Selanjutnya Radit menyelimuti Jihan sebatas dada dan ia keluar menuju balkon apartemennya. Ia memandang hamparan rumah penduduk, bangunan perkantoran tinggi serta jalan raya yang tampak lenggang. Sesaat ia menghela napasnya kasar, entah kenapa ia merasa gelisah malam ini seolah ada sesuatu yang mengganjal. Udara malam tidak membuat Radit merasa dingin, indahnya bintang yang menghiasi langit tidak membuat Radit tertarik.
Ia teringat di mana mamanya menghembuskan napas terakhirnya saat ayahnya di vonis masuk penjara dengan tuduhan korupsi, tanpa sadar Radit mengepalkan tangannya dan mencengkeram pembatas balkon dengan kuat.
"Tuan, Radit malam ini langsung pulang ke apartemen nya," lapornya dengan sopan.
"Dam, kamu sementara ikuti ke mana Radit pergi. Saya khawatir dia mencelakai keluarga rafael dan selidiki apakah dia sedang menyelidiki sesuatu atau tidak," perintah Azam pada Adam asisten pribadinya. Dengan patuh Adam pun mengangguk.