"Gimana ya Mah."
"Mamah mohon. Mau yaa."
"Yoi yoi. Mamah jangan nangis terus dong." Kemudian Aneska memeluk Mamahnya.
Aneska akhirnya menuruti permintaan Mamahnya itu. Dia mau kembali bersekolah hanya demi Mamahnya. Aneska sebenarnya tidak ingin kembali bersekolah, tetapi dia juga tidak tega jika harus melihat Mamahnya sampai menangis dan memohon terus kepada dirinya.
"Aduh, tapi gua lagi kerja ya. Gimana ini," ucap Aneska di dalam hati.
"Yaudah yu pulang ikut Mamah. Nanti Mamah anterin ke rumah Ayah lagi."
"Aku ke rumah Mamahnya sore ini aja deh ya. Soalnya aku ada urusan dulu di sini. Aku juga kan harus siap-siapin barang dulu dari kosan."
"Urusan apa? Sama Mamah aja ke kosan kamu. Biar sekalian Mamah bantu rapihin."
"Ga usah Mah. Aku ada urusan bentar doang kok. Aku janji sore ini akan datang ke rumah Mamah. Yaa paling engga malam sekitar jam delapanan lah Mah."
"Yaudah kalo gitu. Jani ya?"
"Yoi Mah... Janji."
"Yaudah kalo gitu Mamah pulang nih?"
"Iya, Mamah pulang aja duluan."
"Yaudah hati-hati ya Mah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Aneska segera pergi ke tempat kerjanya. Sebenarnya sekarang Aneska bingung harus bilang apa ke Mamahnya Galang. Padahal biar gimana pun Galang dan Mamahnya sudah sangat baik kepada kepada Aneska.
"Kak. Tante Novi dimana ya?"
"Kayanya ada di ruangannya si. Kenapa emang?"
"Mau ada yg di bicarain. Yaudah ke sana dulu yoi."
"Iya, Bi."
Dengan langkah yang berat dan bingung serta tidak enak hati Aneska terus berjalan menuju ke ruangan Tante Novi alias Mamah dari Galang.
"Permisi, Tante."
"Iya. Masuk."
"Maaf Tante. Ganggu ga ya?"
"Eh Abighail. Engga kok. Masuk." Kemudian Aneska langsung duduk di hadapan Tante Novi.
"Gimana Bi? Ada kesulitan atau gimana?"
"Hmm, gimana ya Tante. Aku ga enak sebenarnya buat bilang ini. Tapi gimana ya."
"Kenapa? Ga apa-apa. Ngomong aja sama Tante."
"Sebelumnya aku bertima kasih banget sama Tante dan Galang yang udah baik banget sama aku. Udah mau kasih aku pekerjaan dan udah di ajarin ini itu sama Tante. Tapi aku ga bisa lanjutin pekerjaan ini Tante?"
"Loh, kenapa? Terlalu susah buat kamu atau gimana? Atau kamu ga nyaman ya kerja di sini?"
"Engga. Bukan gitu kok Tante. Aku jujur nyaman banget kerja di sini. Tapi aku kan teman sekelasnya Galang ya Tante. Aku masih berstatus pelajar. Dan sekarang Mamah aku mohon-mohon sama aku supaya aku bisa sekolah lagi."
"Ohh gitu. Kalo itu alasannya mah ga apa-apa cantik. Malah Tante dukung kamu kok. Kamu harus pintar ya dalam dunia pendidikan kamu. Supaya kamu nanti kerjanya juga enak."
"Serius Tante ga marah? Aku ga enak banget nih sama Tante. Serius deh."
"Ga apa-apa cantik. Yaudah kamu semangat ya kerjanya."
"Yoi. Eh iya Tante. Kalo gitu saya langsung pamit sekarang aja ya Tante. Soalnya Mamah udah nungguin aku di rumah."
"Eh tunggu sebentar Aneska."
"Kenapa Tante?"
"Ini ada sedikit ya buat kamu."
"Ga usah Tante. Gausah. Jangan kaya gitu."
"Ga apa-apa. Ini tuh bayaran kamu selama tadk kamu kerja di sini."
"Ya ampun Tante. Aku kan kerja juga ga sampe seharian."
"Itu bayarannya perjam kok. Sesuai. Di terima ya. Tante mohon banget sama kamu."
"Makasih banget ya Tante. Sekali lagi makasih banget karena Tante sama Galang udah baik banget sama Aneska."
"Iya cantik. Sama-sama. Yaudah kamu pulang gih, kasihan Mamah kamu udah nungguin kamu di rumah, hehe."
"Iya Tante. Aku pamit ya. Permisi. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Sebenarnya apa yang sudah di lakukan oleh Tante Novi barusan justru membuat Aneska semakin merasa tidak enak. Namun Tante Novi sangat memaksa Abighail dengan alasan itu adalah bayaran yang sesuai dengan jam kerja Aneska. Tanpa maksud yang lain.
"Gila. Ini mah si lebih dari jam kerja gua," ucap Aneska di dalam hati.
"Eh tapi, kalo gua balik lagi cuma buat protes doang pasti Tante Novi bakalan nolak. Yaudah deh lain waktu gua bisa kembaliin dengan cara yang lain," ucapnya lagi di dalam hati. Setelah itu Anesja mencari angkot untuk pulang ke kos-kosan tempat tinggalnya.
*****
"Pindah? Udah mau pindah aja neng?" Tanya Ibu kosan ketika Aneska memberitahukan kepadanya jika dirinya akan pindah dan tidak akan tinggal di tempat kosan itu lagi.
"Yoi. Iya Bu gitu ceritanya."
"Yaudah atuh semnagat ya neng sekolahnya. Jagain Mamahnya baik-baik."
"Yoi Bu. Kalo gitu saya izin beres-beresin barang saya di dalam dulu ya Bu. Habis itu saya langsung pergi."
"Iya atuh neng. Mangga mangga."
Aneska pun masuk ke dalam kosannya dan segera membereskan barang-barang yang ada di sana tanpa membersihkan badan terlebih dahulu walaupun itu hanya untuk cuci muka saja. Sebenarnya barang Aneska juga tidak banyak. Hanya beberapa pakaian saja yang di gunakan dirinya selama ini.
Tidak membutuhkan waktu lama juga untuk Aneska membereskan semua barang miliknya. Hanya sekitar 15 menit saja semua itu sudah beres di tangannya. Setelah itu Anedka kembali pamitan dengan Ibu pemilik kos. Supaya sopan katanya.
Setelah berpamitan dengan Ibu kos, Aneska langsung pergi ke rumah Mamahnya. Sebenarnya jarak dari kosannya ke rumah Mamahnya tidak jauh. Cukup dengan jalan kaki saja sudah bisa sampai di sana. Hanya beda RW saja, tetapi selama ini Mamah Aneska tidak mengetahui keberadaan anaknya itu.
Walaupun kini Aneska sedang memegang uang yang lumayan banyak, tetapi Aneska itu adalah tipe orang yang sangat pintar dalam mengatur keuangan. Selagi bisa dilakukan cara lain tanpa memerlukan uang, dia akan melakukannya. Seperti sekarang ini, dia tetap memilih jalan kaki untuk pergi ke rumah Mamahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Ya ampun, akhirnya anak Mamah datang juga."
"Kan aku bilang bakalan datang. Ya pasti datang dong. Mamah sampai nungguin gitu di luar. Kan dingin di luar."
"Engga kok ga apa-apa. Yaudah yu masuk."
Aneska dan Mamahnya masuk ke dalam rumah. Di dalam, Mamah Aneska banyak bertanya tentang Aneska selama ini. Kenapa dia bisa kabur dari rumah? Dengan cara apa dia bisa bayar kos-kosan? Makan sehari-harinya gimana? Beribu pertanyaan sudah di siapkan dan akan di lontarkan oleh Mamah Aneska kepada anaknya tersebut. Yang kemudian di jawab oleh Aneska.
"Ohh jadi ceritanya gitu?"
"Yoi. Selama ini aku baik-baik aja kok. Justru kemarin aku sampe bisa bantuin Mamah kan. Hehe, bangga sedikit lahh, haha."
"Hehe, bisa aja kamu. Tapi kenapa si kamu kabur dari rumah? Kan enak di rumah ada kakak kamu, kak Ana, Ayah."
Semua pertanyaan Mamahnya sudah di jawab dengan sangat jujur oleh Aneska, tetapi untuk pertanyaan yang satu itu Abighail tidak ingin menjawabnya.
"Loh, kok ga di jawab si?"
"Udah lah Mah. Ga usah di bahas."
"Kenapa? Cerita aja sama Mamah. Ga apa-apa."
"Hmm, jadi ceritanya..."
-TBC-