Chereads / Last Emperor / Chapter 15 - Bu Evelin Dan Jaya

Chapter 15 - Bu Evelin Dan Jaya

"Sepertinya. Sekarang ini mereka semua sudah menggantikan dirimu sebagai pemimpin mereka." Puji Bu Evelin sambil tersenyum.

Mendengar pujian itu wajah Sinto terlihat memerah lalu katanya dengan nada yang sangat wibawa sekali, "Kita di sini hanya untuk bersekolah. Saya sebagai murid baru hendak meminta maaf atas kejadian tadi. Saya tahu, kalian tidak bermaksud demikian terhadap diri saya. Karena kalian takut terhadap Greg. Saya tekankan sekali lagi. Apa pun yang terjadi besok, khususnya terhadap Bu Evelin, wali kelas kita semua. Kita tidak perlu macam-macam. Kita tidak perlu melakukan tindakan kriminal. Betul apa yang di kata John. Kita ke sini adalah untuk bersekolah. Bukan untuk jadi jagoan."

Semua teman-temannya bangkit berdiri dan bertepuk tangan.

Bu Evelin yang mendengar perkataan Sinto pun ikut bertepuk tangan dan langsung memeluk anak itu dan mengecupnya.

Sekali lagi teman-teman yang di kelas itu berteriak riuh rendah.

"Balas!"

"Balas!"

"Balas!"

Sinto hanya mengangkat tangannya, dan semua kembali hening.

Lalu Bu Evelin melanjutkan, "Saya sebagai wali kelas kalian. Pada hari ini bersyukur karena dengan hadirnya dia. Kalian dapat menghargai kembali keberadaan seseorang. Kalian harus ingat, tidak selamanya orang itu berada di atas. Dan tidak selamanya orang itu di bawah. Contohnya dengan kehadiran Sinto ini. kalian telah memilih dia menjadi pemimpin kalian." Ucap Bu Evelin dengan suara emosi yang meluap-luap. Tetapi tidak terdengar marah sama sekali. Malah terdengar hampir mau menangis. Karena terlihat di kedua matanya mulai berkaca-kaca.

Dengan kedua tangannya Sinto menghapus air mata yang mau keluar itu.

Bu Evelin terkejut lalu ia berkata lagi kepada para muridnya yang lain, "Mari kita memberi hormat kepadanya. Karena Dialah. Kita jadi tahu mana yang baik dan mana yang buruk."

Setelah berkata demikian Bu Evelin berdiri di depan Sinto. Lalu memberikan penghormatan dengan cara membungkuk setengah badan.

Teman-teman yang lain pun melakukan yang sama.

Mau tidak mau Sinto pun juga turun membungkukkan badannya.

Kemudian Bu Evelin berkata lagi, "Semoga dengan kehadiranmu di sini. Dapat membawa dampak positif bagi teman-teman di kelas ini, serta bagi sekolah ini pada umumnya."

"Jadi. Besok kita tidak ulangan ya Bu." celetuk salah satu murid untuk menghangatkan suasana kelas kembali.

Bu Evelin mengernyitkan dahinya. Kemudian ia menghadap kembali ke arah murid-muridnya.

Ia memandang ke sekeliling kelas. Lalu katanya, "Ibu kasih tiga pertanyaan. Jika kalian dapat menjawab tiga pertanyaan Ibu. Besok kita tidak jadi ulangan."

"Setuju!" teriak seluruh siswa kelas itu.

"Sinto kau boleh duduk lagi." Ucap Bu Evelin kepada murid itu.

"Tapi Bu. Sepertinya tadi bel pulang sekolah sudah berbunyi." Sela Sinto perlahan.

Mendengar itu Bu Evelin langsung melihat ke arah arlojinya.

"Betul sekali, ibu sampai lupa. Untung ada kau yang beritahu. Ya sudah, besok kita jadi ulangan!" teriak Bu Evelin sambil melemparkan senyum ke semua muridnya itu.

"Ya ibu!" teriak seluruh murid di kelas itu.

Kemudian satu per satu dari mereka berpamitan. Sambil mencium tangan guru itu baru keluar dari kelas.

Hingga tinggal Bu Evelin dan Sinto saja.

"Terima kasih." Ucap Bu Evelin terhadap Sinto.

"Saya juga mengucapkan terima kasih." Balas Sinto.

"Untuk apa?!" tanya Bu Evelin bingung.

"Karena. Ibu sudah mau menjadi wali kelas saya." Ucap Sinto malu-malu.

"Sama-sama." ucap Bu Evelin dengan senyumnya.

Mereka berdua turun dari lantai dua. Begitu mereka tiba di depan pintu gerbang. Terlihat sudah banyak anak laki-laki berkumpul.

Mereka terdiri dari anak-anak kelas SMP hingga SMA. Semua berkumpul di depan pintu gerbang sekolah itu. tampak berdiri Greg berdiri paling depan. Sebagai seorang pemimpin.

"Sebaiknya, sekarang kamu ikut ibu saja." kata gurunya itu sambil menarik tangan Sinto. Mereka berdua terus berlari ke arah parkiran.

Ibu Evelin mengambil sebuah motor gede dengan tulisan 800cc.

Dengan cepat. Ia sudah duduk di belakang setang motor itu.

"Bu?!" ucap Sinto ragu.

"Cepat, naik saja." Desak Bu Evelin terhadap muridnya itu.

Sedangkan rombongan gengnya Greg itu sudah mulai bergerak maju.

Diam-diam Sinto mengambil sesuatu dari balik kaus kakinya, sebuah benda kecil.

Bu Evelin segera memundurkan motornya. Dengan sekali menginjak gas. Guru itu segera menerjang rombongan para murid yang menghadang mereka berdua dengan asap tebal yang keluar dari knalpot motornya itu.

Dengan maksud menghalangi pandangan para murid tersebut.

Setelah itu ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi untuk menabrak palang pintu pagar sekolah yang terlihat tertutup rapat.

Tetapi tiba-tiba seseorang tampak membuka pintu pagar sekolah tersebut.

"Awas!" teriak Sinto dari belakang Bu Evelin. Yang mau tidak mau kedua tangannya memeluk pinggang Wali kelasnya.

Bu Evelin terkejut sesaat sehingga ia menginjak rem dengan mendadak. Dan motor tersebut seperti akrobat. Karena ban belakangnya sempat terangkat ke atas.

Motor itu sendiri berhenti persis di depan pintu gerbang tersebut.

Kemudian tampak Jaya sopir Pak Bramana.

"Terima kasih Pak." Seru Bu Evelin.

Sinto pun ikut berteriak, "Terima kasih mang Jaya."

Tangannya memberi kode kepada Bu Evelin.

Wanita itu hanya mengangguk saja. Lalu ia kembali menginjak pedal gas pada motor itu.

"Hati-hati!" teriak sopir pak Bram kepada Bu Evelin.

Setelah itu Jaya segera bergegas meninggalkan gerbang tersebut. Lalu dengan mobilnya ia tinggalkan sekolah itu.

"Semoga saja Bu Evelin segera mengantar Sinto kembali ke rumah tepat pada waktunya." Gumam Pak Jaya dalam hatinya.

Sedangkan Bu Evelin masih membawa motornya dengan ngebut. Ia masuk ke jalan-jalan yang hanya dapat di lalui motor saja. Tujuannya untuk menghilangkan jejak mereka dari kejaran geng Greg.

Sejam kemudian. Motor yang dikendarai Bu Evelin berhenti tepat di depan sebuah bangunan berlantai dua dengan cat putih pada tembok dan pintu pagarnya.

"Turunlah." Kata Bu Evelin kepada Sinto. Sambil tangannya membuka helmnya.

"Terima kasih." ucap Bu Evelin sambil memasukkan motornya ke dalam rumah tersebut.

"Loh. Harusnya aku yang ucapkan terima kasih kepada ibu."

Setelah ia memasukkan motornya. Ia melihat Sinto seperti memikirkan sesuatu.

"Hei, kenapa kamu diam seperti itu?!" tegur Bu Evelin sambil tersenyum.

"Maaf. Memang ada yang aku pikirkan. Dan maaf jika ibu tersinggung dengan ucapanku ini."

"Memangnya. ada apa sih?" tanya Bu Evelin sambil tangannya di dekatkan ke tangan Sinto.

"Ibu kenal dengan sopirnya pak Bram?"

"Oh, itu masalahnya. namanya Jaya. Dia dan saya satu bos." jelas Bu Evelin lagi. Dan tangannya menyentuh pundak anak itu.

Kemudian wanita itu memberi hormat sambil berlutut hendak mencium tangan Sinto. Tepatnya jari Sinto yang memakai Cincin.

"Loh, jangan Bu. Bukan begitu tata caranya." ucap Sinto yang bergegas melepas tangannya dari tangan Bu Evelin. Serta memegang kedua pundak gurunya. Agar Bu Evelin bangkit berdiri.

Tetapi Bu Evelin menolak untuk bangkit. Ia pun berkata, "Tidak. Kamu adalah anak bos dari bos saya. Jadi di saat kita tidak berada bersama di sekolah. Saya harus menuruti perintah tuan muda." Jelas Bu Evelin.

Penjelasannya itu membuat Sinto semakin bingung.