Zelsa bangkit dari duduknya dan menghampiri mertua serta bundanya yang berdiri di depan pintu. Mata mertuanya tampak bengkak sama seperti dirinya tapi saat ini mertuanya tengah berusaha mengikhlaskan kepergian putra semata wayangnya.
"Pemakaman akan segera di lakukan nak, kita harus segera turun," ucap Bella dengan lirih sambil mengelus punggung putrinya.
Zelsa yang mendengar tertegun, air matanya tak mau berhenti barang sedetikpun, ia begitu terpukul dengan kepergian suaminya yang baru saja ia cintai.
"Hiks.... Hiks... Bunda ini semua hanya mimpi Zelsa kan bund?" tanya Zelsa dengan pelan di sela tangisnya yang pecah.