2:15 a.m
Waktu dini hari yang seharusnya menjadi waktu manusia untuk beristirahat. Namun arena balapan dipenuhi kerumunan orang dari berbagai kalangan. Penontpn didominasi wanita wanita cantik yang haus akan lelaki tampan.
Matthew Wyatt Leonard lelaki tampa berusia 26 tahun. Pewaris satu satunya Leonard International yang seharusnya hanya berada di ruangan mewah dengan tumpukan berkas, kini berada di tengah arena balapan bersama Dylan Parker yang akan menjadi lawannya pada balapan kali ini.
Dor...
Pekikan histeris terdengar semakin keras kala masing-masing dari mereka mulai melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Aaa!! Matthew! Dia favorite ku,"
"Favorite mu? Dia favorite kita semua, dewa tampan kaya dan juga pintar siapa yang tidak menyukainya?"
"Aku bertaruh dia juga akan memenangkan pertandingan malam ini,"
"God! Semua orang tahu itu!"
Matthew mengabaikan pekikan itu, dia sedang berkonsentrasi penuh untuk mengalahkan lawan yang telah menjadi musuhnya sejak remaja. Untuk saat ini dialah yang memimpin. Matthew menyeringai dibalik helm fullface nya, kemenangan sudah di depan mata, dia hanya perlu bertahan diposisinya hingga 1 km kedepan.
Brakk...
Sial! Matthew merutuk dalam hati. Kucing sialan yang tiba tiba sudah berada di depannya. Dengan refleks Matthew menghindar, tapi tak sengaja dia menabrak pembatas yang menyebabkan terjatuh, membiarkan Dylan memenangkan pertandingan dengan mudahnya disaat dia hampir mendapatnkan kemenangan itu.
Matthew membuka helm fullfacenya dengan kasar, melemparnya kesembarang arah. Wajah tampannya terlihat, mata biru itu menatap tajam sekitar dengan rahang mengetat.
"SIAPA YANG MEMBIARKAN KUCING SIALAN INI BERADA DI SINI," Tanpa perintah, arena yang tadinya dipenuhi pekikan penonton langsung senyap seketika. Teriakan seorang Matthew Wyatt Leonard menggema, membungkam mulut seluruh manusia yang mendengarnya.
"KATTY!"
Kecuali seorang wanita berambut cokelat bergelombang.
Wanita itu tiba-tiba saja datang dengan berlari terlihat jelas ke khawatiran di mata peraknya.
Beralih mata itu menatap tajam Matthew yang mematung masih mencerna semua ini.
Seorang wanita dengan beraninya membawa kucing sialan yang menghancurkan kemenanagannya lalu menatap tajam dirinya seakan dialah yang paling salah? Hell apa ini mimpi? Jika bukan mimpi, apa wanita ini gila?
Cekrek...cekrek...
Matthew tersadar dari lamunanannya kala kilatan kanera mengarah padanya.
Shit! Matthew mengumpat dalam hati. Bahkan kilatan tajamnya tak menghentikan para wartawan sialan yang entah bagaimana bisa berada di sini. Sepertinya ini hari tersialnya.
"Andrew!"
Andrew, asisten Matthew yang entah sejak kapan sudah pasang badan disamping tuannya.
"Yes, sir"
"Bereskan! Jangan sampai ada yang tersisa," perintah Matthew yang dibalas anggukan.
"Tapi bagaimana dengan Dylan sir?"
Matthew mengangkat bahunya santai, "Urus saja sesuai kesepakatan, biarkan dia mendapat mobil yang tak seberapa itu, mungkin hari ini keberuntungannya,"
Andrew mengangguk patuh, berlalu meninggalkan arena, meninggalkan Matthew dan perempuan malang yang masih menggendong kucingnya uang terluka.
"Gar--"
Tanpa basa basi Matthew menarik kasar lengan perempuan itu meninggalkan arena tanpa memperdulikan berontakan dari si empunya.
Matthew membawanya kesebuah ruangan. Tampak seperti sebuah kamar pribadi yang mewah. Matthew menghempas kasar lengan wanita itu hingga mundur beberapa langkah.
Seringaiannya terbit, menatap lapar wanita di depannya.
"Siapa nama mu?"
Wanita itu tidak menanggapi tetapi matanya setia menatap tajam Matthew.
"Untuk apa kau bertanya namaku?" Bentaknya kasar.
Matthew mengangkat bahunya santai, "Aku tidak punya alasan untuk semua yang kuinginkan,"
"Sebenarnya apa yang kau mau, kau telah mencelakai kucingku, menarikku ke ruangan aneh ini, lalu menanyakan namaku, apa kau gila?"
What? Matthew melongo, ini pengalaman pertamanya dihina sebagai orang gila?
"Apa kau tidak salah? Kucing sialan mu itulah yang membuatku terjatuh!" Bentak Matthew tak kalah kasar tidak perduli yang dibentaknya adalah seorang wanita.
"Katty bukan kucing sialan kau lah yang sial,"
Setelah mengucapkan satu kalimat wanita berambut cokelat itu hendak melangkah keluar ruangan.
Matthew menarik tangannya, memberi sebuah kartu, "Kau tidak bisa semudah itu lepas dariku baby,"
Wanita itu menghiraukan Matthew, memilih meninggalkan Matthew yang melong tak percaya.
Shit! Dia memang sial hari ini dan semua itu karena wanita itu dan kucingnya.
***
Brakkk...
i pad bernilai ratusan dollar itu terbanting mengenai lantai menimbulkan retak pada layarnya.
Matthew si pelaku sama sekali tidak menyesal, dengan sengaja dia mengambil gelas di atas meja di depannya ikut memecahkannya beserta piring kecil yang menjadi set lengkap.
Disampingnya, Andrew menunduk tanpa suara.
"Kenapa bisa mereka mendapatkan foto itu! Apa kau sudah tidak bisa bekerja dengan baik Andrew?" Teriakan Matthew menggema di dalam penthose mewah dua lantai itu.
"Sorry sir," hanya itu yang Andrew katakan, wajahnya terlihat sangat menyesal.
Pagi ini, hari Matthew yang seharusnya di awali dengan ketenangan berubah drastis karena sebuah artikel yang menurunkan mood nya. Artikel yang memberitakan tentang balapannya tadi malam disertai fotonya yang memegang lengan seorang wanita berambut cokelat. Dan yang lebih memalukan para wartawan sialan itu menuliskan kekalahan dirinya.
WTF! Dia kalah karena terjatuh, tapi mereka hanya menuliskan kekalahan Matthew Wyatt Leonard dari musuh bebuyutannya Dylan Parker.
Matthew mengacak rambut cokelatnya kasar.
"Bisa mati aku," gumamnya yang masih terdengar oleh Andrew, dan itu menambah penyesalan lelaki yang berbeda 7 tahun lebih tua dari Matthew.
"Andrew,"
"Yes sir," balas Andrew tak bersemangat.
Matthew mengabaikannya, "Kau sudah mencari info tentang wanita itu,"
"Sudah sir," Andrew menyerahkan i pad yang sudah tertera data data soal wanita pemilik kucing sialan itu.
"Namanya Victoria Allegra, umurnya memasuki 21 tahun,..." Andrew tetap terus membacakan informasinya meski sudah tertera sangat lengkap pada i padnya.
Matthew mengangguk anggukkan kepalanya mengerti, "Allegra? Aku seperti pernah mendengarnya,"
Andrew mengangguk, "Anda pernah meminta informasi soal Dylan Parker dan Allegra adalah marga ibunya, bisa jadi nona Victoria Allegra merupakan sepupu Dylan Parker, tapi sejauh ini tidak ada informasi mengenai kedekatan keduanya, dan yang paling aneh Rosaline Allegra hanya punya kakak perempuan yang tidak memiliki anak,"
Matthew mengangkat alisnya, "Apa kau yakin dia memang benar Allegra yang itu,"
Andrew mengangguk mantap.
Matthew mengedikkan bahunya, "Terus saja lakukan pencarian, untuk saat ini buat janji dengan starhits, katakan pada mereka jika mereka ingin mewawancari ku, aku akan menerima, tentu saja mereka tidak akan melewatkan kesempatn ini bukan?"
Andrew mengernyit, "Tentu saja pihak Starhits akan sangat bahagia mendengarnya beberapa kali mereka juga menawarkan wawancara pada anda, tapi mengapa tiba-tiba anda ingin di wawancarai bukankah anda tidak pernah ingin melakukan hal seperti itu?"
Matthew mendengus, "Pertama aku tidak minta di wawancari aku hanya menerima tawaran wawancara mereka, kedua kau tidak perlu tahu alasannya lakukan saja perintahku dan jangan sampai Grandpa Sepupu tahu niatku biarkan saja dia mengetahuinya nanti,"
Andrew mengangguk pasrah, mulai mengerjakan perintah tuannya.
Matthew menyeringai senang, "Sesuatu yang sudah terjadi tidak bisa ku perbaiki tapi setidaknya aku akan memanfaatkannya untuk masalahku yang lain, tunggu permainanku kucing kecil,"