"Apakah itu perusahaan milik suami pertamamu, Padmasari?" Padmasari memandang Amurwa dan Kusuma bergantian. Ia ingin mengatakan bahwa perusahaan tempatnya bekerja adalah milik Amurwa, bukan milik Kusuma, namun saat ia melihat Amurwa mengedipkan sebelah mata, Padmasari akhirnya mengangguk.
"Iya, Paman."
"Kau harus bisa memegang amanah yang diletakkan di bahumu. Paman selalu mendukungmu. Apapun yang kau butuhkan, PAman akan menjadi mendukungmu hingga maut memisahkan jiwa dan ragaku.'
"Terima kasih, Paman. Padmasari bangga memiliki Paman."
"Paman juga bangga memiliki menantu hebat seperti dirimu. Pak Wily . . ." Willy mengangkat wajahnya memandang Karyajasa yang menatapnya.
'saya, Pak Karyajasa."
"Rupanya besanku benar-benar laki-laki yang luar biasa. Mampu membesarkan anak-anak yang luar biasa dan aku baru tahu bahwa selama ini memiliki menantu seorang milliarder. Ah, Tuhan, mengapa aku baru tahu kalau ada konglomerat tinggal dengan keluargaku."