Agus memandang Karyajasa lalu menceritakan semua yang dialaminya tanpa ada yang disembunyikan
"Dia memilih berpisah denganku dan membela laki-laki itu di depanku, Ayah. Rasanya sakit sekali. Dia bilang aku sama sekali tidak pernah membuatnya bahagia. Aku sama sekali tidak pernah memberi kemudahan berupa harta benda pada istriku, itu memang benar. Tapi apakah tidak ada sedikit saja penghargaan yang diberikan atas semua pengorbanan yang kuberikan padanya? Aku bahkan tidak pernah menuntut dia untuk melayaniku dengan baik. Walau sebenarnya hati ini ingin, tapi aku tak pernah memaksa sebab aku tahu, aku sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membahagiakannya. Apalagi kebahagiaannya hanya diukur dengan banyaknya harta."
"Ayah tahu. Ini semua salah kami. Ayah dan Ibumulah yang tidak bisa memilihkan jodoh wanita solihah untukmu."
"Ini sebuah takdir, Yah, Bukan salah siapapun. Ini ujian kita."
"Kau mau memaafkan, Ayah, Sayang?"