"Bapak memanggil saya?"
"Sudah lah sayang kau tak perlu sekaku itu pada pacar mu yang gagah nan tampan ini" ucapnya sambil menghampiri ku dan memelukku dari belakang, menyalurkan rasa rindu sekaligus lelahnya karena beberapa hari ini harus tetap stay di kantor.
Dia adalah Matthew Cantwel boss sekaligus pacar ku, kami resmi berpacaran dari 6 bulan yang lalu.
Pertemuan yang tak terduga dengan ekspektasi satu sama lain yang jauh berbeda tentang karakter, kepribadian dan hidup dua insan tersebut. Pikiran yang terus menerus memikirkan dan bertanya-tanya dalam diam tentang keadaan satu sama lain sukses menjadikan mereka sepasang kekasih hingga saat ini.
Flashback
Matthew yang sehabis bermain baseball bersama rekan kerjanya merasa bahwa tangan kanannya sakit dan memutuskan untuk mengeceknya ke RS, takut-takut ada yang patah atau cedera serius pada tangannya.
Selepas diperiksa oleh dokter dan ternyata tangannya hanya terkilir Matthew pun memutuskan untuk segera pulang dan mencari tukang urut, Matthew yang sedang menyusuri bilik-bilik rumah sakit menyadari bahwa salah satu tali sepatunya terlepas, ia pun membenarkannya tepat di depan ruangan Alana dirawat dan pada saat itu pula suster yang sedang mengecek Alana keluar dan berfikir bahwa Matthew lah keluarga dari Alana karena bahwasanya hanya Matthew lah satu-satunya orang yang berada di depan ruangan tersebut, memberi tahu Matthew bahwa Alana sudah boleh pulang dan tidak boleh bekerja terlalu berat akibat bagian perut dan kepalanya yang baru saja di jahit beberapa hari lalu oleh dokter dikarenakan dirinya sehabis kecelakaan yang membuat beberapa bagian di tubuhnya sobek.
Matthew yang tak tahu apa-apa pun binggung dengan ucapan suster tersebut.
"Hah?"
"Istri bapak sudah boleh pulang, tapi tetaplah perhatikan ia agar tidak bekerja terlalu berat sebab lukanya yang baru saja dokter jahit."
Mata Matthew pun langsung tertuju pada gadis malang itu, melihatnya dengan tatapan iba, melihatnya dari celah pintu yang masih terbuka, [ memangnya kemana keluarga dari gadis ini, kenapa ditinggal sendirian? ] tanya Matthew dalam diam.
Matthew yang kasihan pada gadis tersebut pun meng-iya kan ucapan dari suster tersebut dan bertanda tangan bahwa ia lah keluarga dari Alana, membayar segala tunggakan rumah sakit yang Alana habiskan untuk perawatan dan pengobatan lukanya.
Suster itu pun langsung berpamitan dan Matthew pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan Alana.
"Mari ku antar"
"Kau siapa"
"Suami mu"
"Kata suster" ucap Matthew setelahnya.
Alana langsung melihat pria asing tersebut dari atas kebawah dengan tatapan mengintimidasi.
"Haha aku hanya bercanda, dan Matthew pun menceritakan bagimana ia bisa sampai disini dan disebut sebagai suami Alana"
"Terimakasih" Ucap Alana singkat.
"Welcome darl"
"Ku antar?"
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri"
"Kata suster kamu tidak boleh terlalu cape, apa kamu tidak kahwatir dengan kesehatan tubuhmu sendiri hmm? bagaimana jika lukamu kembali terbuka dan ba-" Alana yang tahu ini akan panjang pun cepat membalasnya.
"Ah baik lah"
"Dimana rumah mu?"
"Rumah ku di jalan xxxx"
Dan setelah pertemuan singkat itu Matthew menjadi sangat tertarik dan berhasrat untuk memiliki nya, mengetahui bahwa Alana adalah salah satu karyawan di kantornya membuat ia tak perlu susah-susah mencari Alana untuk pdkt. Berbulan-bulan Matthew berusaha membuat Alana tertarik padanya, melewati seluruh rintangan dan pengorbanan agar Alana tersentuh akan perlakuannya.
Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil, dengan segala perlakuan lembut dan perhatian yang diberikan Matthew pada Alana membuat Alana meliriknya dan membuka hatinya sedikit demi sedikit untuk Matthew lalu sampailah pada akhir hati dan rasa. Mencintai Matthew dan menjalin hubungan dengan Matthew.
Flashback off
"Bukan cinta pertama yang selalu gagal tapi ketepatan takdir. Mau kau bertemu dan berhubungan dengan pria ke sekian kalinya jika kau bukan jodohnya, hubungan mu akan gagal" -Mk.
----
"Bapak memanggil saya?"
"Sudah lah sayang kau tak perlu sekaku itu pada pacar mu yang gagah nan tampan ini" ucapnya sambil menghampiri ku dan memelukku, menyalurkan rasa rindunya karena aku yang tak bisa masuk bekerja beberapa hari kebelakang ini dan ia yang juga tak bisa menjenguk ku akibat sibuk mengurusi masalah kantor.
"hehe baiklah pacarku yang tampan" jawab ku.
"hehe, sini duduk di pangkuan ku" Ucap Matthew seraya memukul-mukul pahanya pelan.
Alana pun Alana pun menurutinya dan duduk di pangkuan Matthew, memeluknya bak koala sambil memainkan rambut hitam Matthew.
"emm al kamu beneran ga mau kita mempublish hubungan kita ke orang kantor atau menjadi sekertaris pribadiku gitu? aku benar-benar tak mau kamu di lirik dan dekati oleh pria manapun! kau tahu itukan?" Ucap Matthew sambil memeluk Alana dan mengelus rambut curly coklat Alana.
"Untuk saat ini aku tetap ingin seperti ini sayang, aku hanya ingin kau dan aku yang tahu hubungan ini, aku juga tak mau di perlakukan berbeda dari karyawan-karyawan lainnya jika mereka tahu bahwa aku ini pacar mu dan untuk menjadi sekertaris mu bagaimana nasib sekertaris mu yang sekarang hmm? kau tak bisa langsung meme-"
"Ku pecat" jawab Mathew cepat.
"Kamu harus profesional Matthew, kau tidak boleh memecat karyawan mu tanpa ada alasan yang jelas, apa kah kau tidak kasihan jika-" Matthew yang tahu kalau ujung-ujungnya ia akan diceramahi oleh gadisnya ini memilih memotong pembicaraannya dan menyahutinya secara cepat.
"ah iya iya baiklah nyonya Alana Cantwel yang bawel" Katanya sambil mencubit pipi Alana gemas sampai membuat pipi Alana menjadi kemerahan, mengecup pipinya berkali-kali seakan ingin mengurangi rasa sakit pada pipinya yang merah, membuat pipi Alana basah akibat kecupannya.
"apa-apaan itu menambahkan margamu di namaku, tapi umm itu lucu juga sih HAHAHA"
"Kamu ingin menikah dengan ku Alana?"
"Apa-apaan pernyataan mu itu" Ucapnya sambil menjitak dahi Matthew.
Kami pun tertawa terbahak bahak, Matthew memang lah tipe pria yang pintar mencairkan suasana-dengan ku, aku berkata demikian karena sikap Matthew yang selalu dingin dan angkuh jika bersama dengan partner kerjanya, karyawan maupun orang lain, berbeda jikalau bersama denganku, ia selalu bersikap kekanak-kanakan dan manja, menjadi kekasihnya sama seperti sedang merawat bayi, hahaha Matthew merupakan bayi besar ku.
Aku yang asik menemani Matthew mengerjakan pekerjaannya sambil sesekali bercanda tawa tak terasa bahwa kini sudah waktunya untuk makan siang, aku yang tak ingin orang lain mengetahui status kami berpacaran pun lebih memilih keluar ruangannya dan makan siang bersama temen-teman ku.
Sebelum aku beranjak dari pangkuannya, Matthew sempat berbisik pada ku "bersiaplah nanti malam, berdandan lah secantik mungkin, aku ingin memberi mu hadiah untuk memperingati hari jadi kita".
Aku tak menghiraukannya, lebih memilih berjalan keluar dengan wajah yang merah merona akibat tersipu.
Alana pun bergegas menemui teman-temannya yang tengah sibuk menyimpan file-file pekerjaan mereka dan mematikan komputernya tak lupa membereskan mejanya yang berserakan bungkus makanan akibat kebiasaan mereka yang selalu ngemil sambil bekerja. Menghampiri ke dua temannya sambil menyamarkan wajah bersemunya.
"lama sekali kau didalam sana bersama bos mu, kalian ini tengah berkencan di ruangan pak Matthew sambil bermesra-mesraan atau apa huh?" Ucap Tania lantaran Tania dan Bella yang lumayan lama menunggu Alana keluar dari ruangan pak Matthew, saking lamanya mereka sampai memutuskan untuk membersihkan mejanya terlebih dahulu.
"Hah a-apa maksud mu hahaha mana mungkin aku begitu" Ucap Alana terbata-bata karena kaget dengan penuturan temannya itu.
"Sudah-sudah bagaimana kalau kita makan diluar saja? sekalian merayakan hari jadi persahabatan kita yang ke satu tahun?" Ucap Bella seraya merangkul pundak Alana dan Tania.
"Setuju!" ucap Alana dan Tania secara bersamaan.
Mereka ber tiga pun memutuskan untuk makan siang di cafetaria pilihan Alana.
Pergi menuju cafetaria dengan bejalan kaki mengingat ke dua jarak antara cafetaria dan kantor nya yang tidak terlalu jauh, berjalan sambil sesekali bercanda tawa, berbagi pengalaman menjengkelkan tak lupa menjuliti siapa saja yang mengusik mereka.
Sesampainya Alana dan ke dua temannya di cafetaria mereka langsung disambut oleh pelayan cafe yang membawakan menu dengan buku kecil ditanggan kirinya.
"Permisi ka, ingin memesan sekarang atau nanti?" Katanya sesudah menyerahkan menu
"Sekarang aja deh mba, sya mau nasi goreng buldak minuman nya jus jeruk" Yang lainnya pun ikut menyampaikan menu apa yang mereka ingin makan siang itu.
Ditenggah kesibukan teman-temannya yang menyampaikan menu kepada pelayan, Alana meminta izin untuk pergi toilet,
"Aku izin ke toilet ya, menu ku samain aja sama punya mu bel" Katanya dan langsung bergegas meninggalkan mereka ber dua.
Alana yang tengah berjalan sambil sibuk mengamati ponselnya karena sedari tadi Matthew terus memberinya pesan romantis dan lucu membuatnya tak fokus pada jalanan, membuat nya tak sengaja menabrak seorang pria bertubuh jangkung.
Pria itu jelas marah karena sikap Alana yang ceroboh, membentak dan mengomeli Alana dengan wajah yang gusar.
Alana yang tenggah sibuk melihat layar ponselnya pun spontan langsung menatap pria itu namun karena wajahnya yang terlihat menakutkan akibat marah Alana pun memilih menundukkan wajahnya sambil berkata maaf.
"Emm maaf, ta-tadi saya tak memperhatikan jalan"
Pria tersebut tidak menghiraukan pernyataan Alana, ia malah melamun sambil memperhatikan wajah Alana, Bagaikan disambar petir pria yang tadinya marah dengan segala makian yang ia lontarkan sekarang diam, memekik dalam hatinya melihat wanita yang baru saja menabraknya ini. Ia mengenalnya, adik kelasnya sewaktu SMA.
Pria yang baru saja memaki Alana ini sudah sejak lama memperhatikan Alana tepatnya semenjak Alana baru memasuki dunia SMA namun karena dirinya yang berbeda 2 tahun lebih tua dari Alana membuat dirinya hanya bisa sebentar melihat dan memperhatikan Alana, dirinya yang mendapatkan beasiswa di New York juga mengharuskannya menjauh dari Alana, namun ia tak gentar perasaannya masih sama, masih menyukai Alana, bertahun-tahun sang pria mencari Alana, ia malah menemukan Alana disaat seperti ini, membuat dirinya terlihat tak baik di mata Alana karena memaki Alana disaat pertemuan pertamanya ini.
Mengapa ia bilang ini pertemuan pertama? karena sedari awal pria tersebut menyukai Alana tak sekalipun ia berani untuk menemuinya, bahkan ia tak pernah menceritakan ketertarikannya pada Alana kepada teman-temannya. Hanya dirinya sendiri lah yang mengetahuinya. Ansel Davidson namanya.
Di SMA nya ia dahulu terkenal sebagai murid yang pendiam dan dingin namun berprestasi dan multalenta, ia juga merupakan pria yang banyak di sukai para wanita di SMAnya dulu, most wanted yang sangat susah untuk didekati karena sikapnya yang amat dingin. Dirinya yang multitalenta dan aktif, membuatnya terpilih menjadi ketua basket sekaligus ketua OSIS di SMAnya.
Sikapnya yang pendiam dan dingin sangat bertolak belakang dengan sikap Alana.
Alana bak bunga matahari, periang dan pintar membuat seseorang nyaman berada dekat dengannya.
Flashback On
-SMA GARUDA-
Hari ini adalah hari pendatang murid baru, Alana dengan wajah imut nan polosnya tengah meminta sambil memohon kepada sang satpam agar mau membukakan gerbang sekolah untuk nya dikarena dirinya yang telat berangkat ke sekolah akibat telat bangun.
Alana yang tengah memohon tersebut sangat bertepatan dengan Ansel yang tengah lewat, memastikan bahwa tidak ada murid baru yang bolos mos. Pria yang menjabat sebagai ketua OSIS itu pun turun tangan dalam hal ini, meminta agar sang satpam membukakan gerbang untuk Alana.
"terimakasih ka" kata yang Alana lontarkan dengan senyum manisnya karena sudah dibantu masuk oleh Ansel, membuat siluet kebahagian kecil dan nyaman di hati pria tersebut.
"Kelapangan sekarang, pakai topinya, cepet!"
Ansel yang tidak ingin ketahuan bahwa dirinya ini tengah bersemu pun melontarkan suara tegasnya kepada Alana, seperdetik kemudian Ansel lebih memilih menyudahi segala rasa penasaran pada gadis itu agar tidak terlalu jatuh lebih dalam, namun jika sebelumnya ia bilang ingin menyudahinya ia salah, tuhan berkehendak lain.
-sebulan kemudian.
Saat ini Alana sedang bermain basket bersama beberapa temannya, terdapat juga beberapa teman kelasnya yang sedang melakukan berbagai macam olahraga dan sebagian lainnya sudah dapat dipastikan telah mengungsi di Uks.
Guru olahraga mereka yang tidak bisa mengajar hari itu dikarenakan sakit membuat anak-anak kelas 11-f melakukan kegiatan yang mereka sukai masing-masing, salah satunya adalah bolos dan tidur di Uks, kasur yang empuk dengan 2 AC yang bertengger di sisi ruangan membuat murid-murid ingin berlama-lama didalam sana.
Tanpa Alana sadari terdapat seseorang yang sedang memperhatikan nya dari kejauhan sambil memfotonya sesekali, ia adalah pria tersebut. ketua OSIS sekaligus ketua basket di tempatnya bersekolah, Matthew.
Ia mengaku, ia tertarik-sangat pada Alana di buktikan pada sikapnya saat ini, murid ambis yang merelakan bolos beberapa kali hanya untuk melihat Alana.
Beberapa bulan telah berlalu tak terasa kini Matthew sudah lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia mendapatkan beasiswa di universitas ternama dikota New York.
Selepas ia lulus SMA sampai ia kuliah semester terakhir dirinya masih tetap memikirkan gadis itu, gadis yang membuat siluet cinta dan debaran pada hatinya pada saat memandanginya.
Memandangi foto Alana dikala ia merindukannya, mencuri-curi waktu yang tepat dan mem-foto Alana diam-diam.
Jadi ia tak pernah berpacaran? jawabannya pernah, hanya beberapa bulan, gadis yang membuatnya tak mempercayai wanita lagi selain Alana, entah apa yang membuat Ansel berpikiran seperti itu yang jelas mulai detik itu ia memantapkan hatinya untuk gadis tersebut "Alana". Bertahun-tahun telah Ansel lewati untuk mencari gadis tersebut.
Dan dengan ke ajaiban sang maha kuasa kini mereka dipertemukan kembali tanpa sengaja membuat desiran rasa nyaman itu kembali di hati sang pria.
flashback off
"Umm ka?"
Alana yang mengucapkan itu pun sontak membuat Ansel terlepas dari lamunanya.
"Eh iya i'ts okey, sorry udah ngebentak lo" Ucap Matthew sambil berlenggang meninggalkan tempat itu.