Malam ini zelsa berniat menghubungi bundanya yang sedang berada di luar kota untuk menanyakan kapan mereka akan pulang. Besok Zelsa berniat pulang ke rumahnya sendiri, ia merasa tidak enak jika harus terus menerus menumpang di rumah Avin yang bukan siapa-siapanya, tidak enak juga jika tetangga nanti akan berburuk sangka pada kedua orang tua Avin, karena membiarkan anak gadis dan cowok tinggal dalam satu atap.
"Andaikan kamu menjadi jodoh Avin, bunda akan sangat bahagia Zel," ucap Zahra sambil membelai surai hitam Zelsa sambil memandang gadis di hadapannya dengan senyum merekah.
Zelsa mematung saat mendengar kalimat yang terlontar dari ibunda Avin. Zelsa tidak menjawab apapun, ia memilih menunduk.
"Kenapa bunda Zahra begitu berharap akulah yang menjadi istri Kak Avin," batin Zelsa.
"Semoga ada keajaiban supaya kamu dan Avin bersama nak," ucap Zahra dalam hati.
"Tunggu! Jadi bunda juga tidak tahu mengenai perjodohan yang ayah rencanakan dengan om Rafael," tanya Avin dalam hati.