Chereads / Pria tampan itu peliharaanku / Chapter 7 - CEO YANG MESUM

Chapter 7 - CEO YANG MESUM

"Naura Agista Frandika. oh namanya Naura, nama yang Indah tapi tidak seindah sifatnya." ucap Bima.

setelah itu Bima membaca pekerjaan Naura dan betapa kagetnya Bima karena Naura adalah seorang CEO di perusahaan Frandika grup,dimana Frandika grup adalah perusahaan terbesar dan terkenal di Jakarta.

"HAH...,DIA CEO." Bima kaget saat mengetahui kalo wanita yang memperkosa dia itu adalah CEO.

"nih cewek CEO,kok akhlaknya gak mencerminkan dia CEO ya." ucap Bima yang heran dengan Naura.

"tapi hebat sih...,wanita yang menjadi CEO nya dan yang lebih hebatnya karena dia menjadi CEO dia perusahaan terkenal ini." kata Bima yang secara tidak langsung kagum dengan Naura.

"dah lah...,gak penting juga ini kartu nama. aku benci wanita ini dan aku gak akan pernah mau lagi ketemu sama dia." ucap Bima dan langsung membuang kartu nama itu ke tong sampah.

setelah itu Bima langsung membersihkan dirinya ke kamar mandi. cukup lama juga ritual mandi Bima sampai akhirnya dia sudah selesai dan keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan pada pinggangnya.

saat Bima ingin menuju lemari tempat bajunya, tiba-tiba handphone Bima yang ada di temani tidur itu berdering dan dengan cepat Bima menghampiri handphonenya.

"hah...,nomor gak di kenal." ucap Bima yang melihat nomor menelponnya itu adalah nomor yang tidak di kenal.

Bima pun mengangkatnya karena siapa tau itu penting,atau orang yang ingin menawarkan pekerjaan kepada dirinya.

"hallo...,dengan siapa ini." tanya Bima dengan sopan.

"hallo baby..." ucap orang yang menelpon Bima tersebut.

"eh..., sepertinya aku kenal sama suara ini." kata Bima dalam hatinya.

"hallo kenapa diam baby." tanya orang itu.

"oh..., kamu wanita gila itu kan." kata Bima yang membuat Naura tertawa.

"hhhh....,gak ada panggilan yang romantis apa." tanya Naura dengan bercanda.

"ck...,mau ngapain kamu nelpon aku dan dari mana kamu dapat nomor handphone ku." tanya Bima dengan tidak sabaran.

"oh sayang...,sabar dong. jangan buru-buru gitu" ucap Naura sehingga membuat Bima geram dengan Naura.

"jangan panggil aku sayang...,aku ada nama." kata Bima dengan tegas.

"iya tau...,nama kamu Bima. tapi aku lebih suka memanggil kamu sayang atau gak baby." kata Naura dengan jujur.

"aku ini udah tua,udah dua puluh lima tahun dan aku gak pantas di panggil baby." kata Bima dengan nada tidak suka.

"oh ternyata kamu lebih tua dari ku,aku dua puluh tiga tahun" kata Naura.

"terserah...,aku tidak ada bertanya berapa umur kamu." kata Bima yang kesal.

"jutek amat sih baby...,jangan jutek dan dingin ya. karena aku tidak suka." ucap Naura dengan serius.

"bodo...,aku gak perduli kamu mau suka apa gak. " jawab Bima sehingga membuat Naura kesal mendengarkannya.

"apa sih tujuan kamu telpon aku. jika tidak ada kepentingan jangan ganggu aku,aku itu lagi sibuk." kata Bima yang kesal dengan Naura.

"sibuk cari kerjaan ya." kata Naura sehingga membuat Bima kaget.

"kok kamu tau"kata Bima dengan kaget.

"ya tau lah..., masa' aku gak tau tentang baby nya." kata Naura sehingga membuat Bima kesal lagi.

"sudah aku bilang aku itu bukan anak kecil." kata Bima dengan nada tidak suka.

"terserah...,kamu itu akan selalu menjadi baby di mata ku." jawab Naura.

"dasar wanita gila...,aku mati." ucapan Bima langsung di potong oleh Naura dengan cepat.

"kamu mau berkerja di Frandika grup gak." tanya Naura dengan cepat.

"APA..." pekik Bima karena dia kaget.

"kamu tuli ya..." kata Naura yang kesal dengan Bima.

"aku gak salah denger. bukannya perusahaan itu sangatlah terkenal dan kamu seenak jidat menawarkan aku pekerjaan." tanya Bima yang tidak habis pikir dengan Naura.

"ya emang...,jadi kamu adalah orang yang beruntung karena mendapatkan tawaran langsung dari CEO nya." kata Naura dengan bangga.

"iya..., CEO yang mesum. aku gak habis pikir sama perusahaan itu, kenapa wanita mesum kayak kamu yang di jadikan CEO nya." ucap Bima dengan entengnya.

"heh jaga ucapan kamu."kata Naura yang tidak terima di bilang CEO mesum.

"oke ibu CEO mesum." kata Bima sehingga semangkin membuat Naura kesal.

PIP....

Naura mematikan handphone itu secara sebelah pihak sehingga membuat Bima tersenyum dengan hati yang sangatlah puas karena telah berhasil membuat wanita gila itu kesal dengan dirinya.

"kamu pikir aku semudah itu,aku ini gak mau lagi ketemu sama wanita gila kayak kamu itu. lebih baik aku gak ada kerjaan dari para harus bekerja satu kantor sama kamu. dasar wanita gila." gerutu Bima.

tanpa bina sadar kalo ibunya masuk kedalam kamar mendengarkan semua pembicaraan Bima dengan Naura.

"hati-hati dengan ucapan kamu nak." ucap Sarah sehingga membuat Bima kaget.

Bima pun langsung membalikkan badannya ke belakang,saat dia melihat darah sudah berdiri di belakangnya dengan senyum manis yang menghiasi wajah ibunya itu.

"sejak kapan ibu berdiri di situ." tanya Bima.

"ya sejak kamu mengatai lawan bicara kamu itu CEO mesum." kata Sarah dengan jujur.

"apa....,jadi ibu mendengarkan semuanya." tanya Bima dengan ekspresi kaget.

"mungkin bisa di bilang begitu." kata Sarah.

setelah itu Sarah langsung menuju tempat tidur Bima dan duduk di tempat tidur itu.

"sini..." kata Sarah yang menepuk-nepuk tempat tidur di sampingnya.

Bima pun langsung duduk di samping ibunya laku menggenggam tangan ibunya.

"ibu ada yang terjadi." tanya Bima sehingga membuat Sarah menggelengkan kepalanya.

"gak ada sayang..., justru ibu yang tanya sama kamu. apakah ada yang terjadi sama kamu." tanya Sarah dengan serius.

"gak...,gak ada yang terjadi sama Bima." ucap Bima dengan yakin.

"kamu gak bohong kan." tanya Sarah lagi.

"e...,nggak." jawab Bima dengan ragu.

"baik lah...,hanya saja ibu heran kenapa orang bank datang kerumah ini dan bilang kalo mereka akan menyita rumah ini jika tidak segera membayar hutang." ucap Sarah dengan lembut.

Bima diam dia menundukkan kepalanya,dia tidak tau kalo ada orang bank yang datang kerumah mereka.

"jadi...,kamu yakin gak ada yang terjadi sama kamu Bima..." kali ini bukan Sarah yang menanyakan itu,tapi melainkan Ardiansyah.

Ardiansyah langsung masuk kedalam kamar Bima dengan wajah yang datar.

"ayah..." kata Bima dengan wajah yang takut.

"ayah tidak pernah mengajari kamu berbohong Bima..." kata Ardiansyah dengan wajah datarnya.

"yah..., mungkin Bima belum sempat cerita apa yang sebenarnya terjadi." ucap Sarah menenangkan suaminya.

"ayah...,Bima minta maaf. Bima tidak jadi menjual mobil itu karena Bima mengalami kecelakaan kecil sehingga membuat mobil itu tidak bisa lagi di jual jika tidak di perbaiki." jelas Bima dengan menundukkan kepalanya.

"ayah sudah bilang kan kalo kita jual saja restoran itu. ayah gak mau kamu terlalu memikirkan masalah ini dan untung saja kamu gak kenapa-kenapa." kata Bima yang sebenarnya khawatir dengan Bima.

"gak yah..., bagaimanapun caranya Bima gak akan menjual restoran itu." kata Bima dengan tegas.

"tapi Bima...,jika kita tidak segera membayar hutang itu maka bunganya akan semangkin banyak." kata Ardiansyah yang membuat Bima juga ikut pusing.

"pokoknya kasih waktu buat Bima untuk cari jalan keluarnya." kata Bima dengan serius.

"huh..., baiklah. satu Minggu,ayah tunggu satu Minggu. jika tidak ada jalan keluarnya maka kita mau tidak mau harus jual restoran itu." ucap Ardiansyah.

"baik yah..." kata Bima.

setelah itu Ardiansyah dan Sarah langsung kamar Bima,saat kedua orang tuanya sudah keluar Bima langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan memijat pelipisnya.

"kemana aku harus cari uang sebanyak itu,kalo pun aku kerja gak mungkin ada gaji yang sebesar itu." kata Bima yang sebenarnya pusing bagaimana jalan keluarnya.

bersambung....