Chereads / Ending. Jodoh tidak menunggu / Chapter 7 - Sieben

Chapter 7 - Sieben

Ocha menatap Kenzie tidak percaya rasanya dia ingin memukul wajah menyebalkan laki-laki tampan itu tapi dia masih sadar kalau tempatnya masih di kantor polisi. "Bisakah aku memintamu untuk mengatakan yang sebenarnya. Kamulah yang membiarkan aku menyetir mobil.."

"Aku tidak bodoh! Asuransi tidak akan membayarku.." kata Kenzie lagi tidak mau mengalah.

Ocha semakin kesal "Aku sedang buru-buru. Aku harus membawa ikan ini ke rumah dalam waktu lima belas menit. Kata Ocha menunjuk ikan di atas meja polisi.

Kenzie yang duduk seperti bos di kursi sedikit menengadah pada ocha dan sedikit mengangguk kemudian dia berdiri berjalan ke arah meja polisi dan mengangkat kantong plastik yang berisi ikan. Kenzie melihat ikan di dalam kantong plastik itu yang bergerak lemah mungkin sebentar lagi akan mati. Kemudian dengan gerakan santai dia melemparkan ikan tersebut ke dalam tong sampah. Ocha menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

Kenzie kemudian berkata dengan santai "Kau tidak perlu khawatir.. kita dapat menghitung biaya kompensasi.." ujarnya dengan wajah yang di buat sedikit sedih.

Sedangkan Ocha masih menatapnya tajam seakan tatapannya siap membunuh Kenzie saat itu juga, napasnya naik turun menahan emosi yang siap meledak, dengan langkah lebar Ocha berjalan ke hadapan Kenzie dalam hati Ocha merutuk kenapa laki-laki itu sangat tinggi membuatnya terlihat sangat kecil. Tapi ocha ingat dengan emosinya dia pun berkata "Kau mau menang sendiri dan egois, dalam hidupmu, tidak ada satu masalah pun untukmu, benar bukan? Itulah kenapa kau sangat jahat kepada orang lain. Yang kau sakiti adalah dirimu sendiri itu karena kau menyerah pada sesuatu dan memperlakukan diri seperti sampah."

Kenzie mendengarkan emosi Ocha yang meledak-ledak, laki-laki itu masih terlihat santai bahkan dia sedikit tersenyum seolah kemarahan Ocha adalah hiburan yang menarik di matanya. Dia sedikit menghela napas dan mengangguk.

"Itu benar. Tinggal lempar dirimu ke tempat sampah. Aku sampah! Aku bahkan tidak punya ayah sejak umur delapan tahun dan menderita PTSD."

Mendengar itu tatapan tajam Ocha perlahan melembut dan dia mulai merasa sedikit merasa kasihan pada Kenzie.

"Selama masa kana-kana, aku cacat mental, aku tidak bisa mengontrol sikapku dan selalu membuat masalah. Dan tidak memiliki arti… hidup seperti sampah.. apa kau puas?" Ocha merasa bersalah, gadis itu menghela napas "Kenapa? Bukan karena kau telah mendengar aku tidak mempunyai ayah dan kau melihatku menyedihkan? Siapa yang menginginkan simpatimu.."

Ocha semakin kesal, sia-sia dia merasa kasihan pada Kenzie jika mulutnya sangat kasar dan menyebalkan. Saat Ocha akan membalas ucapannya seseorang datang membuat perhatian Ocha teralih kan, dia melihat pendatang itu seorang laki-laki paruh baya mungkin usianya sekitar lima puluh tahun, dia membawa sebuah tas kerja.

Laki-laki paruh baya itu berkata "Aku tidak menyangka akan menyelesaikan kasus seperti ini."

Kenzie merengut ketika melihat pendatang baru itu, dengan wajah bosan dia berjalan kembali duduk ke tempat duduknya semula menyilangkan kakinya seperti seorang bos besar, laki-laki paruh baya itu terlihat sangat baik dan sepertinya menyayangi Kenzie terlihat dari tatapannya yang lembut pada Kenzie. Ocha dan polisi yang duduk di kursi menatap dua orang itu dalam diam.

Kenzie masih dengan gaya congkak serta arogan miliknya berkata dengan nada santai "Sebenarnya pengacara Kusuma tidak perlu datang saya bisa mengatasi ini sendiri. Cerita yang kau buat bagaimana aku terluka ketika masih kecil, aku mengingat semuanya.." katanya tapi tatapannya tertuju pada Ocha.

Ocha yang melihat itu mengerut kening bingung dalam hati dia bertanya-tanya ' sebenarnya apa yang ada dalam hati dan pikiran laki-laki sombong itu. Tapi Ocha hanya memilih diam dan terus menatapnya dan mendengarkan ocehannya yang semakin tidak masuk akan dan menyebalkan untuk di dengar. Namun kata-kata Kenzie selanjutnya membuat matanya melotot marah.

"Jika kau tidak percaya kau bisa bertanya pada wanita itu, bukankah disa sudah memakiku?"

Ocha menoleh pada pengacara yang sebelumnya di panggil sebagai pengacara Kusuma oleh kenzie, pria paruh baya itu berkata dengan tenang "Tidak mengakui punya penyakit ini juga merupakan tanda penyakit ini. Ini, aku punya surat keterangan dokternya tuan Kenzie. Mohon maaf, klienku punya masalah dengan emosi dan sedang menjalani terapi, aku percaya ada beberapa dokumen yang bisa menjelaskan ini jadi, aku mewakili dia untuk mengurusi masalah hukum ini." Kata pengacara kusuma sambil mengeluarkan sebuah map tebal keluar dari dalam tasnya dan menyerahkannya pada polisi.

Ocha masih berdiri di tempatnya menatap semua itu, dia sedikit melirik pada Kenzie yang duduk di kursi seperti bos besar namun wajahnya terlihat sangat tidak senang dia terus meniru gaya bicara pengacara kusuma sambil menggerakkan bibirnya seperti bebek. Polisi yang melihat isi dokumen itu pun berkata "Silakan isi dokumen perwakilan.."

Pengacara kusuma memegang pena akan mengisi dokumen ketika suara datar Kenzie terdengar di belakangnya "Terlambat. Biasanya hanya membutuhkan sepuluh menit setelah tiba, apa wanita tua itu tidak datang?"

Pengacara kusuma menghela napas dan tersenyum menjawab "Ibumu sedang menangani beberapa masalah penting. Dia tidak bisa datang."

Kenzie tersenyum sinis mendengar alasan yang sama lagi "Kau bahkan punya alasan untuk dia. Keahlianmu membantunya membersihkan masalah semakin profesional tapi keahlianmu membuat alasan masih sangat standar.."

Pengacara hanya bisa menghela napas mendengar ucapan Kenzie, dia tidak akan berdebat dengan pemuda itu. Dan melanjutkan mengisi dokumen.

Kenzie menoleh ke arah Ocha tatapannya masih sama menyebalkan dan memuakkan di mata Ocha "Nona, jika kau sudah keluar dari kantor polisi kita bisa hitung-hitungan biaya kerusakan.." ujarnya mengingatkan Ocha atas kerusakan pada mobilnya.

Kemudian terdengar suara rebut dari luar kantor dan masuk ke dalam. Ocha mengenal dua orang itu. Itu adalah ibu-ibu yang naik bus bersamanya sebelumnya, mereka terlihat khawatir.

"Nona, dia masih di sini.. bocah nakal ini masih di sini juga. Nona, apa kau baik-baik saja?"

Mendengar keributan Kenzie sedikit menoleh melihat dua ibu-ibu berjalan menghampiri Ocha, begitu pula dengan pengacara kusuma yang juga tertarik dengan keributan yang di buat oleh dua ibu-ibu itu. Keduanya memeriksa tubuh Ocha dari atas ke bawah bahkan gadis itu berputar-putar oleh kedua ibu-ibu itu untuk melihat apakah ada luka pada tubuhnya. Setelah melihat tidak ada luka sedikit pun kedua ibu-ibu itu menghela napas lega.

"Oh! Terima kasih tuhan.. jangan takut kami si dini sebagai saksi untukmu.."

"Benar, aku tahu kau hanya membantu mengemudinya, kau hanya tertipu oleh bajingan itu."Tunjuk salah satu ibu-ibu dengan nada marah pada Kenzie. Kemudian dia beralih pada polisi yang berdiri di dekat meja "Benar! Pak polisi biar ku beri tahu, nona ini sangat baik. Kau harus membiarkannya pergi. Dia." Tunjuk ibu-ibu itu lagi pada Kenzie "Dia yang menipunya untuk memindahkan mobilnya kamu semua melihatnya.. bukan nona ini. Bajingan ini yang harusnya di periksa. Anak nakal ini yang salah. Kau harus menahannya.