Degg!!!
Jantung Raka Kamandaka segera berdetak tidak karuan. Entah kenapa, dia sendiri tidak tahu alasannya. Apakah hal itu disebabkan karena dirinya sekarang sedang berhadapan dengan satu tokoh sakti? Ataukah karena sekarang dia sudah mengetahui siapa namanya?
"Baik, Eyang. Terimakasih sudah bermurah hati untuk memberitahukan namamu …" ujar Raka masih tetap di posisinya berdiri.
Eyang Kasepuhan tidak menjawab. Dia hanya melemparkan senyuman tulus. Senyuman itu sangat tulus, seperti senyuman ibu kepada anaknya. Juga terasa hangat. Sehangat sinar mentari di pagi hari.
"Nah, ini kedua muridku. Yang ini namanya Askara, dan ini Astingkara," ujar Eyang Kasepuhan memperkenalkan juga kedua muridnya.
Raka kemudian memberikan hormat kepada mereka.
"Salam kenal untuk Paman sekalian. Mohon maaf atas kelancangan yang telah aku lakukan sebelumnya,"
"Kau tidak perlu sungkan. Kesalahpahaman bisa terjadi kepada siapa saja," jawab Askara mewakili saudaranya.