Mata Sari terbuka lebar, lidahnya menjadi kaku, tubuhnya menegang, seakan waktu berhenti, saat ia mendengar apa yang diucapkan oleh Erlan baru saja, Sari mengambil jaket itu dari tangan Erlan.
"Terima kasih Pak, ini hanya parfum murah," ucap Sari yang tak bisa lagi mengontrol rasa malunya.
"Selamat istirahat ya Sari," lagi kata-kata manis itu keluar dari mulut Erlan pagi ini.
"Siap Pak, terima kasih." Sari berlalu, rasanya ingin segera ia sampai ke dalam kamarnya dan berteriak kegirangan, rasanya sesuatu yang mustahil Ia mendapat perhatian dari bos nya, lelaki yang nyaris sempurna yang mungkin sangat sulit untuk digapai nya.
"Oh Tuhan, aku tak bisa lagi mengontrol degupan jantung ini, rasanya jantungku mau copot seketika, apa maksud Pak Erlan dengan ucapan yang tadi?"