Padmasari terpana melihat kondisi ranjangnya yang semula ada empat orang anak yang sedang terlelap dan tidak mampu membayangkan kejadian yang menegangkan ini. Ranjang yang semula ada empat anaknya kini dalam keadaan kosong tanpa penghuni. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya untuk meyakinkan bahwa apa yang ia lihat adalah nyata dan bukan halusinasi semata.
Namun beberapa kali mengerjap, pemandangan yang sama muncul di hadapannya. Tidak ada satu orang pun anak yang berbaring di ranjang di sana hanya ada seorang laki-laki yang sedang tersenyum menatap kepadanya
"Ayo, Sayang. Duduk di sebelahku dan jangan takut. Aku tidak akan membuatmu tidak nyaman saat berada di sebelahku."
Padmasari menggeleng, tubuhnya bergetar menghadapi kenyataan bahwa orang yang ada di depannya sudah mampu memporak-porandakan perasaannya. Ia merasa sedang dianiaya dan dipermainkan perasaannya. Ia berkali-kali menggeleng, menolak kenyataan yang terjadi namun sekali lagi ia tidak bisa berbuat banyak.