Rey menatap ayahnya dengan ekspresi datar. Namun, ia tidak dapat menyembunyikan keluhan di dalam matanya. Apa salah mengakui semuanya dengan jujur. Disisi lain, tuan Farraz berusaha menghentikan tawanya karena perut beliau mulai terasa kram.
"Pergilah jika kau ingin menemuinya!" usir tuan Farraz sambil melambaikan salah satu tangannya.
"Aku sudah berjanji kepada kakek akan tetap disini satu hari lagi!" ungkap Rey pasrah.
"Urusan kakekmu biar aku yang mengurusnya!" usul tuan Farraz sedikit terhibur.
"Tapi bagaimana kalau... "
"Kau tidak mempercayai perkataan Ayahmu?" tanya tuan Farraz terlihat mengerutkan dahi merasa tidak suka kemampuannya diragukan oleh putranya.
"Baiklah! Aku pergi dulu, Yah!" pamit Rey cepat.
"Jangan lupa obati lukamu!" pesan tuan Farraz.
"Hmm"