Caramel berlari sejauh yang ia bisa. Langkah-langkah kakinya sudah terasa cukup berat karena ia berlari terlalu lama. Caramel pun menghentikan langkahnya dan berusaha untuk mengatur pernapasannya yang tidak dalam kondisi baik. Ia menyeka keringat yang membasahi wajahnya dengan kasar. Rasanya Caramel seakan baru saja mengikuti lomba lari maraton yang harus ia menangkan.
Caramel pun memilih untuk mengistirahatkan dirinya di bawah pohon yang tidak terlalu besar namun cukup untuk tempat tubuhnya bersandar disana. Caramel mulai memperhatikan sekitaran dirinya yang tampak sepi, seakan tidak berpenghuni. Ia mencoba untuk tetap berpikir positif walaupun tetap saja gagal, karena hanya Caramel seorang yang berada disana.
"Akhirnya." kata Caramel mampu bernapas dengan lega melihat sebuah anak panah penuntut jalan agar ia bisa kembali menuju ke rombongan sekolah.