"Ba-bagaimana mungkin Perth berhubungan dengan semua ini?" tanya Nattarin tidak mengerti.
"Ini hanya kecurigaanku saja." jawab Bryan.
Nattarin pun menemani Bryan disaat dia tengah mengeluarkan peluru itu dari perutnya. Terkadang wajah Nattarin meringis, seakan bisa merasakan apa yang dirasakan Bryan. Setelah peluru itu keluar, dia menjahit lukanya dibantu Nattarin. Setelah Kana memastikan Bryan beristirahat, dia pun keluar kamar membuat bubur untuk Bryan.
"Bryan .. Bryan bangunlah. Makanlah dulu." panggil Nattarin sambil mengguncang tubuh Bryan.
"Nnnggghhh sayang. Nat buatkan apa untukku?" tanya Bryan.
"Bubur. Makanlah." jawab Nattarin.
Bryan berusaha bangun dibantu Nattarin setelah meletakkan buburnya diatas nakas. Dengan penuh cinta Nattarin menyuapi Bryan, walau terkadang dia agak sedikit meringis menahan kesakitan pada perutnya.
"Bryan, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Nattarin.
"Aku akan menyelidiki siapa dalang dibalik ini semua." jawab Bryan
"Tapi apakah Perth juga kamu curigai?" tanya Nattarin.
"Bisa saja kan. Karena hanya dia saja yang tahu kalo aku yang mengantarmu pulang." jawab Bryan.
"Apa Perth bekerja sama dengan Joe?" tanya Nattarin kembali.
"Bukan. Tapi dia bekerja sendiri." jawab Bryan.
"Tujuannya?" tanya Nattarin lebih detail.
"Justru itulah yang akan kuselidiki sekarang." jawab Bryan.
"Baiklah. Sekarang kamu istirahatlah. Aku akan menyiapkan makan siang untuk kita." ujar Nattarin.
"Jangan pergi sayang. Tetaplah bersamaku." pinta Bryan sambil menarik tangan Nattarin.
"Bryan...."
"Tidak ada bantahan. Tetaplah bersamaku." ujar Bryan.
"Baiklah. Sekarang istirahatlah. Aku akan terus berada disini sampai kamu tertidur" jawab Nattarin sambil membetulkan bantal agar Bryan bisa beristirahat.
Selama Bryan sedang beristirahat, Nattarin terus menemaninya dan membuat Nattarin berpikir kenapa Bryan bisa mencurigai Perth. Saking lelahnya berpikir, akhirnya Nattarin pun ikut tertidur disamping Bryan. Malamnya Nattarin terbangun dan menemukan Bryan sudah tidak ada di tempat tidurnya. Nattarin yang kuatir pun langsung mencari Bryan yang ternyata berada di dapur sedang membuatkan makan malam.
"Bryan ... kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Nattarin sambil mengucek matanya.
"Sudah jangan dikucek lagi. Ayo duduk. Aku menyiapkan makanan untukmu. Tapi aku tidak tahu apakah itu merupakan seleramu atau bukan." jawab Bryan membawa tubuh Nattarin untuk duduk.
"Hmmmmm ... harumnya. Inikan pork basil kesukaanku" ucap Nattarin dengan mata berbinar.
"Benarkah? Kalau begitu Makanlah." ujar Bryan.
Mereka pun makan malam dengan sangat tenang. Sekali kali Bryan melihat kearah Nattarin karena dia tidak tahan dengan manisnya perempuan itu. Sementara Perth yang berada di rumah sangat kuatir dengan apa yang dia lakukan pada Bryan. Dia terus berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada kakaknya itu.
"Maafkan aku kak. Aku terpaksa melakukan ini karena kakak tidak pernah mau jujur pada hati kakak sendiri. Semoga saja kakak tidak apa-apa." gumam Perth sambil mengusak kasar rambutnya.
Tok .. tok .. tok
"Masuk." pinta Perth.
"Tuan, para tetua sudah hadir. Mereka berada di ruang tengah sekarang" ucap maid.
"Baiklah. Siapkan makan malam" pinta Perth.
"Baik tuan" jawab maid
Makan malam pun disiapkan maid atas perintah Perth untuk menjamu para tetua yang merupakan kepala mafia yang sudah pensiun dan Bryan menjadikan mereka sebagai penasehatnya. Perth kemudian turun dari atas dan menyambut ramah para tetua itu.
"Selamat malam paman." sapa Perth ramah.
"Malam. Dimana Bryan?" tanya Seorang pria tua yang sudah uzur.
"Kakak sedang keluar. Aku yang akan menjamu semua paman untuk makan malam dirumah." jawab Perth.
"Oh. Kapan dia kembali? Dengar-dengar kalian diserang oleh orang tak dikenal. Sudah tahu siapa dia?" tanya pria uzur tadi.
"Masih dalam penyelidikan paman." jawab Perth sambil memberi tanda dan mereka pun tahu siapa dalang dibalik itu.
"Semoga saja cepat ditemukan." ujar pria uzur yang lain.
"Iya paman. Ayo silakan dimakan" jawab Perth mempersilakan para tetua untuk makan.
Selesai makan para tetua itu pun diundang Perth untuk ke ruang kerjanya membicarakan masalah perusahaan. Para tetua itu cukup mengenal Perth sebagai pengusaha yang jeli dan pintar dalam membaca situasi. Di umur 15 tahun, mainan Perth adalah saham dan dia sangat pintar dalam memprediksi kapan saham akan naik, turun bahkan anjlok. Perth juga pengalaman dalam membuat saham anjlok sampai ada beberapa pengusaha yang dibuatnya bangkrut kemudian bunuh diri hanya dengan menyebarkan gosip palsu.
Kali ini kehadiran daripada para tetua itu selain mau makan malam bersama Bryan juga mempunyai tujuan yang lain, yaitu memberikan tugas kepada Perth agar membuat perusahaan saingan mereka bangkrut dan mereka bisa dengan bebasnya menguasai saham perusahaan saingan mereka. Perth juga tidak begitu bodoh menerima tugas itu begitu saja tanpa menyelidiki perusahaan itu terlebih dahulu.
Setelah kepergian para tetua itu, Perth menelepon orang kepercayaannya untuk menyelidiki perusahaan milik Yacht yang merupakan teman masa kecil Perth yang akan dikuasai oleh para tetua itu.
Pikiran Perth mulai melayang saat dia berumur 7 tahun, dimana di sekolah dia adalah seorang murid yang tidak ada 1 pun yang mau berteman dengannya karena dia merupakan bagian dari keluarga mafia. Mereka takut keluarganya akan dibunuh juga oleh keluarga Jongcheveevat. Hanya ada 1 saja yang mau berteman dengannya tanpa memandang status sosial, yaitu Yacht.
Sejak itu mereka selalu berteman. Kemana ada Perth, disitu ada Yacht dan mereka tidak terpisahkan. Setelah mereka tamat dari universitas, Yacht pun memulai untuk membuka perusahaan di New Zealand dengan ½ dari hasil warisan ayahnya. Awalnya mereka sempat berkomunikasi, tapi kemudian komunikasi terputus dan Perth tidak tahu lagi kabar Yacht sampai pada saat dimana para tetua itu menugaskan Perth untuk membangkrutkan perusahaan milik Yacht.
1 minggu setelah kejadian itu, Perth yang tidak tahu kabar Bryan pun langsung pergi menghampiri rumahnya yang berada di hutan. Perth dengan hati-hati berjalan di hutan tersebut, karena banyak jebakan yang dipasang oleh kakaknya itu, berupa ranjau dan bom. Jika diinjak maka alarm yang tersambung ke rumah Bryan akan berbunyi dan dalam hitungan detik, tubuhnya akan terpisah dari badannya.
Tok ... tok ... tok ... tok
"Lama banget sih bukanya. Nih orang kemana ya? Mobilnya juga gak ada. Ckckck ... apa lewat pintu belakang aja kali ya." gumam Perth yang berjalan ke pintu belakang dan ternyata pintunya tidak dikunci. Perth pun melenggang masuk ke dalam dan menemukan Bryan sedang bermesraan dengan Nattarin. Mata Perth hanya bisa membulat dan sesekali menggeleng-gelengkan kepala karena percuma saja bagi dia yang sudah begitu khawatir dengan Bryan.
"Perth ... sejak kapan kamu berada disitu?" kaget Mew.
"Udah dari tadi kak. Masa kakak gak waspada kalo pintu belakang gak dikunci." kesal Perth.
BUUUGGGHHH ... BUUUGGGHHHH
"Aaaawwww ... apa-apaan sih Nat? Kenapa kamu pukul aku?" tanya Perth dengan kesal.
"Aku memukul seorang penghianat. Dimuka bumi ini seorang penghianat seperti kamu gak bakalan akan diterima" kesal Nattarin.
"Penghianat? Maksudnya apaan sih? A-aku gak mungkin hianati kakak ku sendiri. Kak, belain aku dong." ujar Perth yang meminta pembelaan dari Bryan.
"Hahhahahhahahhaha" tawa keras Bryan.
"Malah ketawa. Bukannya dibelain. Dasar kakak aneh." kesal Perth.
"Nat, sebenarnya Perth bukanlah pengkhianat. Ini semua hanyalah permainan dari kami saja untuk mencari pengkhianat diantara para tetua yang lain. Karena kami telah menerima kabar kalo ada diantara para tetua itu yang bekerjasama dengan Joe untuk memusnahkan perusahaanku." cerita Bryan yang membuat Nattarin mengangakan mulutnya tidak percaya.