Ocha yang bosan meminta seorang perawat mendorong kursi rodanya keluar. Ia ingin duduk di tempat biasa ia menggambar karena di sana ia selalu merasakan kedamaian. Meski ia tidak tahu gambar siapa yang sedang ia goreskan di atas kertas sketsa. Karena semakin hari gambarnya juga semakin tidak jelas, ia berulang kali bertanya pada perawat yang merawatnya, gambar siapa yang ia gambar selama ini, kenapa semua buku sketsanya berisi wajah yang sama.
Berulang kali ia mencoba menggambar bentuk yang lain tapi tetap saja pada akhirnya berakhir dengan bentuk wajah. Ia tidak ingin milik siapa wajah itu.
Angin bertiup semakin kencang, daun-daun kering beterbangan. Ocha memejamkan matanya menikmati sapuan lembut angin yang menerpa wajahnya. Ocha meletakkan kertas gambarnya di atas kursi di sebelahnya. Sedikit memutar kursi rodanya melihat hutan pinus di belakang bangunan Sanatorium tempat ia tinggal sekarang.