Arini membalik tubuhnya sambil terpana menyaksikan Sazkia yang sudah berdiri di hadapannya dengan gamis warna navy yang membalut tubuh langsingnya.
"Kak Sazkia cantik sekali tanpa make up."
"Benarkah?"
"Iya, Kak. Aku lebih suka melihat kakak natural seperti ini dari pada seperti tadi."
"Yang tadi jelek sekali ya?"
"Yang tadi cantik, tapi yang sekarang lebih cantik kak."
"O iya? Mulai pintar merayu ya kamu, Dik." Ucap Sazkia sambil duduk di hadapan Arini yang masih sesekali memandang ke pintu masuk rumah Anwar.
"Dik Arini rumahnya dekat dari sini?"
"Sekitar dua kilometer, Kak. Kakak harus mampir ke rumah Arini sebelum pulang ke Jawa ya."
"Insya Allah. Kakak ingin sekali mampir, tapi semua tergantung dari Mas Kusuma. Kalau wanita kan menurut patuh pada suami. Jadi ya tidak bisa semau sendiri mampir."
"Iya, Kak. O iya, kakak berapa bersaudara?"
Sazkia tersenyum mendengar pertanyaan Arini.
"Aku anak tunggal"
"O"
"Kalau Dik Arini?"