Chereads / Last Emperor / Chapter 26 - Menuju Sekolah

Chapter 26 - Menuju Sekolah

Katanya lagi di dalam hati wanita itu, "Kasus ini semakin membingungkan saja. Apa hubungannya Adik iparnya Kenjiro diangkat sebagai adik kandung Kenjiwa tanpa sepengetahuan Sinto. Lalu apakah istrinya, ibu dari Sinto tahu mengenai ini semua."

Tak lama kemudian muncul Sinto dari kamar mandi. Tampak anak itu tidak memakai baju. Terlihatlah badannya yang berbidang, bak seorang atletik saja.

"Sinto. Kalau kamu di sekolah lepas baju begini. Aku yakin sekali, banyak murid dan guru wanita yang tergila-gila padamu." Puji Evelin sambil tersenyum. Dan matanya tidak lepas dari pandangan ke tubuh atletik milik tuan mudanya sendiri.

"Hayo." Ledek Sinto. Tetapi rupanya Evelin sudah benar-benar kepincut pada atasannya itu.

"Dari pada memandang tubuhku, lebih baik kamu mandi." Kata Sinto dengan agak keras. Yang membuat wanita itu agak tersentak kaget.

"Baik. Baik. Aku pergi mandi sekarang juga." Ucap Evelin sambil menyambar handuk.

Begitu Evelin masuk ke kamar mandi. Pintu kamar Sinto di ketuk dari luar. Dan terdengar suara ibu angkatnya.

"Sinto ini mama. Mama bawakan beberapa baju untuk gurumu. Siapa tahu ada yang cocok dengan seleranya."

Mendengar itu Sinto pun bergegas membuka pintu.

"Terima kasih mama." Ucap Sinto Sambil mengambil baju-baju itu dari tangan mama angkatnya.

Setelah menerima baju-baju itu, "Sinto. Sebaiknya kalian berdua ke sekolah di antar Pak Jaya saja." Pesan Resty lagi.

"Tidak usah Ma. Biar aku naik motor saja bersama guruku." Ucap Sinto pelan.

"Tapi, Sinto." Kata mama angkatnya itu dengan nada khawatir.

"Tenang saja. Sinto kalau bawa motor tidak ngebut kok." Setelah berkata demikian anak itu segera menutup pintu kamarnya.

"Evelin. Buka pintunya. Mama kasih beberapa baju untuk nanti kamu pakai ke sekolah."

Wanita itu pun segera membuka pintunya dan menerima pakaian tersebut, dan Evelin lupa menutup tubuhnya dengan handuk.

Begitu melihat, Sinto agak terperangah sesaat. Lalu ia lekas memberi baju-baju tersebut sambil menutup matanya sendiri.

Melihat Sinto menutup matanya, Evelin baru sadar, lalu ia cepat-cepat mengambil baju-baju itu dari tangan Sinto dan segera menutup kembali pintu kamar mandinya.

Setelah menutup pintu kamar madi Bu Evelin marah-marah sendiri, "Aduh, kenapa sih aku sampai lupa menutup tubuhku dengan handuk ini."

"Tidak, Sinto tidak akan berpikir yang macam-macam pada tubuhku ini." ucapnya sambil mengamati baju-baju itu, lalu ia segera mencoba memakainya. Dan langsung keluar memamerkannya kepada Sinto.

Beberapa kali Sinto menggelengkan kepalanya.

Untuk yang ketiga kalinya wanita itu keluar memamerkannya. Barulah anak itu mengangguk setuju.

"Wah. Selera kita sama ya." Ucap Evelin sambil memutar tubuhnya di depan pemuda itu.

"Kita kan jodoh," celetuk Sinto pelan.

"Apa. Coba kamu ulangi lagi. Kata-kata barusan tadi. Aku tidak cukup mendengarnya. Keraskan sedikit suaramu itu." kata Evelin sambil menatap pemuda itu.

Sinto tersenyum lalu katanya pelan, "Maaf. Aku tadi diam saja. Tidak berkata apa-apa."

"Oh. Mungkin kita belum jodoh ya." Kata Evelin dengan pelan. Pelan sekali suaranya. Sehingga Sinto yang kali ini penasaran.

"Barusan kamu bicara apa?"

"Tidak. Aku tidak bicara apa-apa. Hanya saja, aku bingung dengan Kotaro. Pamanmu itu." kata Evelin mengalihkan pembicaraan mereka.

"Kotaro. Memangnya ada apa dengan Kotaro?" tanya Sinto penasaran.

"Ups." Katanya Evelin dalam hati.

Lalu sahutnya lagi, "Tidak. Tidak apa-apa."

Tiba-tiba dari luar terdengar suara Resty mama angkatnya Sinto lagi.

"Evelin, bagaimana. Ada yang cocok di badan kamu?" tanya wanita itu sambil tangannya langsung membuka pintu kamar Sinto.

Begitu wanita itu melihat baju yang dipakai oleh Evelin, "Gila. Cantik banget. Kalau aku punya anak cowok. Sekarang juga tante melamarmu Evelin." Pujinya sambil memeluk wali kelas Sinto.

Kedua orang itu langsung memerah di wajah masing-masing.

"Maaf. Maaf. Sudahlah sudah jam enam lewat. Sebaiknya kita sarapan dulu saja di bawah, yuk." Ajak Resty ibu angkat Sinto sambil tangannya menarik tangan Evelin.

Begitu sampai di bawah. Kedua putrinya pun langsung memberi pujian kepada Evelin, "Wah. Cantik banget. Mama pintar kasih baju kepada wali kelasnya Sinto."

"Sinto. Kita berdua sebagai kakak angkatmu. Setuju di langkah. Asalkan calon istrinya dia." Ucap kedua kakak angkatnya Dinda dan Tina bersamaan.

Lalu terdengar suara tawa mereka semua.

Kemudian terdengar suara Bramana Putra, "Ada apa, pagi-pagi begini sudah tertawa-tawa saja."

Begitu ia melihat penampilan Evelin, lelaki yang sudah mendekati kepala lima itu tertegun sejenak.

"Hayo. Papa tidak mungkin menikahkan dia kan." Celetuk Dinda.

"Memangnya siapa yang mau dengan pria setua papa ini." celetuk Pak Bramana dengan tawanya.

"Bisa saja kan papa. Kalau papa keluarkan semua jurus mautnya. Yaitu harta." Ucap Tina sambil mencibirkan bibirnya ke arah papanya sendiri.

"Sudah. Sudah." Ucap Resty mencoba melerai ayah dan anak itu.

"Oh iya. Papa baru ingat. Besok kamu sudah tujuh belas tahun kan Sinto. Jadi, besok semua kita jalan-jalan ke pulau." kata Pak Bramana menawarkan kepada semua yang ada di situ.

Kemudian lelaki itu menambahkan lagi, "Tentunya kamu boleh ikut juga." Katanya sambil tangannya menunjuk ke arah Evelin.

Semua wanita di situ terkejut, "Apa?! Tujuh belas tahun." Seru mereka berempat.

Melihat kejadian itu Sinto tersenyum.

"Usul yang bagus." Seru Resty sebelum suaminya mengubah pikiran untuk berlibur.

"Tenang saja sayangku. Aku tidak akan membatalkan perjalanan liburan kita." Kata Bramana sambil merangkul istrinya itu. lalu langsung dibawa ke dalam kamar mereka.

Melihat hal itu semuanya tersenyum.

"Hayo. Kita sarapan bersama." Ajak Dinda kepada yang lain.

Selesai sarapan, "Kak Dinda dan Tina. Kita berdua berangkat dulu ya." Ucap Sinto sambil bergegas naik kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya sendiri dan tas wali kelasnya.

Lalu ia segera turun kembali.

Begitu di depan motor milik Evelin, "Aku yang bawa ya." Pinta Sinto sambil tangannya di tadahkan. Agar wanita itu mengeluarkan kunci motornya.

Evelin memandang murid yang sekaligus tuan mudanya itu agak lama. Hingga akhirnya ia menyerahkan kunci motornya.

Sinto segera memasukkan kunci motor itu dan ia sendiri segera duduk di depan sambil kedua tangannya memegang setang motor tersebut.

Tanpa disuruh, Evelin pun segera duduk di belakang Sinto sambil kedua tangannya segera memeluk pinggang pemuda itu serta kepalanya di senderkan di punggung Sinto.

Sinto merasakan sedikit sentuhan dada wali kelasnya yang lembut itu.

Dengan bersemangat ia pun segera memacu kendaraan tersebut sambil berkata, "Tidurlah lagi." Dan tangannya menepuk lembut kedua tangan wanita itu yang sedang memeluk pinggangnya erat-erat.

Dari kejauhan pak Jaya sopir Pak Bramana dan sekaligus anak buahnya Sinto juga berkata, "Pasangan yang serasi."

Setelah berjalan setengah jam lewat. Evelin menegakkan wajahnya, "Kita mau ke mana?" tanya wanita itu sambil memperhatikan jalanan.

"Ini jalanan ke sekolah kita kan." Kata Sinto dengan pedenya.

"Sintooo!" jerit Evelin.

Mau tidak mau ia mendadak memberhentikan motor tersebut.