cargo tempat aku membawa Shiro terjatuh dan Shiro terlepas. Lalu tanpa sengaja Shiro menabrak seorang laki-laki bermasker tepat di wajahnya yang membuatnya terjatuh. Untung saat itu Shiro tidak hilang!"
Aku benar-benar terdiam. Tidak dapat berkata-kata setelah menghubungkan setiap rangkaian kejadian. Ternyata hal terakhir yang aku lihat saat itu adalah kucing putih bernama Shiro yang menabrak wajahku.
Ah... memalukan sekali! Aku ditabrak seekor kucing lalu pingsan. Jangan bilang kalau jiwaku tertukar dengan jiwa kucing putih yang bernama Shiro. Kalau benar begitu, apa yang kini terjadi pada tubuhku?! Aku tidak bisa membayangkannya. Aku menggelengkan kepala mencoba menghapus bayangan seandainya itu benar.
Tapi kenapa yang terjadi dengan tempat ini hampir sama dengan tempat tinggalku? Hanya saja ledakan gas itu sebuah kecelakaan, sementara di tempatku sebuah tindakan terorisme. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Tapi dalam kejadian itu syukurnya tak ada korban jiwa karena sebuah keajaiban terjadi! Ledakan gas dan semburannya berhenti tiba-tiba berhenti seolah ada suatu kekuatan yang menghentikannya!" jelas si mami menceritakan apa yang telah terjadi seminggu yang lalu sama persis dengan kejadian di tempat tinggalku. Apa mungkin dunia si mami ini dan tempat tinggalku saling terhubung?!
"Benarkah? Baguslah. Kalau begitu usahaku tidak sia-sia!" Aku menghela nafas lega.
"Apa maksudmu dengan usahamu tidak sia-sia?" si human menatap curiga padaku.
Aku menggeleng cepat. "Tidak. Tentu saja tidak ada apa-apa."
Si human memperhatikan aku tetap dengan tatapan penuh kecurigaan. "Jangan bohong, apa maksudmu tadi? Dan siapa kamu sebenarnya?!"
"Aaam... sebenarnya aku adalah penyihir yang kebetulan lewat dan melakukan pertolongan darurat saat kejadian ledakan bom dan gas di tengah kota satu minggu yang lalu! Itu di tempatku! Kalau di sini, tadi katamu itu sebuah kecelakaan! Sepertinya antara tempat ini dan tempat tinggalku saling terhubung!"
"Kamu penyihir?!" si human menunjuk diriku dengan ke dua tangannya. Pasti tidak percaya ucapan orang asing mencurigakan di dalam tubuh kucingnya.
"Ya. Hanya saja karena aku mengeluarkan sihir diluar kemampuan diriku, aku jadi seperti ini... Kamu tahu, hal terakhir yang aku lihat dan ingat saat itu adalah putih. Bukankah kamu katakan jika kucingmu ini menabrak seseorang? Aku yakin itu adalah diriku! Dan aku bisa sampai terdampar di tubuh kucingmu, itu di luar kemampuan dan juga pengetahuanku. Apalagi tentang dunia kita yang sepertinya saling terhubung!"
Si human tiba-tiba menjadi panik mengetahui siapa yang ditabrak oleh kucingnya saat itu. Lucu juga melihat wajahnya terlihat panik seperti itu. "Maafkan aku! Kucingku juga tidak sengaja! Dia hanya panik karena keributan waktu itu! Di tempat tinggalku ini memang tidak ada sihir, tapi kalau seperti perkataanmu tempat ini dan tempat tinggalmu saling terhubung... itu artinya berkat bantuanmu juga aku dan orang yang ada di sana, saat itu bisa selamat tanpa ada korban jiwa seorang pun!"
"Apa kamu yakin tidak ada korban jiwa?"
"Ya. Aku akan mencarikan beritanya untukmu." Si human segera mengambil ponselnya dengan cepat ke kamarnya. Kemudian ia mencarikan berita tentang kejadian satu minggu yang lalu. Memperlihatkan padaku agar aku bisa melihat dan membaca sendiri.
"Apa kamu tahu apa yang terjadi padaku setelah kucingmu menabrak wajahku waktu itu?" tanyaku tanpa memperhatikan si Mami karena aku sedang serius membaca dan melihat-lihat berita dari ponsel si Mami.
"Setelah aku meminta maaf pada dua orang laki-laki yang ada bersamamu, aku kurang ingat apa yang terjadi karena harus menangkap Shiro."
"Tak bisa diandalkan!"
"Oke. Aku memang tak bisa diandalkan! Tapi bukankah kamu penyihir? Cobalah cari informasi tentang dirimu. Aku kan tidak tahu siapa kamu, bahkan wajahmu saja tidak pernah terlihat karena memakai masker!"
Benar juga. Aku segera mencari tahu tentang diriku, tapi... Baru saja aku akan mengetik namaku di papan tombol ponsel, si human menatapku tajam. "Aku pinjam ponsel milikmu sebentar."
"Baiklah. Sebagai ucapan terimakasih dan permintaan maafku." Ucapnya yang kemudian langsung pergi entah ke mana. Sepertinya hanya membereskan rumah saja. "Tapi apa yakin bisa terhubung dengan duniamu yang mempunyai sihir, sementara duniaku tidak ada sihirnya!"
"Apa salahnya dicoba dulu!" Aku mencari tahu apa yang terjadi pada diriku melalui beberapa tempat. Salah satunya adalah rumah sakit. Ada kemungkinan tubuhku dibawa ke rumah sakit ketika kejadian itu. Namaku tidak terdaftar di rumah sakit manapun. Tentu saja tidak, jika mencari menggunakan identitas perempuan itu.
Apa harus mencoba menghubungi Josh? Kakak sepupuku yang keras kepala itu sedikit merepotkan. Tapi tidak ada cara lain. Akan aku kirimi dia email untuk berkomunikasi. "Hei... Mami." Aku memanggil human pemilik tubuh kucing yang aku diami saat ini. Aku berdiri untuk mencari keberadaannya.
"Ada apa?" terdengar jawaban dari arah balik pintu ruang tempat aku berada.
"Aku mengirimkan email ke seorang kenalan untuk mencari tahu keberadaan tubuhku. Kalau ada balasan email masuk, tolong beritahu aku!"
"Iya. Baiklah." Jawabnya sambil membuka pintu. Di salah satu tangannya ada satu piring besar berisi kentang goreng, sosis, nugget dan saus sambal. Masakan yang juga ada di tempatku. Baunya menggugah seleraku. "Apa?" tanya si human begitu duduk di sofa.
"Aku mau." Jawabku tanpa tahu malu.
"Dasar kucing! Tahu aja ada makanan enak!"
"Dasar manusia! Apa kamu akan menghabiskan sendiri makanan sebanyak itu?"
Si Mami menatapku bengis. "Bukankah kamu juga manusia sebelumnya?!"
"Tapi aku tidak pernah makan sebanyak itu saat jadi manusia!"
Si Mami menghela nafas kesal. Ia meletakkan sepiring besar makanannya di atas meja lalu kembali ke dapur dengan sebuah mangkuk kecil. Mangkuk yang biasa ia pakai untuk memberi makan kucingnya. Mengambil dua potong sosis dan dua potong nugget, memasukkan ke dalam mangkuk, setelah itu meletakkan di hadapanku.
"Nah... silahkan makan, tuan kucing yang terhormat!"
"Baiklah, terimakasih human!" Aku pun makan tanpa basa basi lagi. Makan dengan lahapnya jajanan yang sangat jarang bisa aku makan.
"Enak?" tanya si human dengan suara yang terdengar aneh karena mulutnya penuh makanan.
Aku mengangguk sebagai jawaban ya, karena mulutku juga penuh dengan makanan.