"Wahhh, tumben nih hari ini kita makan enak. Udah gitu banyak banget lagi lauk pauknya," ucap kak Faras yang sebenarnya agak bingung kenapa istrinya tersebut bisa masak makanan yang enak dan dengan jumlah yang banyak. Uang dari mana dia bisa membeli itu semuanya. Padahal keuangan keluarga mereka sedang tidak baik.
"Iya nih, alhamdulillah lagi ada rezeki."
"Rezeki dari mana?"
"Aku akhir-akhir ini jualan online Mas."
"Oh ya?"
"Iya."
"Jualan kok ga ada barangnya." Aneska ikut bersuara kali ini.
"Sistemnya tuh ga kaya orang jualan bisa yang kamu tau Nes. Ini beda lagi sistemnya. Kaya kerja sama sama teman gitu."
"Wahh bagus dong kalo gitu. Tapi kamu jangan cape-cape ya sayang. Aku ga mau anak kita kenapa-kenapa."
"Iya... Mas..."
Kemudian mereka bertiga melanjutkan malam malam kali ini. Perasaan Aneska tidak enak. Sepertinya ada yang ganjal dari kak Ana dan sedang ada yang di tutup-tutupi oleh dirinya. Namun Anedka tidak tahu apa yang sedang kak Ana tutupi kali ini.
*****
Hari ini adalah hari wisuda Aneska pada Sekolah Menengah Pertamanya. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Selama dia bersekolah di bangku sekolah menengah pertama ini banyak sekali duka yang Aneska alami. Mulai dari pertengkaran kedua orangtuanya bahkan sampai berpisah dan masalah kakak iparnya yang memperlakukannya sangat kejam seperti bukan mepada adik ipar sendiri. Namun semua itu Aneska lalaui dengan kekuatan yang dia miliki selama ini. Mencoba untuk terus bertahan hidup untuk orang-orang yang sebenarnya masih sayang dengannya dan juga untuk dirinya sendiri.
Aneska telah berjanji akan menjadi lulusan terbaik di sekolahnya kepada Mamahnya, tetapi itu semua ternyata tidak bisa Aneska raih. Justru kenyataannya itu sangat berkebalikan sekali. Nilainya tidak ada yang melampaui kata cukup. Semuanya di bawah rata-rata. Membuat Aneska terutama kedua orangtuanya dan kak Faras sedih.
Sebenarnya sumber masalah dari semua ini adalah berada di kakak iparnya, kak Ana. Dia selalu mencari-cari kesibukan untuk menyuruh-nyuruh Aneska melakukan ini itu sehingga Aneska tidak lagi memiliki waktu untuk belajar di rumah. Mungkin ini adalah salah sagu trik kak Ana supaya Aneska tidak bisa ikut bersama dengan Mamahnya. Karena jjka Aneska pergi, pasti kak Ana lah yang akan melakukan semua pekerjaan rumah tangganya.
"Mah, tapi aku tetap mau ikut sama Mamah ya. Sekolah di kampung aja."
"Sebaiknya kamu sekolah di Jakarta aja nak. Karena kamu sekolah di sini aja, dimana kamu di sini itu banyak orang yang perhatian ke kamu seperti kak Faras, kak Ana dan Ayah kamu, kamu aja masih seperti ini sekolahnya. Apalagi jika nanti kamu ikut tinggal dengan Mamah. Mamah takut kamu semakin tersiksa karena kurang kasih sayang dari Mamah. Mamah kan setiap harinya harus kerja, ga bisa ada setiap saat buat kamu. Kalau di Jakarta kan kamu ada kak Ana yang bisa selalu ada buat kamu."
"Tapi Mahh...."
"Udah, Nes... Kamu dengarin aja apa kata Mamah kamu. Mamah kamu itu benar loh. Di sini kan ada kakak, kak Faras, ada Ayah juga. Nanti kita belajar bareng aja ya sama kak Ana."
Belum sempat Anedka berbicara sampai selesai, tiba-tiba saja kak Ana memotong pembicaraan Aneska. Sepertinya dia takut jika aku akan membongkar apa yang sebenarnya terjadi selama Aneska di rumah bersama dengan kak Ana. Namun Mamah Aneska juga tetap kekeh supaya Aneska tetap bersekolah menengah atas di Jakarta kembali. Dengan alasan-alasan yang sudah di paparkannya tadi.
"Yaudah kalo gitu Mamah pulang ya. Besok Mamah harus kerja soalnya. Ini hadiah buat kamu. Kamu bisa pakai uang itu untuk jajan kamu ya."
Namun Aneska tidak membalas ucapan Mamahnya tersebut. Karena saat ini bukan uang yang dia inginkan, tetapi keberadaan dan kehadiran Mamahnya yang selalu ada di sampingnya.
"Jangan nangis gitu dong. Jelek tau, hehe. Yaudah ya Mamah pamit. Jaga Aneska ya Ana, Faras."
"Iya Mah."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Kini harapan Aneska untuk bisa tinggal dengan Mamahnya sudah kandas. Tidak ada harapan lagi untuk dirinya. Karena tadi pun sang Mamah tetap kekeh supaya Aneska tetap bersekolah di Jakarta. Namun Aneska berpikir, sekarang dia sudah dewasa dan membenarkan mana yang benar. Dia harus bisa melawan kakak iparnya jika memang kakak iparnya itu salah.
"Jangan enak-enakan ya lu pegang duit banyak dari Mamah lu. Mana sini uangnya."
"Loh, ini kan hadiah buat aku."
"Ya lu emang selama ini di sini ngapain? Cari duit? Makan aja masih dari gua aja lu. Ga usah sok pelit deh sama gua."
"Nih. Tuh. Lu ambil semua duitnya. Ambil."
Kak Ana yang melihat Aneska tampak sangat marah pada saat itu hanya bisa diam sejenak. Sepertinya adik iparnya itu sudah dewasa dan sudah tidak bisa di bodoh-bodohi lagi.
"Awas lu ya. Jangan macam-macam lu di sini." Ternyata kak Ana tidak takut dengan sikap Aneska tadi. Justru dia kembali mengancam Aneska.
*****
"Loh, kok kamu memperlakukan ade aku kaya gitu?" Kak Faras yang terkaget karena kak Ana yang sedang memarahi dan memerintahkan Aneska dengan seenak jidatnya.
Sebenarnya semenjak kemarin Aneska bersih keras untuk bisa ikut dengan Mamahnya ke kampung halamannya membuat kak Faras curiga. Kenapa Aneska begitu sangat menginginkan bersama dengan Mamahnya. Padahal di rumah Jakarta ini dia mendapatkan kasih sayang dari tiga orang yang menyayanginya.
Hari ini kak Faras sengaja untuk pulang kerja lebih awal tanpa sepengetahun istrinya itu. Dan kak Faras juga sengaja supaya tidak mengucapkan salam atau mengetuk pintu dahulu sebelum masuk ke rumah. Karena kam Faras ingin tahu, sebenarnya selama di rumah itu Aneska dan kak Ana akur atau selama ini benar apa yang di katakan Aneska kepadanya jika Aneska telah di perlakukan dengan tidak baik oleh kakak iparnya sendiri.
Ternyata kak Faras masuk ke dalam rumah dengan waktu yang tepat. Dimana kebenaran ini seharusnya sudah terbongkar sejak dahulu sehingga Aneska tidak perlu merasakan siksaan dari sang kakak ipar.
"Maksudnya ini apa? Kenapa kamu marahin ade gua kaya gitu? Kan punya tangan. Kenapa ga sendiri aja?"
"Engga. Ga kaya gitu maksud aku Mas. Ga tau kenapa aku lagi pengen di manja-manja aja sama Aneska. Aku lagi pengen di suapin sama Aneska, gitu Mas."
"Bohong. Sebenarnya apa yang terjadi de?"
Aneska tidak langsung menjawab pertanyaannya kak Faras begitu saja, tetapi dia melirik ke arah kak Ana terlebih dahulu. Dan di balas dengan pelototan dari kak Ana. Ternyata aksi kak Ana tersebut terlihat oleh kak Faras.
"Oh Jadi gini selama ini kamu memperlakukan adik kandung aku? Ikut aku sini." Kak Faras langsung menarik pergelangan tangan kak Ana dengan kasar dan kesar.
"Mau kemana Mas? Ampun Mas, ampun."
-TBC-