"Lepaskan aku, sialan!" Bentakku pada orang yang merenggut dan menarik rambutku dengan marah.
Putra Mahkota bukannya bergeming atau menuruti kehendak ku, dia malah semakin marah. Dia juga malah menarik rambutku semakin kuat, membuatku meringis menahan sakit.
"Kutanya sekali lagi. Apa yang telah kau lakukan pada adikku? Kenapa dia jadi seperti ini?" Matanya menatapku tajam, lebih tajam dan menusuk dari sebelumnya. Aku bisa merasakan energi kemarahan yang meluap luap dari dalam dirinya, sanggup membuat siapa pun akan bergetar ketakutan.
Sial, apa yang harus kukatakan padanya sekarang? Aku senang ada orang lain muncul yang bisa membantuku, tapi jika yang terjadi malah kesalah pahaman apalagi dengan sosok seorang kakak yang mengira kalau aku telah menyakiti adik tercinta satu satunya, tentu saja ini akan sangat berbahaya. Aku yakin alasan apapun yang akan kukatakan, dia tidak akan percaya pada ucapanku.
