"Kenapa lo?, keliatan bete banget gue perhatiin dari tadi," tanya Ica kepada Sari.
"Masa sih, nggak kok, biasa aja. maklum kecapean" kilah Sari.
"Capek fisik apa capek hati nih?" tanya Ica dengan nada yang mengintimidasi.
"Capek fisik lah, lo tahu kan kalau Mbak Nuri datang ke salon, satu harian gue harus melayani dia."
"Iya sih, tapi kan sesuai bonusnya." sahut ica.
"Iya sih, makanya agak berkurang capeknya, kalau nggak.. uda tepar gue sekarang."
"Bukannya hati lo yang capek, habis ngeliat foto seseorang?" Sindir Ica.
Sari mengerutkan alisnya, ia tak menyangka kalau Ica mengetahui keadaan hatinya saat ini, "lo tahu?"
"Ya tahulah, gue kan di sana, masa gue nggak denger sih!, biarpun kuping gue ketutup rambut, tapi pendengaran gue jangan diragukan." Ujar Ica.
"Emang apaan?, Kalau lo emang beneran dengar?' tanya Sari sedikit meremehkan.
"Foto Abra kan, sama tunangannya, meremehkan gue ya lo, keahlian mata-mata gue itu, melebihi dari intel!" Gurau Ica.