"Nak," panggil Juna pelan sambil menggenggam tangan Rendra. Rendra tersenyum samar mendengar suara bapaknya meskipun tertutup masker oksigen.
"Bapak baik-baik aja, kamu gak usah khawatir ya. Pikiran kesehatan kamu aja, oke?"
"Baik kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa langsung panggil saya ataupun perawat."
Rendra membuka matanya perlahan setalah rasa sakit di dadanya berkurang. Dia menatap Juna tenang, namun saat dia melihat Dirga, tatapannya langsung berubah sendu.
"Maafin...Rendra..ya bang... harusnya Rendra hentikan ayah." Rendra masih merasa bersalah atas kejadian beberapa hari yang lalu. Dia gagal mengalihkan pistol itu dna berujung melukai Addi.
Dirga menunduk, dia belum siap mengatakannya kepada Rendra apalagi keadaan Rendra masih seperti ini. Kalau dia katakan, bisa saja Rendra semakin menyalahkan dirinya.
Juna mengusap rambut Rendra untuk mengalihkan perhatian Rendra, agar anaknya itu gak memikirkan Addi dulu untuk saat ini.
"Aku mau ketemu ayah"