Dila mengangkat sebelah alisnya. Gadis itu memang tak suka banyak bicara bahkan sangat irit mengeluarkan kata-katanya. Ia lebih suka menggunakan body language.
"Bokap gue nikah lagi. Istrinya muda, cantik, dan cuma beda tujuh tahun dengan abang gue."
"Lo udah pernah ceritain itu, Nay." Dila kembali berchattingan dengan pacar barunya kemarin.
Naya mengetuk-ngetuk meja. "Lo ada kenalan dukun nggak?"
Inessa tiba-tiba menyahut dari belakang. Cewek bertubuh paling kecil itu segera pindah ke meja depan Naya.
"Lo mau apa ke dukun? Hayo ngaku?" Inessa menatapnya penuh selidik.
"Mau nyantet lo, biar gak bisa ngomong lagi." Mata gadis itu menyorot dengan tajam.
Inessa memanyunkan bibirnya. "Yaudah kalau nggak mau bagi tau. Eh, btw kalian ikut nonton futsal nanti nggak?"
"Gak!" Keduanya menjawabnya kompak.
"Kenapa? Banyak cogan, lho. Ada Rifqi, Daniel, Darren, sama–"