Hari berganti hari, berbagai peristiwa telah Luna alami. Saat Fajar telah terbit, Luna berlatih sihir dengan papahnya di depan halaman. Terdapat berbagai jenis bunga, serta rumput hijau terpisah oleh exterior batu granit.
Wajahnya yang babak belur, akibat latihan tanding oleh papahnya sendiri. Gadis berambut putih, tergeletak lemah di atas batu granit dengan baju dojo yang ia kenakan. Darah mulai menetes, dengan tubuh yang gemetar menahan sakit.
Dia kembali memasang kuda-kuda, untuk melawan papahnya sendiri dalam latihan tanding. Tanpa berbelas kasih Erwin memukul rahang, menendang perut dan membantingnya hingga terkapar. Luna meneteskan air mata sembari menahan sakit. Namun, dia terus bangkit untuk mendapat sebuah pujian dari papahnya.
"Dasar gadis lemah! Begitu saja sudah babak belur, lihat temanmu Robi teman satu kelasmu. Dia bisa mengalahkan tiga orang sekaligus. Ayo serang lagi!" gertaknya pada anaknya sendiri.