"Tidak Andika. Kau akan tetap bersama Mama."
"Hiks, Mami . . .tolong datang dan selamatkan Andika! Andika rindu sama Mami Hiks." Andika yang semula tegar, kini mulai menangis. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Ia tidak pernah mengira akan memiliki nasib seperti saat ini. Diculik oleh keluarga sendiri dan merindukan orang lain. Selama ini ia sudah pasrah ddengan menganggap bahwa hidupnya akan ia curahkan sepenuhnya untuk keluarga Amurwa Bhumi yang sudah merawatnya dengan baik. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang ayah dan ibunya yang sudah menelantarkan dirinya.
"Andika, Sayang. Tolong jangan menangis! Mama akan selalu ada untukmu. Percayalah bahwa kita akan hidup bahagia, melebihi kebahagiaan keluarga itu. Kau diam ya! Jangan merasa takut dan khawatir akan kasih sayang Mama padamu."
"Mami, please Mami, jangan sampai kebahagiaan tadi menjadi kebahagiaan terakhir Andika bersama Mami. Hiks. Andika kangen Mami dan Papi."