Di sisi lain Kenzie yang baru sampai di Vila bersandar di dinding dengan keringat mengucur deras di dahinya, cuaca masih terasa dingin meskipun matahari sudah menampakkan sinarnya. Wajah Kenzie pucat napasnya terada berat, pandangan matanya berkunang-kunang. Tepat ketika ia akan roboh seorang berlari menangkap tubuhnya. Kenzie sudah tidak sadarkan diri lagi.
Saat ia bangun lagi, ia sudah berada di kamar tidurnya menatap sekeliling di sebelah ada gelas berisi air dan beberapa obat yang sepertinya sudah di sediakan sebelumnya, siapa yang sudah membantunya ke kamar, serta menyiapkan obat. Kenzie hendak bangun dan ia sadar kalau kakinya berdarah. Tapi sekarang sudah tidak terasa sakit lagi. Perbannya bahkan sudah di ganti.