Sudah dua hari lamanya, mereka masih saling diam tanpa ada yang memulai untuk menegur. Tak ada yang mau membuka suara, sampai saat ini pun Ebi hanya menatap lurus ke depan. Enggan untuk menatap manik mata milik Alzam yang terlihat tajam. Cowok itu juga tidak melihat ke arah Ebi setiap kali mereka berpapasan.
Tembok tingginya masih kokoh, dan sekarang kembali di tambah dengan semen agar lebih kuat. Ebi tak mengerti, entah cara apa yang bisa dia lakukan sampai saat ini. Ingin menyerah, dan kembali melajang. Menemani Alfa sebagai teman terbaik, tapi lidahnya kembali kilu ketika ingin mengatakan sesuatu ketika berpapasan dengan Alzam. Jari-jarinya pun berubah kaku ketika ingin mengirimkan pesan singkat untuk mengadakan pertemuan dengan Alzam.
Tidak tahu apa yang terjadi, tidak tahu letak kesalahannya, yang Ebi tahu beberapa hari yang lalu mereka bertengkar hebat. Alzam yang salah, dan cowok itu pula yang memilih pergi meninggalkannya sendirian di taman malam hari.