Mendengar jawaban tersebut, Raka Kamandaka kembali tertawa. Malah suara tawanya kali ini jauh lebih keras daripada sebelumnya. Saking kerasnya, sampai-sampai semua orang yang ada di situ dibuat kebingungan.
Apakah pemuda itu sudah gila? Apakah karena posisinya berada diujung tanding, sehingga urat syarafnya putus?
"Kenapa kau malah tertawa? Apakah ada yang salah dengan jawabanku?" tanya Nyai Koneng lagi. Dia sungguh dibuat penasaran dengan tingkah laku pemuda serba putih itu.
Seketika Raka berhenti tertawa ketika wanita tua itu memberikan pertanyaan tersebut. Wajahnya kembali serius. Tatapan matanya setajam pisau.
"Tidak ada yang salah dengan jawabanmu. Hanya saja kau terlalu menjawab dengan jujur, sehingga aku merasa mau mendengarnya,"
"Kenapa begitu?"