"Beri tepuk tangan untuk kehadiran bintang tamu spesial kita kali ini Mr. Matthew Wyatt Leonard!"
Suara tepuk tangan bergemuruh diiringi pekikan-pekikan penonton di studio menyambut datangnya Matthew Wyatt Leonard usai Madelyn--pembawa acara Starhits--acara berita gosip dengan rating tertinggi beberapa tahun terakhir memanggil namanya.
Matthew duduk dengan anggun di sebuah sofa tunggal mewah yang telah disediakan. Madelyn, wanita paruh baya itu meneguk ludahnya bertatapan dengan Matthew secara langsung. Dia yang beberapa tahun terakhir selalu mewawancarai aktris-aktris yang sedang naik daun, kini bergetar gugup hanya karena berhadapan langsung dengan Matthew Leonard, mantan atlet MMA yang sempat mencapai puncaknya sebelum dia mengundurkan diri dengan alasan aneh. Mengingat betapa famousnya dia dikalangan masyarakat terutama wanita-wanita muda, belum lagi soal kekuasaannya, juga sulitnya untuk ditemui. Ini merupakan keberuntungan terbesar bagi Madelyn.
"Well Mr. Leonard sebelumnya aku ingin bertanya, apa yang membuatmu akhirnya mau menerima tawaran wawancara mengingat penolakan kerasmu sebelumnya."
Matthew terkekeh pelan, "Sepertinya kau tidak menyukai kehadiranku Madelyn,"
Sontak Madelyn gelagapan tidak menyangka akan jawaban Matthew dari pertanyaan pertamanya, "Bu..bukan begitu Mr. Leonard, tentu saja sebuah kehormatan bagiku bisa mewawancaraimu secara langsung,"
Matthew tersenyum, menampilakan lesung pipitnya diiringi pekikan heboh wanita muda yang berada dalam studio, tidak berniat bermain lagi dengan Madelyn.
"Aku tidak punya alasan untuk melakukan apa yang aku mau," Jawaban yang tidak akan bisa menghilangkan rasa penasaran penonton.
Madely mengangguk pasrah melanjutkan wawancaranya, "Okay next question, Mr. Matthew terkait artikel tentangmu yang kalah dari balapan dengan Dylan Parker telah menyebar kemana mana, jika boleh tahu benarkah yang ada dalam artikel tersebut?"
Matthew tetap santai, duduk menyilangkan kakinya dengan senyum anggun tanpa perduli Madelyn yang sudah ketar ketir disampingnya takut akan pertanyaan yang menyinggung.
"Yes, semua yang kau baca itu benar Madelyn, hanya saja sepertinya para wartawan yang menuliskannya tidak punya cukup tenaga untuk menyambung tulisannya. Kau tahu alasan kekalahanku?"
Madelyn menggeleng ragu, "Sejauh yang kubaca tidak ada satupun dari begitu banyak artikel yang menuliskan penyebab kekalahanmu, oleh sebabnya masyarakat berfikir.."
"Dylan Parker lebih hebat dariku?" Potong Matthew. Madelyn mengangguk ragu.
"Hahahaha, bahkan orang gila pun bisa tahu siapa yang lebih hebat dari siapa, tentu saja orang waras juga begitu bukan?" Seisi studio hening tidak ada lagi pekikan meski dengan jelas mereka melihat seorang Matthew Leonard tertawa.
"Well aku tidak mau berbasa-basi, kau mungkin menganggap tidak masuk akal jika aku mengatakan alasan kekalahanku karena seekor kucing melintas di arena menghadangku hingga terjatuh, tapi sayangnya kucing itu milik kekasihku yang datang mendukungku jadi aku tidak bisa membunuhnya,"
Seisi studio terpekik terkejut. Bahkan para wanita yang sedari tadi tak berhenti memotret dan memujanya berhenti. Ini berita yang menggemparkan dunia!
"Ekhm ekhm waw ternyata idola kita ini sudah mempunyai seorang kekasih, berita ini sungguh mengejutkan dunia," Madelyn berusaha mencairkan suasana.
Sedangkan Matthew tetap santai menunggu waktu yang tepat untuk dia berbicara lagi atau memberi kejutan lebih besar lagi.
"Waw waw, jika kau berkenan penonton sangat penasaran dengan kekasihmu, bolehkah kau beritahu kami nama dan menunjukkan satu fotonya,"
Matthew tersenyum kembali namun kali ini tidak terdengar teriakan atau pekikan, penonton sangat terkejut bahkan belum bisa percaya akan hal ini.
Tiba tiba layar besar yang berada di belakang Matthew dan Madelyn saat ini menunjukkan foto seorang wanita cantik berambut cokelat dengan mata perak yang berbentuk bulan sabit akibat tertarik senyum manisnya.
Matthew melirik layar sebentar lalu fokus menatap penonton kembali, "Dia kekasihku, Victoria Allegra,"
***
Setelah menggemparkan satu studio, Matthew berjalan santai menuju mobilnya yang terlihat kontras diantara mobil-mobil lainnya.
Matthew bergegas hendak menyalakan mobilnya sebelum ponselnya berdering. Senyumnya terbit melihat nama yang tertera, tanpa fikir panjang jarinya menggeser tombol hijau.
"Hall--"
"Sialan kau cucu laknat, apa yang kau lakukan hah!"
"Wait wait siapa yang kau sebut cucumu? Seingatku grandpa ku bernama jus--"
"Diam kau! Dalam lima belas menit aku masih tidak melihat batang hidungmu disini aku yang akan mendatangi penthouse kebanggaan mu itu,"
"Okay aku tunggu, kehormatan bagiku yang mul--"
Tut..tut..
Tanpa bisa dicegah Matthew tertawa kecil sebelum satu panggilan lagi menghentikan tawanya. Jawinya bergegas menekan kembali tombol hijau.
"Wah wah wah akhirnya kau menghubungiku baby,"
"This Devil, apa yang kau lakuakan hah! Mengaku sebagai kekasihku? Kau benar benar gi--"
"Wow wow wow santai baby, kau terlalu senang mendapat pengakuan dariku? Ahh aku bisa memberimu ap--"
"Jerk! Kau fikir aku sudi, kita bahkan baru bertemu kemarin, kau devil yang menyebabkan Kittyku terluka, sekarang mengaku sebagai kekasihku, sebenarnya apa yang kau mau!"
Matthew terkekeh kecil, "Bukankah kau memang kekasihku,"
"Big no," Matthew bisa merasakan Victoria yang melotot dari balik sanmbungan telepon.
"Aku tidak punya alasan untuk apa yang kuinginkan,"
Matthew tebak saat ini Victoria sedang mengacak rambut cokelatnya ah Matthew jadi ingin melakukannya juga.
"Dari mana kau dapatkan fotoku," suara Victoria melemah.
Matthew menyeringai, "Aku Leonard dan tidak ada yang tidak bisa kulakukan, kau harus tahu itu baby,"
Tut...
Panggilan terputus sepihak oleh Victoria. Matthew menjalankan mobilnya seperti tidak terjadi sesuatu. Dia tidak sabar menunggu kejutan di Penthousenya.
***
"Waw waw waw orang tidak sopan mana yang memasuki penthouse ku tanpa izin, aku Matthew Leonard berjanji akan membuatnya malu,"
Julio--grandpa sepupunya, adik dari Justin--grandpa dari ibunya menggeram kesal. Tangan yang sudah berkeriput itu siap melemparkan vas bunga ke arah sumber suara.
"Wow dan sekarang dia mencoba membuatku terluka? Ck sekarang aku bersumpah akan membuatnya malu,"
"KAU MEMANG SUDAH MEMBUATKU MALU," Matthew tetap santai meski teriakan marah itu menggema di telinganya. Menopang dagunya menyaksikan aksi Julio yang menghancurkan barang barang yang bernilai ratusan juta itu.
"Ck, sekarang dia menghancurkan barang barang mahalku jangan lupa menggantinya atau tid--"
"DIAM! Jangam berlagak sok miskin, lebih baik kau perbaiki kesalahanmu katakan pada media kau salah memberi foto tunjukkan foto Penelope jika kau tidak punya grandpa akan--"
"Haishh, tunggu! Bukankah sudah kukatakan nama grandpa ku Thomas Leonard atau mungkin maksudmu Justin Easton? Tapi kau tidak terlihat seperti keduanya,"
"JANGAN MEMANCING AMARAHKU LAGI! ATAU AKU AKAN MENGHANCURKAN WANITA ITU!" Julio kembali berteriak. Telunjuknya ia layangkan pada wajah tampan Matthew.
"Wow apa kau tidak takut terkena serangan jantung aku melihat umurmu sepertinya sudah sangat tua 50? Tidak, mungkin 69? Ah masih kurang, 75?bisa jadi sih.."
Julio menghiraukan ocehan Matthew. Menghela nafasnya lelaki berusia 79 tahun itu menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa,"
"Aku benar benar akan menghancurkan wanita itu Matt," Julio berucap lirih.
Mata Matthew yang tadinya mengeluarkan candaan beralih menggelap, ocehannya terhenti, senyum miringnya tersungging, "Coba saja, Aku Matthew Leonard mampu melindunginya tanpa bantuan siapa pun" Ucapan tegas Matthew membangkitkan Julio dari sandarannya.
Matanya tampak tak percaya, "Jadi dia sungguh kekasihmu nak, bukan karena kau menghindar dari perjodohan dengan Penelope?"
"Kau fikir," dan binar Matthew kali ini membuat Julio percaya. Entah memang Matthew yang terlalu pandai berakting atau binar itu benar reaksi ilmiahnya.