Warung makan itu sangat sederhana. Di sana hanya terdapat sebuah meja dan kursi panjang yeng mengikuti alurnya. Lantai rumah makan itu berupa tanah. Sedangkan dindingnya berupa bilik.
Suasana di warung makan tersebut tidak sepi, tapi juga tidak bisa dibilang ramai.
Raka sudah duduk di sebuah bangku sejak beberapa saat yang lalu. Malah sekarang, pemuda serba putih itu sedang asyik menikmati secangkir kopi hitam bersama singkong rebus.
Dia makan amat perlahan. Minumnya juga perlahan. Seolah Raka benar-benar menikmati hidangan sederhana tersebut.
Dan kenyataannya memang demikian. Dia begitu merasa nikmat. Walaupun sederhana, tapi rasanya jauh lebih enak jika dibandingkan dengan makanan-makanan berkelas lainnya.
Alasannya karena dia sangat mensyukuri makanan yang sederhana tersebut.
Raka masih ingat, dulu ketika masih berguru, Eyang Pancala Sukma pernah berkata kepadanya.