Akibatnya benturan keras terjadi lagi. Bedanya, kelima tokoh itu tidak tergetar mundur seperti sebelumnya. Setelah terjadinya benturan barusan, mereka justru malah bertarung semakin sengit lagi.
Pendekar Tangan Sakti tidak mau memberikan kesempatan kepada empat lawannya. Dia terus melancarkan serangan beruntun yang tidak pernah berhenti. Kedua telapak tangannya itu seakan berubah menjadi laksaan.
Empat Kelelawar Gunung mulai berada dalam keadaan terdesak hebat. Pada awalnya mereka berpencar di empat penjuru, namun setelah pertarungan berjalan sekitar lima belas jurus, orang-orang itu malah berada di satu titik yang berbahaya.
Arya Saloka terus merangsek ke depan. Dia tidak pernah berhenti memberikan hantaman telapak tangan. Kedua tangannya itu bagaikan dua ekor naga yang menari di tengah angkasa. Berputar ke segala arah, menyerang ke semua penjuru.