Chi Gui menjawab dengan santai, "Tidak perlu."
Mendengar hal itu, suara tawa pun terdengar. "Chi Yan, kakakmu itu tidak memiliki kemampuan yang mumpuni, tapi harga dirinya justru tinggi sekali ya!"
Selain itu, ada juga yang berniat baik ingin membujuk Chi Gui, "Chi Gui, adikmu memang lebih muda darimu, tapi dia termasuk dalam sepuluh besar mahasiswa terbaik di jurusan Bedah Saraf ini. Kamu tidak perlu malu. Banyak yang ingin meminta bantuan Chi Yan untuk menjawab pertanyaan, tetapi tidak memiliki kesempatan, lho!"
Chi Gui malas meladeni mereka. Ia pun mencari tempat kursi kosong, kemudian duduk diam dan mulai fokus pada ponselnya.
Suasana pun segera menjadi beku.
Chi Yan mengempitkan bibirnya, dengan sedih ia berkata, "Kakak, kamu jangan marah. Aku hanya ingin membantu saja."
Namun, Chi Gui tidak menghiraukannya. Mata Chi Yan pun memerah dalam seketika.
Melihat itu, Su Qing mendengus, "Dasar tidak tahu terima kasih! Chi Yan, jangan pedulikan dia!"
Setelah mengatakan hal itu, Su Qing pun kembali ke tempat duduknya. Chi Yan diam-diam mengangkat sudut bibirnya, kemudian ikut duduk di samping pria itu.
Saat kelas dimulai, semuanya pun bubar dan kembali ke tempat masing-masing.
Su Niannian duduk di samping Chi Gui. Ia menolehkan kepalanya, melihat apa yang dilakukan oleh gadis itu dan mendapatinya sedang fokus membaca sebuah dokumen yang sepenuhnya berbahasa Inggris.
Su Niannian sama sekali tidak mengerti apa yang tertulis dalam dokumen tersebut.
Tiba-tiba, di otaknya terbayang adegan Chi Gui saat sedang menyelamatkan ibunya, gadis itu tenang dan profesional.
Anehnya, Su Niannian merasa apa yang dikatakan Chi Gui tidaklah palsu.
***
Toko peralatan medis Fu Si.
Fu Si sedang bermalas-malasan, ia berbaring di sofa dekat jendela, sibuk menerima dan membalas pesan dari ponselnya.
Cahaya matahari bersinar melewati kaca jendela dan menimpa wajah Fu Si, membuat sosoknya tampak lebih elegan dan santai.
Fu Si hanya bergabung dalam satu grup chat. Grup chat itu beranggotakan para generasi muda dari keluarga kaya yang memiliki status seperti dirinya. Jadi, tidak apa-apa mengobrol di grup chat itu jika ada masalah. Selain itu apabila ada pekerjaan, mengatakannya di situ juga bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Fu Si sangat jarang mengobrol dengan orang lain. Biasanya, orang lain juga tidak ada yang berani mengganggunya.
Hari ini. Fu Si jarang online, grup chat itu pun menjadi heboh.
Han Yutang: Kak Fu, kapan kamu kembali ke kota besar Jing?
Han Yutang adalah adik laki-laki Han Xuan, salah satu dari empat keluarga besar di kota besar Jing, putra bungsu keluarga Han. Hubungannya dengan Fu Si lumayan dekat sehingga juga tidak canggung mengajaknya mengobrol.
Jari Fu Si yang panjang mengetik: Belum tahu.
Han Yutang: Ada apa di kota Nan yang kecil itu? Kak Fu, jangan-jangan kamu juga ke sana karena kak Chi?
Melihat Han Yutang menanyakan pertanyaan ini, para anggota grup chat lainnya pun menjadi bersemangat. Di tempat masing-masing, mata mereka fokus menatap layar ponsel, menunggu jawaban Fu Si.
Nama Chi Gui sudah tidak asing lagi bagi orang-orang di kalangan keluarga berstatus tinggi itu. Maka dari itu, banyak yang ingin menjalin hubungan dengan gadis itu, sudah bukan rahasia lagi.
Jika mereka tidak menyadari kemampuan diri sendiri dan tahu bahwa mereka tidak akan bisa masuk ke pandangan mata Chi Gui, mereka pasti sudah terbang ke kota Nan untuk berusaha menjalin hubungan baik dengan profesor cerdas itu.
Perlu diketahui, profesor Chi adalah orang penting yang dilindungi oleh negara. Hanya dengan membayangkan koneksinya yang luas saja sudah cukup membuat anak-anak keluarga kaya ini senang.
Terlebih lagi, Chi Gui adalah ahli medis terbaik yang diakui oleh dunia.
Di dunia ini, siapa yang tidak bisa sakit?
Mereka berpikir, jika ada ahli medis seperti Chi Gui di samping mereka, maka rasa aman dalam diri sudah pasti melonjak tinggi.
Saat yang lainnya bersemangat, Fu Si justru mencibir. Ia pun mengetik dengan malas: Mana mungkin?! Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis yang hanya tahu penelitian dan pekerjaan saja.
Para anggota grup chat itu terdiam… Berpikir bahwa kata-kata Fu Si ini sungguh arogan dan percaya diri.
Namun karena kata-kata ini keluar dari mulut Fu Si, jadi mereka semua bisa menerima hal itu.
Meskipun posisi keluarga Fu disejajarkan dengan nama empat keluarga besar lainnya, yaitu keluarga Han, keluarga Shen, dan keluarga Wen, tetapi orang yang berada di dalam lingkup itu jelas tahu bahwa kemampuan dan kekuasaan keluarga Fu sama sekali bukan tandingan ketiga keluarga lainnya.
Bahkan, Fu Si sendiri saja sudah sangat hebat!
Saat ini, Fu Si masih berusia 28 tahun. Namun, ia sudah lulus dari universitas kelas dunia di Halton, kembali ke negara ini untuk mengambil alih bisnis keluarga, dan hanya dalam waktu satu tahun saja sudah mampu mendorong Grup Fu ke tingkat yang tak tertandingi.
Bakat manajemen dan bisnis yang luar biasa itu juga merupakan puncak yang hanya bisa dilihat dan dikagumi orang lain.
Pada saat itu, Wen Zhao yang dari sebelumnya tidak berkomentar tiba-tiba mengirim sebuah foto.
Wen Zhao: Pacarku benar-benar sangat manis! Biarkan aku membagi kebahagiaanku dengan kalian hari ini.
Para anggota grup chat terdiam...
Dari semua anggota chat, Wen Zhao memang jadi orang yang suka pamer pacar!
Selama setengah tahun ini, Wen Zhao selalu melakukan hal itu. Kini, perasaan anggota grup chat lainnya pun sudah mulai bosan, tidak ada yang mau membalasnya.
Suasana di dalam grup chat pun seketika itu turun.
Di dalam toko medis, Fu Si melihat foto yang dipamerkan Wen Zhao, ia pun mengangkat alisnya. Di bawah kacamatanya, sepasang mata yang cantik memancarkan makna mendalam.