Chereads / The Save World / Chapter 3 - Kisah Perjalanan Balas Dendendam : Pengendali Elemen Langka Es

Chapter 3 - Kisah Perjalanan Balas Dendendam : Pengendali Elemen Langka Es

Elementary, kekuatan elemen yang sudah ada didalam diri manusia sejak ia dilahrikan.

Elementary itu sendiri terbagi menjadi 5 elemen dasar yaitu Listrik, Api, Air, Angin dan juga Bumi. Namun diantara ke-5 elemen dasar itu ada 3 elemen langka yang disebut 3 elemen spesial, yaitu Cahaya, Kegelapan dan Es. Siapapun pemilik 3 elemen langka tersebut sudah dapat dipastikan jika ia sangatlah beruntung, beruntung karna telah memiliki elemen langka didalam tubuhnya tersebut.

Akan tetapi ada sedikit hal yang mengganguku tentang ke-3 elemen langka itu, yaitu keberadaan elemen Es sebagai elemen langka diantara 2 elemen supremacy lainya. Ya, jika dibandingkan dengan 2 elemen langka lainya, elemen Es sudah pasti tidak ada apa-apanya, itu dikarnakan kedua elemen baik itu Cahaya maupun Kegelapan adalah 2 buah elemen yang saling berhubungan dan tidak memiliki keterkaitan dengan 5 elemen dasar lainya.

Simpelnya, elemen Cahaya dan Kegelapan adalah 2 elemen berbeda yang memanglah sangat spesial, karna tak ada sangkut paut dengan ke-5 elemen dasar. Karna pada dasarnya ke-5 elemen dasar berhubungan satu sama lain, contohnya adalah Air yang mengalahkan Api, Api yang mengalahkan Angin, Angin yang akan mengalahkan Bumi, Bumi yang akan mengalahkan Listrik dan Listrik lah yang akan mengalahkan Air.

Seperti itulah hubungan ke-5 elemen dasar tersebut, masing-masing memiliki keungulan dan kekurangan terhadap salah satu elemen, akan tetapi itu tidak berlaku kepda Cahaya dan Kegelapan, karna hanya Cahayalah yang dapat mengalahkan Kegelapan dan hanya Kegelapanlah yang bisa mengalahkan Cahaya, itulah kenapa mereka disebut dengan elemen sepesial.

Lalu, kenapa ada elemen Es, itulah pertanyaan yang selalu muncul didalam benakku, kenapa tuhan menciptakan elemen Es, apa tujuan tuhan sebenarnya menciptakan elemen yang menyimpang itu ?.

Elemen Es bukanlah elemen sepesial yang tidak memiliki hubungan terhadap ke-5 elemen dasar, karna elemen Es adalah elemen yang memiliki hubungan dengan Air, Angin serta Api. Sebuah Es pada dasarnya dapat tercipta ketika elemen Air dikombinasikan dengan elemen Angin, serta dapat dimusnahkan dengan Api, sedangkan dua elemen spesial lainnya tidaklah memiliki hubungan dengan 5 elemen dasar, itulah yang membuat elemen Es aku pandang sebelah mata.

Namun meski begitu, elemen Es adalah elemen paling langka, yang sangat amat sulit ditemukan, aku sendiri pun tak pernah melihatnya dalam seumur hidupku, ya... aku tidak pernah melihatnya sebelumnya sampai pada akhirnya aku bertemu dengan salah satu pengguna elemen Es ditengah perjalananku menuju markas Save World terdekat dinegriku ini.

Pertemuanku dengannya bisaku katakan cukuplah unik, disaat aku yang sedang berjalan ditengah padang rumput yang luas dan tenang, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan kemunculan pria berambut biru yang jatuh dari langit dengan keadaan luka-luka. Ia jatuh tidak jauh dari tempatku berdiri.

Saat itu aku pun seketika langsung menghampiri dirinya, namun disaat aku ingin menolongnya, ia pun langsung berdiri, meski dengan susah payah. "Larilah..., larilah selagi bisa." Ucap Pria tersebut menahan sakit dari segala luka yang ia alami.

Saat itu aku hanya diam tak bergeming, aku belum ingin menanyakan sesuatu kepadanya saat itu, dikarnakan ia yang terlihat begitu waspada saat itu, dan perkataanya yang menyuruhku utuk lari dari tempatku berpijak saat itu, aku sedikit memiliki firasat bahwa orang ini sedang dalam bahaya, dan orang ini tentu saja bukanlah orang yang jahat. Dengan alasan itu semua aku pun tetap berdiri dibelakangnya, dan berniat membantunya saat itu.

Pria itu berpakaian begitu modis, ia memakai hoodie hitam serta celana jeans dan sepatu skets berwarna putih yang terkesan sangat modis. Jika melihat tampilannya saja, aku rasa ia adalah seorang dari anggota guild bebas, yang bekerja diguild hanya untuk membelikan barang-barang yang ia inginkan saja. Lalu jika melihat keadaannya yang sekarang, aku pun dapat menyimpulkan bahwa orang ini sudah berurusan dengan seseorang yang diluar batas kemampuannya.

Tak lama ia kemudian menoleh kearahku, dan melihat aku yang masih berdiri ia nampak begitu kesal. "Hei, kenapa kau masih disini nona, cepat pergi, disini berbahaya !"

"Tenang saja, aku akan membantumu." Ucapku dengan begitu percaya diri. Aku sendiri tidak begitu mengerti, mengapa saat itu aku begitu percaya diri jika dapat membantu orang itu menghadapi sesuatu yang telah membuatnya babak belur seperti itu.

Jujur saja, aku memang sudah berlatih keras selama sepuluh tahun, aku selalu berlatih mengasah elemen petirku setiap hati tanpa berhenti sama sekali. Akan tetapi aku hanya berlatih seorang diri, aku tidak pernah punya seseorang pun untuk membimbingku, maka dari itu sejujurnya aku tidak mengetahui batasan kekuatanku, atau sudah sehebat apa diriku ini.

Selain itu, selama 10 tahun pula, aku tidak pernah memakai kekuatanku ini kepada orang lain, aku hanya melepaskan kekuatanku kepada alam saja, seperti batu besar, tebing, atau pun bongkahan es. Namun terkadang aku juga menggunakan kekuatan listriku kepada hewan-hewan buas yang tak jarang menyerangku disaat aku sedang berlatih.

Jadi disaat aku mengatakan bahwa aku akan membantunya, sejujurnya aku pun sangat merasa gugup saat itu, itu semua karna aku belum pernah melawan seseorang atau apa pun yang berbahaya sebelumnya. Akan tetapi tentu saja aku sangat percaya diri dengan kemampuanku saat itu, itulah sebabnya aku dengan percaya dirinya mengatakan bahwa aku akan membantu dirinya.

Tak lama dari arah depan, terlihat cahaya api membara melesat kearah kami berdua dengan begitu cepatnya layaknya sebuah meteor. Aku yang memeliki kecepatan secepatan kilatan petir pun dengan sangat mudah bisa menghindari serangan itu.

Namun tidak dengan pria berambut biru itu, ia tidak dapat menghindari serangan cepat itu, alhasil aku yakin serangan bola api itu pasti mengenai dirinya dengan telak. Itulah yang aku pikirkan ketika aku telah berhasil menghindari bola api itu, akan tetapi ternyata, mesi ia tidak dapat menghindari serangan cepat itu, ia dapt menahan serangan itu dengan membuat sebuah tembok es yang cukup besar dihadapannya.

"Kau berhasil selamat !" Teriakku menghawatirkannya dari kejauhan.

Lalu dengan senyuman penuh percaya diri ia berkata. "Tenang saja, jika seperti ini, masih terlalu mudah untukku. Yang lebih penting persiapkan dirimu, karna ini hanyalah permulaan." Serunya dengan lantang seraya menahan kesakitan.

Benar saja, tak lama kemudian pria berambut panjang dengan warna rambu keemasan datang menghampirinya, ia melesat dengan sangat cepat layaknya sebuah roket ! Api-api mengelilingi tsekujur tubuhnya, bahkan hawa panasnya sudah sangat terasa dikulitku meski tidak bersentuhan dengannya sama sekali.

"Mau lari kemana kau bangsat !" Teriak Pria pirang berambut panjang itu.

Namun dengan sigap Pria berambut biru itu menahan serangan pria dengan rambut keemasan itu. Dengan membuat hawa dingin disekelilingnya, ia membuat api yang mengelilingi pria dengan rambut keemasan padam seketika. Lalu sesaat apinya padam, dengan cepat pria berambut biru menciptakan sebuah bongkahan es dari bawah tanah, dan menghantamkan bongkahan es itu tempat ke bagian perut pria dengan rambut keemasan itu.

Pria dengan rambut keemasan pun terpental cukup jauh, bergat serangan pria berambut biru itu. Aku pun seketika langsung terkejut melihat kehebatan dirinya itu, terlebih lagi dengan elemen es yang ia kendalikan, kali itu aku benar-benar pertama kalinya bertemu dengan pengguna elemen es, maka dari itu, hal itulah yang membuatku sangat terkejut ketika melihat kemampuannya itu.

"Kau pengendali es ?!" Teriakku dengan begitu semangat kegembiraan.

Disaat aku menunggu jawaban dari pria berambut biru itu, tiba-tiba saja seseorang dengan kecepatan secepat angin datang menghampiriku seraya melayangkan pukulan yang mengarah tepat ke wajahku.

"Awas !" Teriak Pria berambut biru itu, mencoba untuk memberitahuku bahwa ada sesuatu yang mendekat kearahku.

Namun meski itu terlihat sangat cepat, aku dapat melihatnya dengan jelas. Aku dapat merasakan dan melihat gerakan pria dengan wajah oriental, dengan rambut hitam pendek itu menyerangku. Alhasil aku dapat mengindarinya dengan mudah, sesaat sebelum pukulan pitu menghantam wajahku.

Aku berhasil menunduk dengan kecepatan yang aku punya, lalu belajar dari gerakan yang aku lihat dari pria berambut biru itu, dalam posisiku yang seperti ini, dan posisi musuh yang masih melayang diudara, aku dapat melayangkan serangan balasan kepadanya.

Tanpa pikir panjang aku pun mengeluarkan kekuatan elemen listriku untuk memutar tubuhku dengan cepat, lalu setelah satu putaran, listri sudah mengelilingi tubuh serta tangan kananku, lalu tangan kananku yang sudah diselimuti listrikku arahkan tepat ke tubuh pria berwajah oriental itu.

Karna serangan balasanku itu terjadi begitu cepat, pria berwajah oriental itu pun tak dapat mengindarinya, dan hanya bisa menerima serangan telak itu. Ia pun lalu terpental jauh dari hadapanku.

Pria berambut biru itu kemudian sangat terkejut ketika melihatku menghajar pria berwajah oriental itu. "Gila, kau sangat hebat !"

Dengan bangganya aku pun tersenyum menerima pujian itu. "Tentu saja, aku gitu loh...." Aku benar- benar merasa sangat senang ketika dipuji oleh dirinya saat itu.

Maklumi saja, karna itu adalah pujian pertamaku terhadap kekuatan bertarungku yang dilakukan oleh seseorang kepadaku.

Pria berambut biru itu pun kemudian berlari menghampiriku dengan wajah tersenyum.

"Aku tak mengira wanita secantik dirimu sangat hebat dalam hal bertarung."

Lagi-lagi aku larut dalam kebahagiaan sesaat dipuji olehnya seperti itu. "Terimakasih, aku juga tak menyangka dapat bertemu orang dengan elemen es sepertimu, bahkan ini pertama kalinya untukku."

"Woah..., benarkah ?"

"Ya..." Jawabku dengan senyuman lebar diwajahku.

Disaat aku baru saja memulai percakapan dengan pria berambut biru itu, tiba-tiba saja suara penuh kebencian terdengar sangat lantang dari arah dua orang yang tadi aku dan pria berambut biru itu pukul.

"Apa-apaan ini, kalian malah bercakap-cakap riam seperti itu !" Ucap Pria dengan rambut keemasan.

"Jangan kalian kira serangan selemah itu bisa menghentikan kami !" Teriak pria berwajah oriental.

Meski terlihat dalam kondisi buruk, merak bangkit dan menahan rasa sakit yang mereka terima dari pukulan listrikku serta serangan bongkahan es milik pria berambut biru itu.

Pria berambut biru pun seketika terlihat gelisah, ketika mereka berdua berdiri seakan serangannya bukan apa-apa. "Sialan, padahal tadi itu serangan terbaiku !" Geram pria berambut biru itu was-was.

Entah mengapa karna serangan pukulan listrikku tadi berhasil, itu semakin meningkatkan rasa kepercayaan diriku, terlebih seranganku, yangku pikir adalah serangan yang cukup lemah, justru bisa membuat mereka terluka separah itu.

Aku yang percaya diri tersenyum lebar seraya mengatakan padanya. "Tenang saja, biar aku yang urus mereka. " Seruku begitu percaya diri.

Lalu aku pun mulai menyiapkan kuda-kudaku, aku merenggangkan kakiku, seraya mengumpulkan energi listrikku, kedua lenganku aku hadapkan lurus kedepan. Tak lama energi listrik mengelilingi sekujur tubuhku yang kemudian menyatu dan berpusat pada kedua tangaku yang telah aku hadapkan kedepan layaknya sebuah meriam.

Energi listrik yang telah berhasilku kumpulkan lalu membentuk sebuah burung berwarna ungu kegelapan yang dipenuhi energu listrik. Itulah yang disebut sebagai teknik perubahan.

Perubahan adalah teknik tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh pengendali elemen pada tingkat atas, karna bisa dibilang teknik perubahan adalah teknik tingkat S+ yang mana elemen yang kau kendalikan bisa kau ubah sesuai keinginanmu. Kau bisa mengubahnya menjadi sebuah meriam, pedang, atau hewan sekalipun.

"Woah..., hebat, kau bahkan bisa melakukan teknik perubahan."

Aku pun tersenyum kegirangan mendengarkan pujiannya kembali. "Hehehe, perhatikan ini, janga biarkan pandanganmu lepas !" Teriakku dengan bangga.

Setelah itu aku pun melepaskan sebuah gumpalan energi listrik yang sudahku ubah bentuknya menjadi sebuah burung besar, yang berada ditanganku. "Thunder Bird !" Teriakku seraya melepaskan serangan terbaiku itu.

Serangan thunder birdku itu layaknya sebuah laser, meski ia terihat seperti burung yang sedang terbang cepat ketikaku lepaskan, akan tetapi daya hancurnya layaknya sebuah laser, seranganku menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya.

Karna begitu cepatnya serangan Thunder Bird miliku, mereka pun hanya bisa terdiam ketakutan melihat seranganku datang menghampirinya. Alhasil seranganku sukses besar mengenai mereka berdua. Dan berkat seranganku itu, akhirnya mereka berdua terkapar tidak sadarkan diri dengan luka bakar yang cukup serius diakibatkan serangan energi listriku tersebut.

Sementara itu, melihat begitu dahsyatnya serangaku, pria berambut biru hanya bisa terdiam seraya membuka mulutnya lebar-lebar.

"Bagaimana hebat bukan ?"

Ia pun kemudian menoleh dengan penuh senyuman kekaguman. "Itu sangat gila, tidakku sangka ada seseorang wanita cantik yang dapat menggunakan teknik sehabat itu !"

"Eh...," wajahku pun seketika memerah, aku benar-benar merasa malu ketika ia menyebutku cantik. Ya... jujur saja aku sangat bahagia jika ada seseorang yang memujiku cantik.

Ia kemudian menjulurkan tangannya.

"Namaku Blues Nicolas, salam kenal."

Serunya mengajakku berkenalan.

Dengan penuh senyuman diwajahku, aku pun menerima jabatan tangannya. "Silvia Saphira, salam kenal juga." Akhirnya kami berdua pun berkenalan.

Lalu Nicolas pun berjalan menuju tubuh dua orang yang terpara dengan penuh luka tersebu.

"Apa yang ingin kau lakukan Nicola ?" Tanyaku seraya mengikutinya dari belakang.

"Aku hanya ingin memastikan keadaan mereka saja, jika tiba-tiba mereka menyerangku kembali itu akan sangat merepotkan nanti." Jawab Nicolas seraya tetap berjalan kearah dua orang tersebut.

"Tenang saja... ada aku !"

Nicola lalu menoleh ke arahku, ia terlihat tersenyum geli mendengar ucapaku itu. "Hahaha, kau memang baik Silvia, akan tetapi aku tidak bisa selalu mengandalkanmu, kau pasti memiliki tujuan yang ingin kau capai bukan ?"

"Aku rasa kau ada benarnya...."

Lalu tiba-tiba hawa dingin terasa sangat menyengat dikulitku. Rasa dingin ini sangat berbeda dari rasa dingin yang pernahku rasakan sebelumnya, rasa dingin ini benar- benar membuat sarafku membeku seketika, jika saja aku tidak mengalirkan listrik pada sarafku, mungkin saja aku sudah terkena hipotermia saat itu.

Ini bukanlah sesuatu hal yang melebih-lebihkan, aku sudah hampir hidup 10 tahun di Islandia, negara yang hampir selalu diselimuti Es, akan tetapi rasa dinginnya tak akan pernah menyamai rasa dingin saat Nicola mula mengumpulkan hawa dingin disekujur tubuhnya.

"Dingin sekali." Keluhku seraya mengalirkan aliran listrik disekujur tubuhku.

"Mohon maaf sebelumnya Silv, tapi ini tak akan berlangsung lama, tolong bertahanlah." Serunya denga begitu gagahnya.

Tak lama kemudian hawa dingin berwarna putih kebiruan yang telah mengelilingi tubuhnya itu ia hempaskan kearah kedua orang yang terkapar itu, dan seketika dalam satu detik, tubuh mereka berdua berubah menjadi bongkahan Es.

Seketika aku pun terkejut melihat kejadian itu, aku benar-benar dibuat tabjuk olehnya.

"Hebat !" teriakku kagum seraya menepuk kedua tanganku dengan sangat cepat. "Kenapa tidak kau lakukan kepada kedua orang itu sedari tadi, jika kau lakukan itu kau bahkan tidak akan mendapatkan luka seperti itu bukan ?"

Nicola lalu tersenyum menatapku. "Andai saja aku bisa," ketika ia mengucapkan hal tersebut, aku hanya bisa menatapnya kebingungan seraya memiringkan kepalaku kearah kiri sedikit. "Sayangnya aku hanya bisa menggunakan teknik pembekuan ini jika targetku sudah melemah atau tidak dapat bergerak saja," lanjutnya menjelaskan alasan ia tidak menggunakan teknik pembekuan sedari awal. "Lagi pula jika aku menggunakannya sedari awal maka aku tidak akan dapat bertemu dengan wanita sehebat dan secantik dirimu Silvia." Serunya menggodaku. Dan entah mengapa itu sangat membuatku bahagia, sepertinya aku haus akan pujian.

Lalu dikarnakan ternyata Nicolas juga ingin pergi menuju pusat kota terdekat, pada akhirnya aku bersama dengan Nicola, kami berdua pergi kepusat kota terdekat bersama-sama.