Chereads / Last Emperor / Chapter 23 - Menolong Tanpa Pamrih

Chapter 23 - Menolong Tanpa Pamrih

Pada saat yang bersamaan Bu Evelin sudah bergerak keluar dari bawah kolong, karena dia pikir tugas Sinto dalam menjinakkan bom sudah selesai. Begitu ia memperlihatkan wajahnya ke keluarga itu, dan baru hendak mengatakan selesai. Beruntung Sinto keburu teriak, "Pak Jaya, jangan diangkat dulu pedal remnya!"

Mendengar teriakan Sinto Jaya sopir pak Bramana tidak jadi menarik kakinya dari injakan pedal rem. Sedangkan Evelin segera menundukkan tubuhnya kembali, "Apa yang terjadi Sinto?"

"Ternyata di dalam kabel ini ada selang lagi. Selangnya berbentuk seperti sedotan. Sedangkan cairan bom itu sudah turun ke selang ini, jadinya aku harus memutuskan selang tersebut agar tidak sampai lari menuju ke pedal." Jelas Sinto sambil tangannya tetap bekerja.

"Tetapi yang lain boleh turun?" tanya Evelin ragu.

"Sepertinya jangan dulu. Kalau yang lain turun justru akan mengurangi beban kendaraan ini dan cairan bom kan lebih cepat bergerak lajunya menuju ke pedal rem." Kembali Sinto memberikan penjelasan tersebut.

Baru saja selesai bicara, tiba-tiba terdengar pintu di tempat duduk Pak Bramana di samping sopir terdengar terbuka.

Evelin pun segera bangkit berdiri sambil berkata untuk mencegahnya, "Pak, sebaiknya bapak jangan turun dulu."

"Apa-apaan ini, dari tadi belum selesai juga." Keluhnya sambil bergerak turun.

Resty istrinya segera berteriak, "Pa. kalau di bilang tunggu dulu ya tunggu dulu. Memangnya papa menghendaki kita semua tewas di dalam kendaraan ini!"

Mendengar teriakan istrinya, Pak Bramana tidak jadi turun dan malah membanting pintu mobil itu dengan sekuat tenang. Hal itu membuat sedikit guncangan pada kendaraan tersebut, yang mengakibatkan kaki kanan Jaya yang menginjak pedal rem sedikit bergerak. Itu membuat cairan bom bergerak semakin mendekati titik tengah.

"Hampir saja." Keluh Sinto ketika melihat posisi pedal rem kembali ke semula. Sehingga cairan bom tersebut tidak jadi di posisi tengah.

Akhirnya setelah memakan waktu hampir satu jam lebih selang yang seperti sedotan itu berhasil di putuskan oleh Sinto. Kemudian ujungnya di ikat agar tidak menetes ke bawah. Karena sedikit saja cairan itu menetes ke bawah akan membuat percikan api dan ledakan yang lumayan.

"Sekarang semuanya boleh keluar dari mobil ini!" teriak Sinto memberi tahu kepada mereka semua.

Begitu semuanya turun, terdengar suara sindiran Pak Bramana, "Kalau sudah selesai, apa lagi yang kau perbuat di bawah sana."

"Maaf Pa, bom ini bom cair. Aku harus melepaskan semua detektornya. Agar cairan bom ini tidak menetes dan membuat ledakan." Jelas Sinto kepada Pak Bramana.

"Sepertinya kau tahu semua ya." Jengek Pak Bramana sedikit kesal. Karena dia merasa seperti di gurui oleh Sinto.

"Sudahlah papa." Kata Resty kepada suaminya itu.

"Iya Pa, kenapa juga di ributkan." Kata Tina yang terdengar suaranya agak gemetar dan tubuhnya pun ikut gemetar pula.

"Papa bukannya terima kasih malah berkata yang bukan-bukan terhadap Sinto." Tambah Dinda.

Kali ini Pak Bram yang merasa di sudutkan oleh keluarganya sendiri.

Tak berapa lama kemudian Sinto Akhirnya keluar dari kolong kendaraan tersebut sambil memegang sebuah sebuah alat detektor dengan selang seperti sedotan yang ujungnya sudah di ikat oleh Sinto.

Melihat itu, "Nak Sinto, biar aku saja yang bawa ke taman sana. Kan taman itu jauh dari perumahan. Semoga saja ledakan dari bom ini tidak mengejutkan mereka semua yang sedang tertidur lelap." Kata Jaya sambil mengambil detektor bom tersebut dari tangan Sinto.

Melihat itu, "Ya terserah kalian saja." Kata Pak Brama sambil berjalan meninggalkan mereka semua menuju rumahnya sendiri.

"Sinto, mama terima kasih ya telah menyelamatkan kami semua." Ucapnya sambil mengecup kedua pipi anak angkatnya itu.

Tina dan Dinda pun mengikuti mamanya dengan mengecup Sinto. Setelah itu mereka semua masuk ke dalam.

Setelah mereka tidak ada, "Sepertinya mereka tidak suka dengan kedatanganmu ke rumah ini ya." Ucap Bu Evelin sambil memandang keluarga itu masuk satu per satu.

Sinto hanya menjawab sambil mengangkat kedua bahunya.

Sesaat setelah itu terdengar ledakan.

Sinto dan Evelin menunggu kembalinya Jaya. Selama menunggu mereka diam seribu bahasa. Banyak yang terlintas dalam benak pikiran mereka berdua masing-masing.

Dan ketika mereka hendak buka mulut, mereka berdua pun tertawa geli.

Bersamaan dengan itu Jaya telah kembali, lalu dia berkata kepada Sinto, "Terima kasih tuan muda."

"Sama-sama." balas Sinto sambil tersenyum.

Lalu tampak Jaya teringat sesuatu, "Makan malam kalian berdua?" tanya kepada kedua orang itu dengan ragu.

Mereka sama-sama mengangkat bahu.

"Tunggu sebentar, sepertinya nyonya lupa memberikan kepada kalian berdua." Kata sopir Pak Bramana itu, sambil bergegas kembali membuka pintu kendaraannya.

Pada saat bersamaan Jaya membuka mobil terdengar suara mama Resty, "Sinto, maafkan mama. Mama sampai lupa memberikan kalian berdua makan malamnya. Jaya tolong keluarkan dan kasih mereka ya."

"Baik nyonya." Sahut Jaya sambil membalikkan tubuhnya dan menunjukkan satu buah tas kantong berwarna merah.

"Iya. Yang itu, betul sekali jaya. Sekali lagi terima kasih."

"Terima kasih mama." Kata Sinto sambil menoleh ke arah mama Resty.

"Terima kasih tante." Sahut Evelin juga ikut menoleh ke arah mama Resty.

"Sama-sama, setelah naik jangan lupa di makan ya." Kata mama Resty lagi. Setelah itu ia sendiri masuk lagi.

Sedangkan Jaya memberikan tas kantong itu kepada Sinto sambil berkata, "Sudah malam. Sebaiknya makan lalu langsung tidur."

"Siap komandan." Ucap Sinto sambil membungkukkan tubuhnya lagi.

Evelin yang mendengar itu tersenyum saja. Lalu katanya kepada Jaya, "Kami masuk dulu."

"Silakan, jaga tuan muda kita baik-baik." Katanya dengan suara setengah berbisik.

Bu Evelin hanya mengangguk saja, setelah itu mereka berdua segera masuk pula ke rumah tersebut.

Sedangkan Jaya memasukkan kendaraan yang tadi di pakai ke dalam halaman rumah yang besar itu.

Ketika lewat depan dan masuk melalui pintu kaca seperti di mal, "Tunggu dulu. Sepertinya ada yang aneh." Kata Sinto sambil memegang tangan wali kelasnya itu.

"Ada yang aneh. Memangnya apa Sinto?" tanya Evelin sambil menoleh ke kanan dan ke kiri di dalam ruangan rumah tersebut.

"Bukan di sini, tetapi di luar. Tepat di depan pintu kaca ini, sayang.' Ucap Sinto sambil membalikkan tubuhnya dan menunjuk keluar.

Lalu katanya lagi, "Di sini ini. tadi ada kendaraan yang lain yang ada bomnya juga. Tetapi, ke mana kendaraannya ya." Gumam Sinto sambil berlari mengitari halaman depan rumah tersebut, dan karena penasaran ia kembali ke jalan.

Evelin menunggu dengan tenang, Sinto pun kembali ke tempat Bu Evelin menunggunya sambil mengangkat bahu.

"Sudahlah, kita masuk saja." Kata Sinto sambil kembali menggandeng tangan anak buahnya itu.

Sesampainya di kamar Sinto, anak itu bergegas menguncinya dari dalam, lalu katanya kepada Bu Evelin sepertinya kendaraan itu nomornya sama seperti yang aku sebutkan ketika aku lihat dari atap kamar mandi itu." sambil wajahnya mengingat-ingat kembali.

"Kalau tidak salah nomor kendaraan tersebut B 3573 HD."