Berbeda dengan Asya yang ceria dan selalu tersenyum, serta begitu mudah menghabiskan malam dan harinya, tapi tidak dengan Sari, setelah kejadian itu membuat dirinya menjadi galau, gundah, cemas, ketakutan dan terus bersedih, air mata tak juga berhenti mengalir di pipi mulusnya sejak malam itu, Sari tak mau kalau malam itu adalah terakhir kalinya ia bisa menginjak rumah Erlan, karena tentu Sari ingin masih menjadi bagian dari keluarga itu, meskipun hanya sebagai pengasuh Dion.
Sari bingung harus berbuat apa, sejak kejadian itu ia hanya bisa menangis menyesali apa yang telah ia lakukan bersama Abra malam itu, rasanya bagaikan dihipnotis oleh keadaan, Sari pun tak sadar jika dirinya berpasrah pada Abra, sungguh kebodohan yang mendatangkan kemalangan bagi Sari saat ini.