Chereads / Last Emperor / Chapter 28 - Hari Kedua Di Sekolah Yang Baru

Chapter 28 - Hari Kedua Di Sekolah Yang Baru

Kemudian orang itu menatap Bu Evelin, "Apakah Anda juga tidak tahu siapa dia?" tanya orang itu sambil menunjuk ke arah Sinto.

"Saya tahu siapa anak ini tuan Mamboyo." Ucap Evelin dengan suara perlahan.

Pria Afrika itu terkejut, "Kalau sudah tahu siapa dia. Kenapa kamu tidak memperingatkan Greg. Agar dia tidak semena-mena." Umpat Mamboyo terhadap Evelin

"Maaf tuan. Beliau sendiri yang tidak mau diketahui oleh teman-temannya siapa dia yang sesungguhnya." Jelas Evelin kepada orang Afrika itu.

Mendengar perkataan Bu Evelin, Tuan Mamboyo terkagum-kagum. Lalu katanya dengan nada memuji, "Beda ya dengan anak saya. Yang selalu arogan dan ingin di sanjung dan di puji." Ucapnya dengan nada menyindir putranya sendiri.

Lalu ia memanggil putranya itu, "Greg, kemarilah."

Tetapi anak itu tidak mau datang mendekat.

Melihat hal itu Tuan Mamboyo membentaknya, "Greg, kemari."

Dengan enggannya ia melangkah mendekati ayahnya sambil berkata, "Ada apa sih."

"Cepat beri hormat kepada tuan muda." Kata Tuan Mamboyo sambil tangannya menekan punggung Greg agar supaya anak itu memberi hormat kepada Sinto.

Semua anak yang memperhatikan kejadian itu terkejut setengah mati. Terutama sekali Greg. Ia merasa di permalukan di depan para anak buahnya.

Maka ia mati-matian melawan untuk tidak memberi hormat kepada Sinto.

Melihat itu Sinto merasa kasihan. Lalu katanya kepada pria berkebangsaan Afrika itu, "Tuan Mamboyo. Janganlah memaksa. Aku juga tidak mau di perlakukan sama dengan ayahku sendiri."

"Tuan muda. Anda memang layak sebagai penganti ayahmu. Dalam memimpin..."

Tetapi sebelum Mamboyo melanjutkan perkataannya Sinto telah mengangkat tangannya. Agar lelaki itu tidak meneruskan kembali perkataannya itu.

Ia mengangguk lalu katanya lagi, "Sekali lagi saya minta maaf atas tingkah laku anak ini. Karena ia belum mengenal tingginya gunung dan luasnya lautan."

Setelah berkata demikian ia menarik tangan Greg dengan kerasnya. Anak itu mencoba menahannya.

"Mau apa lagi kamu di sini. Buat malu saja. Hayo ikut ayah pulang."

"Tidak mau!" teriak Greg dengan sekeras-kerasnya.

"Baiklah kalau kamu tidak mau ikut ayah pulang sekarang. Jangan salahkan ayah jika semua fasilitas yang ayah berikan kepadamu akan ayah blokir semuanya."

Mendengar ancaman itu, mau tidak mau Greg menurut mengikuti ayahnya dari belakang.

Sempat-sempatnya ia menoleh ke arah Sinto sambil mengancam, "Awas kau."

Walaupun tidak terdengar suaranya. Tetapi Sinto dapat membaca bibir anak itu.

Sinto pun membalas, "Aku tidak takut." Hanya dengan gerakan bibir saja.

Sepertinya Greg juga dapat membaca gerakan bibir Sinto. Ia pun mengarahkan kepalan tangan kanannya ke arah Sinto lagi. Sebelum kerah baju Greg di tarik oleh ayahnya sendiri.

Sebelum masuk ke dalam helikopter itu, "Belum tahu dia." Gumam Greg dengan suara pelan.

Sambil menahan langkahnya lalu menoleh ke arah Greg, "Kamu barusan mengatakan apa." Bentak Mamboyo kepada putranya.

Wajah Greg terlihat agak sedikit bingung. Lalu ucapnya, "Memangnya. Aku barusan bicara apa?"

"Kamu jangan macam-macam lagi. Ya Greg. Ini untuk yang terakhir kalinya. Jika di kemudian hari kamu mendapat masalah besar dan di penjara. Aku tidak akan membebaskan dirimu. Biarlah kamu di sana sampai kamu insaf." Ancam Mamboyo dengan nada kesal.

Setelah itu barulah ayah dan anak itu masuk ke dalam helikopter. Dan tak lama kemudian heli itu sudah terbang tinggi meninggalkan sekolah itu.

Semua siswa termasuk Evelin dan Sinto mengawasi mereka ayah dan anak sampai helikopter yang membawa mereka menghilang di angkasa raya.

Siswa yang tadi mengikuti Greg. Turut tertegun melihat kejadian itu semua. Terlebih lagi teman-teman sekelas Sinto.

Melihat itu Sinto buka suara, "Untuk apa lagi kalian semua masih berdiri di sini. Cepatlah kalian semua masuk ke kelas kalian masing-masing." Tegurnya dengan suara yang terdengar wibawa. Beda sekali dengan gaya bicara Greg.

Tanpa di perintah untuk kedua kalinya, Semua pengikut Greg dan teman sekelasnya sendiri. Tiba-tiba berhamburan meninggalkan Sinto dan Bu Evelin. Mereka serempak lari tunggang langgang menuju kelas mereka masing-masing.

Dari kejauhan tampak seseorang mengawasi Sinto. Ia pikir dirinya tidak terlihat oleh Sinto. Justru pada saat itulah anak itu memandang sesaat ke arahnya.

"Sinto, ada apa?" tanya Evelin sambil ikut-ikutan juga melihat ke arah di mana anak itu sedang memandang sesuatu.

"Tidak ada siapa-siapa." Ucap Evelin sambil menarik tangan anak itu.

"Biarkanlah. Orang itu sudah pergi dari situ." Ucap Sinto sambil menepuk punggung tangan Evelin yang sedang menggenggam tangannya.

Mereka pun segera bergegas masuk ke dalam kelas.

Begitu kedua orang itu membuka pintu kelas.

Dengan serempak seluruh teman-teman satu kelasnya Sinto segera bangkit berdiri. Kemudian mereka semua memberi hormat. Sambil berkata, "Selamat datang pemimpin baru kami."

"Teman-teman semua. Pemimpin kita di kelas ini adalah Bu Evelin. Bukannya aku. Aku sama seperti kalian semua. Aku hanyalah seorang siswa yang hendak menimba ilmu di sekolah ini bersama kalian semua. Sedangkan pemimpin sekolah ini juga bukan aku. Pemimpinnya adalah tetap kepala sekolah. Jadi kita harus bersama-sama membawa nama harum sekolah ini dengan kebaikan dan ilmu serta kemampuan yang kita miliki. Bukannya membawa nama buruk sekolah kita." kata Sinto dengan nada tegas.

Mendengar perkataan Sinto, semua siswa berteriak, "Setuju!"

"Nah kalau kalian setuju dengan perkataan siswa baru di kelas kita. Maka seperti yang kemarin ibu janjikan, maka kita akan adakan ulangan hari ini." ucap Bu Evelin sambil melemparkan senyumannya kepada seluruh siswa.

Mendengar perkataan wali kelas mereka, semuanya berkata, "Yaa, ibu."

"Sinto, kamu silakan duduk di bangkumu." Kata Bu Evlin sambil mempersilahkan kepada anak muridnya dengan tangan terbuka yang diarahkan ke tempat duduk anak itu.

Anak itu hanya mengangguk pelan. Lalu ia bergegas menuju ke tempat duduknya. Pada saat ia melewati tempat duduk Greg. Ia merasakan kalau anak itu masih berada di situ di tempatnya. Untuk itu ia berhenti sejenak memandang ke bangku yang di duduki oleh Greg.

"Ada apa Sinto?" tegur Evelin ketika melihat anak itu memandang bangku kosong yang biasa di duduki oleh Greg.

Anak itu sedikit terkejut, lalu ia segera duduk di tempatnya sambil berkata, "Tidak apa-apa Bu."

Sedangkan anak yang biasa duduk di samping Greg berkata perlahan, "Hati-hatilah dengannya. Anak itu suka nekat. Berbagai cara ia lakukan untuk menghancurkan orang yang ia tidak suka."

"Maksudmu?" tanya Sinto dengan suara berbisik pula.

"Iya. Anak itu suka main hal-hal yang di luar nalar."

Mendengar itu Sinto mengernyitkan dahinya sendiri. Tidak mengerti apa yang dikatakan oleh temannya yang duduk persis di samping Greg barusan.

"Ah. Biarkan aku jelaskan sedetail mungkin. Belum tentu ia mengerti apa yang aku katakan." Kata anak itu dalam hatinya.

Lalu ia berkata lagi, "Sinto. Lupakan saja apa yang aku katakan barusan."

Setelah berkata demikian kembali terdengar suara Bu Evelin yang ternyata sudah memulai menulis soal-soalnya di papan tulis.

Sinto sepertinya sudah dapat melupakan perkataan temannya. Dan ia kembali fokus dengan soal-soal yang berada di papan tulis.

Bersamaan dengan selesainya soal yang di tulis Bu Evelin di papan tulis. Selesai pula Sinto menjawab soal-soal tersebut.

Baru saja Evelin duduk di bangkunya. Tampak Sinto sudah bangkit dan berjalan menuju ke arahnya untuk menyerahkan kertas jawabannya.