"Apakah kita akan masuk ke dalam sana?"
"Tentu,"
"Tapi keadaan di sana sangat gelap gulita,"
"Kita gunakan saja obor sebagai penerangan,"
"Kalau begitu baiklah,"
Yang lain segera mengambil obor. Satu oran, satu obor. Kebetulan di sana juga terdapat puluhan obor minyak yang masih menyala dengan terang, sehingga tanpa perlu susah payah mereka bisa menemukannya dengan segera.
Setelah masing-masing memegang obor, Raka kembali maju ke posisi paling depan. Sebagai tokoh angkatan muda yang diandalkan, dia harus siap menghadapi segala macam kemungkinan.
Raka menjadi 'benteng' utama.
Pemuda serba putih tersebut segera masuk ke dalam lorong. Sedangkan yang lain untuk sementara waktu hanya menunggu diluar tanpa melakukan apapun.
Dia terus menyusuri lorong tersebut. Raka berjalan secara perlahan, sepasang matanya dipentangkan setajam mungkin sehingga sesuatu apapun tidak ada yang lepas dari tatapannya.