Di sisi lain, terlihat di sana ada Eyang Guntur Antareja yang juga sedang bertempur melawan delapan orang pendekar golongan hitam lainnya. Si Pedang Langit Tujuh Lapis itu berbeda dengan rekannya yang lain.
Kalau yang lain mau mengalah kepada lawan, maka sekarang orang tua itu tidak sudi untuk melakukan hal tersebut. Dia sudah muak. Belum lagi amarahnya berkobar dengan hebat.
Kepedihan dan kemarahan akibat kematian Eyang Batara Bodas si Pengemis Sakti Berlengan Tunggal meninggalkan perasaan tersendiri baginya.
Sekarang, ketika mendapat kejadian seperti ini, maka semua perasaan itu dia tumpahkan kepada lawannya.
Pedangnya bagaikan kilat. Bergerak sangat cepat. Menyambar apapun yang ada di sekitarnya.
Deru angin bagaikan badai, delapan orang pendekar golongan hitam yang sebelumnya menguasai arena, sekarang mereka malah berada dalam posisi terdesak hebat.