Sesampainya di rumah sakit Avin segera di larikan ke ruang UGD, Zelsa di hadang oleh dua suster ia tidak boleh ikut masuk ke UGD. Beruntung Zen dan ketiga temannya datang, dengan cepat Zen menarik tangan Zelsa untuk menjauh dari pintu UGD. Zelsa merasa bersalah karena seharusnya dia lah yang tertembak bukan Avin.
"Kak bagaimana jika kak Avin tidak selamat hiks," ucap Zelsa sambil terisak.
"Zel, lo gak boleh ngomong begitu. Avin pasti bisa bertahan," sahut Zen yang mencoba menenangkan Zelsa.
"Zel, sebaiknya lo kabarin orang tua lo sama orang tua Avin. Keadaan Avin kali ini lebih parah dari yang kemarin," timpal Rival yang berada di hadapan Zelsa.
"Ta-tapi kak, aku takut hiks," jawab Zelsa dengan terbata.
"Biar gua yang ngabarin kalau begitu," sahut Rival dengan cepat dan langsung melenggang pergi menuju rumah orang tua Avin.