"Ada apa, Sayang? Apakah Amira ingin ikut sama Mami ?" Amira menggeleng. Amurwa Bhumi mengangkat Amira dan mencium wajah imut anaknya. Ia tersenyum lalu mencium wajah Amira kembali.
"Apakah Anak Papi tidak kangen sama Papi Amurwa?"
"Tidak. Amira kan sudah punya Om, Papi. Amira bisa main sama Om sepanjang hari karena Om" Amurwa Bhumi memandang Kusuma Wardhana yang sedang tersenyum memandang Amira. Amurwa Bhumi mengerutkan dahinya, heran dengan kedekatan antara Amira dan Kusuma Wardhana. Sedang Kusuma Wardhana yang sedari tadi menunggu reaksi Amurwa Bhumi dan Padmasari hanya mengangguk, mengiyakan kalimat Amira.
"Wah, Papi tersingkir sekarang, Sayang? Papi cemburu dong sama Om Kusuma Wardhana. Orang yang belum masuk daftar keluarga, tapi sudah memenangkan hati anak Papi."
"Tapi Papi kan sudah punya Mami. Kak Nana sama Amira main pasir, Kak Adam sama Kak Andika mainnya mobil, kadang-kadang main sepeda, Mami sama Papi. Terus Papi sama Mami main apa Mami?"