Lagi seperti orang bodoh aku berlari lagi ke arahnya, meski aku sudah tahu akan seperti apa akhirnya tapi aku tak bisa menghentikan hati ini. Kaki ku langsung berlari ke arahnya begitu melihat dia menangis, tangan ku bergerak sendiri menghapus air matanya meski tanpa di minta olehnya. Dan badan ini bersedia menjadi tameng baginya untuk mengahalau serangan sebisa mungkin agar tak akan melukainya. Hanya dengan sebuah senyuman dia bisa membuat aku berlari mengikutinya seperti anak anjing yang haus kasih sayang. Dan hanya dengan setetes air mata aku bisa menjadikan bahuku ini tempatnya bersandar seperti pria dewasa. Entah sejak kapan ini di mulai tapi aku seakan terjerat padanya dan hanya menjadi robot mainan untuknya. Semuanya seperti sudah terprogran secara permanen tak bisa di hapus lagi, meski teman-temanku sudah menahan agar aku tak pergi lagi padanya tapi aku memberontak dengan sendirinya dan berlari lagi padanya.