Bel sekolah berbunyi begitu nyaring yang sangat ditunggu-tunggu oleh para murid, yaitu bel pulang sekolah. Berbunyinya bel tanda pulang sekolah kali ini sudah sangat ditunggu oleh Caramel sejak jam istirahat pertama. Kali ini ia memiliki beberapa cara untuk dapat mendekati Galaksi secara perlahan.
"Eh, udah mau pulang?" Tanya Caramel yang tentu saja tidak digubris oleh Galaksi.
Galaksi bahkan sudah berjalan keluar kelas dan Caramel pun mengejar Galaksi.
"Tunggu!"
"Jangan ikutin gue." Peringat Galaksi.
"Itu...hm, gue mau minta tolong."
"Lo salah orang."
"Enggak lo orang yang tepat kok." Jawab Caramel cepat.
Galaksi pun terpaksa menghentikan langkahnya. Ia memutar badan untuk bisa berhadapan dengan Caramel.
"Gini, gue masih enggak ngerti sama pembahasan mam Ros yang bagian ini." Kata Caramel menunjuk beberapa soal dan contoh soal matematika dari buku yang dibawanya.
Galaksi memilih diam, mengamati beberapa soal yang tertera di buku yang ditunjukkan oleh Caramel. Melihat Galaksi yang tak bergerak sedikit pun membuat Caramel merasa gugup.
"Gampang." Katanya tiba-tiba mengejutkan Caramel.
Caramel menjilat bibir bagian bawahnya sekilas. "Ehm, boleh minta tolong ajarin enggak?" Tanyanya dengan gugup, takut mendapat penolakan dari Galaksi.
Sungguh rasanya Caramel seperti sedang berhadapan dengan guru matematikanya langsung.
"Enggak ada modus." Jawabnya memberi peringatan.
Caramel mencebik kesal. Padahal niatnya memang begitu, tapi ternyata alibi meminta di ajari pada Galaksi ini berhasil. Ia pun mengikuti langkah Galaksi ke parkiran.
"Galaksi jarang nolak kalau ada yang minta di ajari soal matematika ke dia. Lo boleh coba pulang sekolah nanti." Saran Antariksa ketika mereka sedang di rooftop.
Caramel tersenyum senang mengingat saran Antariksa tidak berakhir sia-sia. Itu artinya Antariksa memang serius membantunya.
"Enggak ada yang lucu." Galaksi tiba-tiba bersuara di keheningan mobilnya yang membawa mereka berdua.
Caramel pun langsung memasang wajah datarnya.
"Itu tadi ada orang yang hampir jatuh disana." Alibinya lagi.
"Itu lo sebut lucu?"
Sial, Caramel salah bicara. Memang ya kalau berbicara pada Galaksi harus memikirkannya dulu baru mengatakannya. Jika seperti ini, Caramel sendiri yang kelabakan.
"Enggak, ada badut." Jawabnya ngasal dan tanpa Caramel tahu, Galaksi tersenyum tipis di sebelahnya.
Mengabaikan itu, Caramel mengambil ponselnya di dalam saku rok. Kemudian ia mengetikkan sebuah pesan untuk Antariksa.
Sih Cokelat : Gue otw rumah lo, siapin makanan yang banyak yaa!
Alien Antariksa : Lo pikir gue babu lo!
Caramel terkekeh pelan melihat balasan Antariksa yang datang secepat kilat. Hal itu tidak luput dari pandangan Galaksi.
"Ada badut lagi?"
Caramel langsung mematikan ponselnya dan menatap Galaksi dengan senyuman lebar.
"Kali ini alien!" Katanya dengan semangat.
Galaksi bahkan hampir tertawa karenanya, tapi sebisa mungkin ia tahan. Namun beruntungnya, kali ini Caramel tidak kehilangan moment itu.
Ia melihatnya. Caramel melihat senyuman tipis Galaksi yang sangat menawan.
"Muka lo merah. Kalau mau ketawa ya ketawa aja, enggak ada yang larang." Kata Caramel sembari menahan senyumnya, tidak ingin membuat Galaksi merasa kalau ia sedang mengejek pria itu.
"Enggak." Sanggah Galaksi dingin dan satu kata itu adalah kata terakhir yang mengakhiri obrolan mereka di sisa perjalanan ke rumah Galaksi.
"Kita belajar disini?" Tanya Caramel ketika Galaksi sudah menempatkan dirinya di sofa ruang tamu.
Galaksi hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya.
"Oh, gue kira." Gumamnya yang masih di dengar Galaksi.
"Mikir apa lo?" Tanya Galaksi membuat Caramel menggelengkan kepalanya cepat.
"Enggak mikir apa-apa." Jawabnya.
Caramel terlalu malu karena memikirkan hal-hal yang jauh dari ekspetasinya, bahkan bisa terbilang mustahil. Karena ia pikir mereka akan belajar di sebuah ruangan yang lebih baik belajar di dalam ruangan tertutup. Seperti kamar Galaksi misalnya?
"Yang mana?" Tanya Galaksi yang mulai membuka topik pembahasan dari buku Caramel.
"Ini yang ini." Tunjuknya pada topik mengenai Trigonometri.
Galaksi mengamati soal-soal itu dengan teliti. Ia terlalu fokus pada soal, sehingga Caramel juga bisa terlalu fokus pada Galaksi. Ekspresi Galaksi ketika sedang mencermati sesuatu sangatlah sexy baginya.
"Ini gini." Kata Galaksi yang mulai mencoret-coret buku cetak Caramel dengan cepat.
Caramel memggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Enggak paham. Lo cepat banget ngejelasinya." Katanya mengeluh.
Galaksi mencoba bersabar. Galaksi pun kembali menjelaskan ulang dan kali ini ia menjelaskan dengan sedikit lambat, sehingga Caramel mampu menangkap apa yang dijelaskan olehnya. Caramel tersenyum senang karena ia bisa memahaminya sekarang.
"Segampang itu ternyata!" Pekiknya tanpa sadar.
Caramel pun mengambil alih buku cetaknya, kemudian mengerjakan satu soal yang hampir sama jalannya dengan soal yang dikerjakan Galaksi.
Galaksi juga menikmati pemandangan di sebelahnya saat ini. Ternyata Caramel lucu juga kalau serius gini, pikirnya.
"Ginikan? Gue benarkan?" Tanyanya antusias sembari menunjukkan hasil yang ia kerjakan pada Galaksi.
Galaksi mengangguk membenarkan.
"Kerjakan yang ini." Suruh Galaksi menunjuk satu soal yang Caramel tidak tahu caranya.
"Gue enggak bisa kalau enggak ada contohnya." Jawabnya lesu.
"Lo bisa."
"Enggak bisa. Harus ada contohnya."
"Ini gampang."
"Iya buat lo. Enggak untuk gue."
Galaksi kembali mencoba bersabar dan mulai memberikan contoh pada Caramel, hingga mereka tanpa sadar sudah menghabiskan banyak waktu untuk belajar.
Caramel menguap di tempatnya, kemudian ia mulai menggaruk matanya yang terasa gatal. Caramel mengantuk.
"Baru segini." Kata Galaksi memberitahu jika soal yang mereka kerjakan baru sedikit.
"50 soal lo bilang baru?" Sindir Caramel.
Ini bahkan lebih dari yang ia pikirkan dan ini untuk pertama kalinya bagi Caramel mengerjakan soal matematika sebanyak soal yang mereka kerjakan barusan. Kepalanya terasa cenat-cenut sekarang.
"Lanjut."
"Stop! Gue ngantuk." Kata Caramel cepat.
Ia sudah muak dengan soal-soal yang ia kerjakan sebelumnya. Apalagi untuk melanjutkan soal baru, mungkin Caramel akan mengeluarkan seluruh isi perutnya sebentar lagi. Untungnya pada saat Galaksi hendak kembali melanjutkan, keduanya di kejutkan oleh suara aneh yang berasal dari perut Caramel.
Caramel langsung menutup kedua wajahnya menggunakan kedua tangannya. Ia merasa sangat malu.
"Gue lapar." Akunya pelan.
Bukannya Galaksi jahat, tapi jika sedang belajar ia tidak suka diganggu oleh apa pun dan siapa pun. Sehingga sampai saat ini keduanya memang belum makan apa-apa.
"Eh, mau kemana?" Panggil Caramel ketika Galaksi beranjak dari duduknya.
"Makan." Jawab Galaksi acuh yang kemudian sudah berjalan ke arah dapur.
"Tunggu, gue ikut!" Panggil Caramel dan langsung menyusul langkah Galaksi.
"Udah selesai nih belajarnya?" Tanya Cakrawala yang sedang duduk di kursi makan sembari ngemil makanan ringan.
"Belum."
"Udah."
Keduanya menjawab dengan jawaban yang berbeda. Cakrawala tertawa dibuatnya.
"Udah kali bang Lak. Kasian Caramel pasti dia suntuk banget tuh." Katanya sambil terkekeh geli melihat ekspresi kesal Caramel.
"Lo suntuk?" Tanya Galaksi yang langsung disanggah Caramel.
"E...enggak kok! Habis makan lanjut lagi ya!" Katanya bersemangat membuat Cakrawala kembali tertawa.
"Jangan dipaksa. Bang Galak ngerti kok, dia cuman jahilin lo." Katanya memberitahu.
Mendengar hal itu, Galaksi melayangkan tatapan sengitnya pada Cakrawala dan Caramel tak sengaja melihatnya.
Sialan, Galaksi memang sengaja mengerjainya. Pikir Caramel.
"Nih makan." Cakrawala meletakkan sebuah piring berisi spaghetti carbonara.
Kedua mata Caramel langsung berbinar-binar melihat makanan di hadapannya itu. Itu adalah makanan kesukaannya.
"Woah spaghetti! Makasih Cakra!" Pekiknya girang.
Tanpa menunggu lagi, Caramel pun langsung melahap spaghettinya tanpa jeda dan tanpa tahu malu. Galaksi menggelengkan kepalanya melihat tingkah Caramel.
"Gila lo bang. Sampai selapar ini lo bikin anak orang, ckckck." Celetuk Cakrawala.
"Dia enggak bilang lapar." Jawab Galaksi dengan santai.
"Ya lo peka dikitlah bang. Caramel pasti malu kalau langsung to the point. Gengsi cewek tuh setinggi langit!" Kata Cakrawala sewot.
"Gue seluas galaksi."
"Enggak heran gue."
"Uhukk...Uhukk!"
Keduanya langsung menoleh pada Caramel yang tiba-tiba terbatuk. Saat Cakrawala hendak mengambilkan Caramel minum, tiba-tiba Antariksa sudah berada disana. Memberi Caramel segelas air dingin.
"Lo sejak kapan disana?" Heran Cakrawala.
Antariksa mengedikkan bahunya.
"Gila, nyangkut!" Pekik Caramel, kemudian ia tertawa.
Tawa Caramel yang lucu menular pada Cakrawala.
"Masih bisa ketawa aja ya lo." Katanya di sela tawanya.
Antariksa tersenyum lebar melihat tingkah Caramel. "Lain kali pelan-pelan makannya." Katanya memperingati.
"Habisnya gue laper."
"Selapar itu?" Tanya Antariksa yang mendapat anggukan cepat dari Caramel.
"Lain kali ngomong." Kata Galaksi bersuara.
"Gue enggak enak bilangnya. Lo juga terlihat serius banget, enggak tega gue ganggu."
"Enggak masalah."
"Tapi konsentrasi lo nanti buyar."
Galaksi menatap Caramel yang duduk di kursi yang ada di hadapannya.
"Itu enggak lebih penting dari lo." Katanya dengan nada datar, tapi mampu membuat Caramel tercengang.
Dia bilang apa barusan?!
Caramel menepuk pipi kirinya pelan.
"Lo...lo bilang apa barusan?" Tanyanya untuk meyakinkan.
Galaksi memilih beranjak dari duduknya. Ia sudah selesai makan.
"Lo lebih penting dari ini." Kata Galaksi lagi sembari menunjuk buku matematika yang sengaja ia bawa ke dapur dan setelah mengatakan itu, Galaksi pergi meninggalkan area dapur.
"Itu tadi bang Galaksi, kan ya? Abang gue Galaksi, kan?" Tanya Cakrawala yang juga ikutan tercengang.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau Galaksi mengatakan hal semanis itu pada seseorang, apalagi pada Caramel.
Tak hanya Cakrawala, Caramel dan Antariksa pun sama terkejutnya.
"Iya, itu abang kita Galaksi yang katanya enggak tertarik sama nih cewek." Katanya sambil menunjuk Caramel.
Caramel tidak menepis perkataan Antariksa karena itu memang benar apa adanya.
"Ini gue enggak lagi mimpikan?!" Pekik Caramel heboh.
Antariksa berinisiatif mencubit lengan Caramel dengan kuat.
"Sakit anjir! Gue enggak mimpi! Huwaaa ini bakal jadi hari keramat buat gue!" Pekiknya lagi, kemudian langsung berlari menuju ke ruang tamu.
"Mau kemana lo?" Tanya Antariksa melihat Caramel yang langsung pergi.
"Mau pulang! Gue mau catat tentang hari ini di buku gue!"
Antariksa menggelengkan kepalanya heran. "Kakak ipar kita modelannya begitu." Celetuknya.
"Kalau begitu bukan bang Galak aja yang susah, tapi kita juga!"
"Kita? Lo aja kali."
"Sialan lo bang!" Umpat Cakrawala, kemudian mereka tertawa bersama mengingat tingkah laku Caramel yang memang aneh.
***