Zoya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Gadis itu duduk di kursi yang terletak dekat gudang, tempat yang sepi, persis seperti apa yang ia butuhkan saat ini. Pohon rindang tua yang berada di belakangnya seolah menjadi teman di saat ia merasa sepi. Zoya benar-benar menyukai tempat ini.
Zoya mengusap wajahnya kasar, melupakan sudut bibirnya yang terluka, bahkan sedikit mengeluarkan darah. Zoya menyentuh dadanya yang terasa bergemuruh, Zoya kira, Abraham akan mempercayainya di banding siapa pun. Namun, lagi-lagi Zoya di patahkan oleh kenyataan. Nyatanya, Abraham hanya menganggapnya sebagai pembuat onar.
Zoya memasang earphone yang sudah tersambung pada ponselnya. Ia memilih salah satu lagu dari play list-nya, Zoya memejamkan mata, menikmati suara merdu yang terdengar.
"Zoya"
Zoya mendongak merasa namanya terpanggil, ia melepas earphone lalu menggeser sedikit duduknya. Padahal Zoya baru saja memejamkan mata, tetapi Dara malah mengganggu aktivitasnya.