Begitu mereka tiba di kantin. Suasana kantin jadi hening sekali.
Dengan ragu-ragu Bu Evelin memandang orang-orang yang berada di sekitar kantin tersebut. Tetapi rupanya di situ tidak ada terlihat Greg.
Si ibu kantin yang biasa jualan bakso membuka suara, "Sudah. Sudah. Kalian lihat wanita cantik malah seperti melihat hantu."
Di tegur seperti itu, akhirnya suasana kembali riuh. Tetapi tidak seriuh sebelum kehadiran kedua orang itu.
Tak berapa lama, Sinto memperhatikan gerakan seorang siswa yang mencurigakan. Tak lama kemudian anak itu menyelinap keluar dari kerumunan anak-anak yang berada di dalam kantin itu.
Ibu Evelin langsung memesan bakso dua mangkok kepada ibu kantin itu.
Si ibu kantin pun segera menyajikan pesanan mereka.
Baru saja mau menyuap makanan itu, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.
Bu Evelin melihat ke arlojinya, "Loh. Belnya kok cepat amat. Baru juga sepuluh menit. Masih sepuluh menit lagi."
"Jadi, bagaimana bu?" tanya Sinto sambil melirik ke arah yang lain. Karena siswa yang lain satu per satu keluar dari kantin tersebut.
Dengan wajah panik dan suara sedikit gemetar si Ibu kantin itu berkata kepada mereka berdua, "Sebaiknya kalian pergi dari sini saja. Tidak usah bayar juga tidak apa-apa."
Mendengar itu Bu Evelin malah berkata, "Bu. saya ini sangat lapar. Jadi, dari pada saya makan orang. Lebih baik saya makan bakso ibu." Setelah berkata demikian ia mulai menyuap baksonya perlahan-lahan. Demikian juga Sinto melakukan hal yang sama.
"Bakso pedas panas ini. ternyata enak juga ya." Kata Sinto sambil memuji ke arah ibu kantin itu.
"Oh iya, minumannya yang segar. Yang biasa aku minum. Pesan dua ya, ibu." kata Bu Evelin lagi.
Kantin sudah sepi. Pada hal waktu istirahat masih ada sepuluh menit lagi.
Tak berapa lama kemudian muncul Greg dengan beberapa temannya.
Bu Evelin yang melihat kehadiran anak itu dan teman-temannya, cukup terkejut juga. Hingga ia berhenti menyuapkan baksonya ke dalam mulut. Sedangkan Sinto hanya melirik sesaat, lalu ia kembali menikmati bakso tersebut.
"Hei anak baru. Aku sudah berpesan kepadamu. Janganlah jadi orang yang sok jago di sini." Ucapnya sambil salah satu kakinya diangkat dan diletakkan di atas kursi yang berada di dekatnya. Dekat Sinto tentunya.
Sinto menegak minumannya. Lalu menyeka mulutnya dengan tisu. Setelah berbuat demikian ia baru menoleh ke arah Greg.
"Memangnya salah aku apa lagi. Kau telah memukul hidungku ini, kenapa kamu bisa bilang aku sok jagoan. Pada hal aku belum ke kelas. Dan di jam istirahat ini baru saja kita bertemu." Kata Sinto dengan nada santai dan tidak takut sama sekali.
Mendengar perkataan Sinto, Bu Evelin malah menarik tangan anak itu lalu ia setengah berbisik, "Sebaiknya kita pergi dari sini. Jangan buat masalah lagi dengannya."
Setelah berbisik seperti itu. Bu Evelin bergegas membayar bakso dan minuman yang mereka pesan.
Kemudian ia bangkit berdiri dan mendahului Sinto berjalan di depannya.
Ketika mereka harus melalui Greg, tiba-tiba dengan tangan anak itu segera menghalangi langkah Bu Evelin.
Dengan tatapan mata sinis, Greg berkata, "Kenapa kalian berdua hendak cepat-cepat pergi dari sini. Aku belum selesai bicara dengan kalian."
Baru saja Sinto hendak menjawab perkataan Greg lagi. Tiba-tiba kembali terdengar bel berbunyi.
Greg menoleh ke arah teman-temannya, "Siapa yang berani membunyikan bel tersebut?"
Semua tidak ada yang berani menjawab.
Melihat itu Greg membentak mereka semua, "Tunggu apa lagi. Hayo cari tahu siapa yang membunyikan bel itu."
Tanpa perintah dua kali, sebagian dari mereka bergegas keluar dari kantin itu dan mencari tahu siapa yang telah membunyikan bel tersebut.
Dengan nada mengejek Sinto berkata, "Sepertinya, tidak semua di sekolah ini takut padamu. Rupanya mereka secara sembunyi-sembunyi menentang dirimu."
Bu Evelin yang mendengar perkataan Sinto menjadi sedikit takut. Lalu dengan cepat ia menarik tangan itu untuk pergi dari mereka.
Melihat gerakan Bu Evelin yang menarik tangan Sinto. Greg menahan langkah mereka. Lalu katanya dengan nada menghina. "Ternyata dengan siapa saja kamu mau melakukan apa saja untuk menyenangkan laki-laki."
Wajah Bu Evelin memerah dan berkata dengan nada sedikit membentak, "Jaga mulutmu Greg."
Greg dan beberapa temannya tertawa terbahak-bahak.
Sinto yang merasa kesabarannya sudah habis. Apa lagi mendengar anak itu telah menghina gurunya sendiri. Lalu ia berkata kembali dengan nada sindiran, "Barang siapa yang hanya dapat bicara saja. Apa lagi beraninya terhadap seorang wanita. Bisa dikatakan orang itu bukanlah pria sejati."
Greg memelototi Sinto, "Apa maksudmu dengan berkata seperti itu."
"Perlukah aku menjelaskannya lagi," tantang Sinto sambil balas menatap mata Greg.
Tanpa perlu menunggu jawaban dari Greg, Sinto telah membuka suara lagi, "Baiklah, aku jelaskan sedikit maksud dengan perkataanku barusan. Begini ya, kalau seorang laki-laki yang hanya dapat berlaku kasar terhadap seorang wanita di adalah bukan lelaki tulen."
Bersamaan dengan itu kembali tangan Greg melayang ke arah wajah Sinto. Kali ini tangan kanannya yang bergerak. Entah apa jadinya bagi Sinto kalau tangan kanan anak itu sudah bergerak.
Bu Evelin tidak dapat melihatnya. Membayangkannya pun tidak tega. Karena sudah banyak yang menjadi korban karena gerakan tangan anak itu.
Tetapi betapa terkejutnya semua orang yang menyaksikan kejadian itu. termasuk ibu kantin sendiri.
Karena pada saat pukulan tangan Greg hampir mengenai wajah Sinto. Dengan cepat anak itu menangkap kepalan tangan kanan Greg.
Tak berapa lama kemudian terdengarlah suara rintihan keluar. Suara rintihan itu bukan keluar dari mulut Sinto. Tetapi dari mulut Greg.
Rintihan yang keluar makin lama makin keras bunyinya. Dibarengi dengan suara bergemelatukan. Suara seperti tulang hancur remuk.
Cepat-cepat Bu Evelin membuka matanya dan langsung memohon kepada Sinto.
"Sinto, sudahlah. Jangan memperlakukan orang seperti ini." ucap Bu Evelin dengan nada sedikit kecewa dan kasihan kepada Greg.
"Aku tidak perlu rasa kasihanmu." Ucapnya dengan wajah bengis.
"Sudah seperti ini. masih saja sombong. Bukannya tadi kau yang mengatakan aku ini sombong dan sok jagoan." Kembali Sinto menyindir Greg.
Melihat kejadian itu malah teman-temannya Greg mundur beberapa langkah.
Setelah melihat teman-temannya mundur, barulah ia melepaskan genggamannya pada kepalan tangan kanan Greg.
Kemudian Sinto menoleh ke arah Bu Evelin, "Maafkan aku." Katanya sambil tangannya menarik tangan wanita itu.
"Sebaiknya kita sekarang kembali ke kelas saja. Karena aku sudah tertinggal empat jam pelajaran." Kata Sinto tanpa memperhatikan Greg yang masih meringis kesakitan.
Sebelum pergi Sinto melemparkan botol kecil berbentuk pipih ke arah Greg. Lalu katanya kepada Greg, "Oleskan salep itu ke seluruh tanganmu. Tunggu setengah jam. Nanti otot-otot tulangmu akan kembali ketempatnya."
Setelah berkata demikian ia dan bu Evelin pun bergegas kembali ke kelas.