"Ayah?"
"Loh, Ayah pulang? Baru kemarin Ayah pulang ke sini." Jawab kak Ana. Sepertinya kali ini kak Ana benar-benar tidak mengetahui hal ini.
"Wahh, lagi kumpul nih," ucap Ayah Aneska.
"Yoi. Ada Mamah tuh di dapur."
"Mamah?"
"Aduhh, kenapa kamu bilangin si nak," ucap Mamah Aneska di dalam hati.
"Iya Yah, ada Mamah lagi main." Kali ini yang menjawabnya adalah kak Faras.
Setelah itu Ayah Aneska langsung pergi ke dapur untuk melihat apakah benar ada sang mantan istri di sana.
"Eh Mas. Pulang?"
"Oh. Iya. Ada yang ketinggalan. Cuma mau ambil berkas doang kok."
"Ohh gitu." Sepertinya Mamah Aneska merasa tenang setelah tahu jika Ayah Aneska tidak akan menginap di rumahnya. Karena jika itu terjadi, bisa mati kutu Mamahnya Aneska itu.
"Yaudah di lanjut aja kalo gitu. Saya ke sana sebentar."
"Iya, Mas."
Ayah Aneska pun meninggalkan sang mantan istri. Sepertinya Ayah Aneska memang benar-benar hanya ingin mengambil berkas dan akan kembali lagi ke tempat kerja ya.
"Ayah pamit dulu ya."
"Berangkat lagi Yah? Jauh kan Jakarta-Bogor."
"Ayah bawa motor kantor. Makanya lumayan deh ga terlalu capek karena harus diri di kertas sekitar 2 jaman, hehe."
"Ayah ga mau cobain masakan Mamah dulu?" Sepertinya Aneska masih tetap menginginkan Ayah dan Mamahnya itu kembali bersatu dan menjadi keluarga yang harmonis serta lengkap seperti keluarga-keluarga yang lainnya.
"Ga usah. Ayah buru-buru banget. Yaudah Ayan pamit dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Hati-hati Yah."
Kemudian Ayah Aneska pergi meninggalkan rumah itu kembali untuk pergi ke kempat kerjanya malam ini juga. Sebenarnya semua orang yang melihat perjuangan Ayah Aneska untuk mendapatkan uang pasti akan tidak tega melihatnya. Termasuk Mamah Aneska, tetapi tidak dengan kakak iparnya, yaitu kak Ana. Pasti dia tidak akan peduli dengan apa yang dilakukan oleh Ayahnya. Yang terpenting bagi dirinya adalah bagaimana dia mendapatkan uang dari Ayah dan Ibu Aqilla.
"Masakan udah matang." Teriak Mamah Aneska dengan begitu semangat dan terlihat sangat bahagia sekali karena akan malam bersama dengan keluarganya. Hal yang sudah bertahun-tahun tidak dia rasakan.
"Wahh kayanya enak banget nih."
"Pasti dong Faras. Masakan Mamah sama istri kamu kan memang juaranya, hehe."
"Iya deh iyaa."
Kemudian mereka semua makan malam bersama di ruang tengah. Rumah yang menjadi tempat tinggal Aneska itu tidak seperti rumah orang lainnya yang mempunyai ruangan khusus untuk makan. Namun bukan itu yang akan membuat Aneska merasa bahagia karena mempunyai ruangan khusus untuk makan, tetapi kebersamaannya dengan keluarga yang lekap lah yang dapat membuat Aneska merasa bahagia.
Malam ini seluruh anggota Aneska, kecuali Ayah Anesma makan enak. Terdapat Ayam goreng, ikan pepes, buah-buahan untuk cuci mulut dan masih banyak makanan enak yang lainnya. Bukan hanya makanannya saja yang sangat enak, tetapi juga minuman yang di suguhkan kali ini oleh sang Mamah sangat spesial. Terdapat es jeruk di sana yang membuat tenggorokan yang meminumnya pasti merasa segar.
Makan malam kali ini terasa sangat hitmat. Karena makan malam mereka kali ini berlangsung dengan tenang tanpa ada pikiran-pikiran yang mengangu mereka. Namun ketika mereka semua sedang menikmati maka malamnya, tiba-tiba saja kak Ana membahas handpone baru miliknya.
"Aneska beli handphone apa tadi? Kakak belum liat deh."
"Aneska beli handphone baru?" tana kak Faras. Karena kak Faras memang belum mengetahui hal itu.
"Iya. Tadi Aneska beli handphone sama Mamah."
"Emangnya handphone lama kamu kenapa de? Hilang?"
"Iya. Di jambret sama preman. Kasihan banget kan." Yang menjawabnya kali ini adalah Mamahnya.
"Wihhh, mantab."
"Pertanyaan kakak belum di balas nih. Kamu beli handphone apa?"
"Penting banget apa emang buat lu?"
"Hus. Ga boleh gitu nak. Kak Ana kan nanya baik-baik ke kamu. Masa kamu jawabinnya kaya gitu si."
"Sorry."
"Iya jadi Aneska itu beli handphone merek Samsumg S10." Jelas Mamah Aneska.
"Huk... Huk... Huk..." Kak Ana setelah mendengar itu tiba-tiba langsung tersedak ketika makan.
"Kenapa kamu Nak?"
"Ga apa-apa Mah. Itu kan mahal banget setau aku."
"Yaa namanya buat anak kesayangan ya. Apa lagi Aneska itu kan anak perempuan Mamah satu-satunya. Lagian sekali-kali ga apa-apa deh manjain dia selagi Mamah ada rezeki. Kalo Mamah ga ada rezeki Aneska juga ga pernah Mamah beliin apa-apa si."
"Iya si benar. Namanya juga buat anak ya Mah. Apa aja bakalan di lakuin. Tapi Mamah ga takit handphone Aneska hilang lagi?"
"Nah makanya itu. Itu juga salah satu pembelajaran buat Aneska gimana caranya buat menjaga barang berharganya. Supaya dia lebih hati-hati lagi dalam menjaga barang. Apalagi barang itu kan pemberian dari orang yang udah berjuang buat dia."
"Tuh, hati-hati de."
"Namanya juga musibah. Siapa juga si yang mau handphonenya di jambret sama orang."
"Aneska.... Udah berapa kali Mamah nasehatin kamu supaya jangan bersikap seperti itu ke kakam ipar kamu sendiri. Kalian itu saudara loh walaupun tidak sedarah."
"Yoi."
"Wajar Mah kenapa Aneska bersikap gitu ke Ana," ucap kam Faras di dalam hati.
Sampai saat ini kak Faras memang belum juga berani untuk memberitahu kepada Mamahnya sendiri atas perbuatan yang selama ini sudah di lakukan oleh kak Ana kepada Aneska. Karena kak Faras takut jika Mamahnya tahu, pasti Mamahnya akan sangat marah kepada kak Ana dan tidak akan menganggap kak Ana sebagai mantunya sendiri. Bagimana kak pun Ana adalah istrinya kak Faras. Untuk saat ini kak Faras hanya bisa membela yang benar di antara pertengkaran Aneska dan kak Ana.
Setelah makan malam bersama, mereka semua tidak langsung pergi ke kamar masing-masing, tetapi memilih untuk menonton televisi di ruangan depan sambil mengobrol dan makan makanna ringan yang telah di beli oleh Mamah Aneska.
Selama menonton televisi, Aneska lebih memilih untuk memainkan handphonenya. Karena dia harus menghubungi teman-tamannya yang selama ini sudah mencari-cari kehadiran dirinya. Belum lagi Aneska hari Senin besok harus kembali sekolah. Bagaimana pun Aneska ingin tahu sedikit saja tentang masalah yang berada di sekolah.
Ternyata kabar di sekoalh kali ini adalah ada beberapa orang yang senang karena Aneska sudah tidak bersekolah lagi di sana. Namun ada juga yang merasa kehilangan Aneska karena sekolah sekarang terasa sepi tanpa ada kehadiran Aneska. Apalagi guru-guru yang biasanya memarahi Aneska karena kesalahannya, kini mereka sudah tidak ada lagi tempat untuk melampiaskan kemarahannya. Dan suasana kelas juga menjadi sepi tanpa kehadiran Aneska. Intinya jika tidam ada Aneska maka tidak akan ramai.
"Ngapain tuh kak Ana ngeliatin gua kaya gitu?" tanya Aneska di dalam hatinya.
-TBC-